He has a Pungent Face

126 17 5
                                        

Namanya Sehun. Lelaki sok tahu nan sombong yang baru kutemui sejam lalu.

Oh Gosh, muka tololnya itu sangat ingin kutampar bolak-balik.

"Gue pengacara," ujarnya, "Gue tau pasti lo nanya-nanya di dalam hati apa kerjaan gue, kan?"

Mataku mendelik tajam, "Najis!"

Ia menggaruk lehernya. Aku yakin dia tengah menahan malu saat ini, "Oh."

"Jadi orang jangan kepedean, ya. Ribet entar," cercaku.

"Siapa yang kepedean?"

Aku menatapnya dongkol, "Lo punya otak nggak sih?"

Ia mengangguk, "Punya."

"Mikir deh kalo punya." Aku beranjak setelah menyusun barang-barangku yang tercecer di meja serta merta gelas plastik yang berisi teh manis.

"Bae, mau kemana?" Pak Rama berujar.

Aku berhenti, "Kan diskusi saya dengan Anda sudah selesai, jadi saya mau balik ke kantor. Kerjaan saya banyak, Pak. Permisi."

Aku melangkah keluar dari angkringan, destinasiku saat ini adalah halte. Hanya perlu satu setengah menit untuk kaki-kakiku mencapai halte.

Hal pertama yang kulakukan adalah, sudah pastinya duduk, dan lalu memainkan ponselku. Antah kenapa bus kali ini tidak kunjung datang.

Ponselku bergetar, ada notifikasi dari Instagram. Jemariku langsung sigap membukanya,

Oohsehun started following you.

Gosh, dia tahu dari mana akun aku?

Oohsehun: Gue dapat ig lo dari Pak Rama.

Sudah kuduga, sialan!

Tanpa kusadari, jemariku mengetikkan pesan balasan.

Baejoohyun: Oh.

Aku sengaja membalas singkat seperti demikian. Habisnya aku malas meladeni orang yang membuat mood-ku hancur.

S E H U N  P L E A S E

Layar komputerku masih setia menyala, padahal satu per satu anak editor sudah berpamitan pulang. Hanya tersisa aku, Krystal, dan MinHo. Kami bertiga melakukan hal yang sama; berkutat dengan komputer.

Aku berdiri, hendak ke dapur untuk membuat secangkir kopi.

"Bae, lo mau ke dapur, ya?" Ujar MinHo yang tengah mengalihkan perhatiannya dari layar komputer ke arahku.

Aku mengangguk.

"Gue nitip kopi, plis." sambungnya.

Haduh, "Iya."

Krystal menoleh, "Eh, Bae--"

"Iya gue mau ke dapur," potongku cepat.

"Hah? Gua mau nanya lo udah ngirim naskah ke proofreader belum?" ucapnya.

Mati aku, satu pun belum ada yang kukirim ke proofreader. "Sudah," dustaku.

"Oh bagus deh," Krystal berdiri dari bangkunya, "Samaan yuk gue juga mau ke dapur." ajaknya.

S E H U N  P L E A S E

"Jangan nangis, Kry." Aku menepuk pelan bahu Krystal yang tengah menangis di sebelahku.

Aku bingung saat ia bilang mau ke dapur, karena sebelum-sebelumnya ia tidak pernah dan tidak akan pernah ke dapur karena pernah melihat hantu. Ternyata ia ingin curhat denganku.

Sehun PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang