Anjir, kok dia ada di sini?
"Gue tadi lihat story lo." ujarnya santai.
Aku terpelongo, "Hah?"
"Gue tadi lihat story ig lo, terus gue simpati aja ke lo."
Simpati? "Hah?" ulangku.
Sehun meraih pergelangan tanganku, lantas menarikku ke Fortuner hitam yang terparkir di dekat pagar kantor.
Ekor mataku sempat menangkap Sehun yang melambai ke arah Pak Anton, dan berkata, "Malam, Pak."
Ck, Pak Anton bisa-bisanya tidak menaruh curiga sedikit pun. Ahligai, kalau saja aku ratu tega, pasti sudah kulaporkan Pak Anton pada bos, biar dipecat.
"Lo mau grepe-grepe gue, ya?" Ah bodoh, mana mungkin pelaku kejahatan memberitahu niatnya pada korban.
Ia terkekeh, "Grepe-grepe lo? Kayak nggak ada cewek lain aja di dunia ini sampai gue ngegrepe lo."
Aku menarik paksa pergelangan tanganku yang dipegangnya, "Terus ngapain lo maksa gue ngikutin lo?"
Ia menghentikan langkah, membuatku tak sadar hingga menubruk punggungnya. "Aw," ringisku.
"Ngajakin lo pulang bareng gue."
"Hah?"
Ia berbalik menatapku, "Hah, heh, hoh, hah." Ia meraih ponsel dari saku kemeja, lantas menunjukkannya tepat tiga sentimeter dari mataku, "Jam 00.30. Lo yakin pulang sendirian?"
Kan aku juga niatnya mau pulang naik taksi online... oh iya bego, kan tadi nggak ada driver yang ngambil pesananku.
"Kenapa enggak?" Haduh, mulutku terlampau bego yalord. Demi kerang ajaib, tolong buat agar dia tidak berubah pikiran.
"Oke kalau gitu," Ia berbalik, lalu kembali melangkah. Sebelum ia berbalik sempat kudengar ia berkata, "Gue duluan."
Aish, bego banget aku! Mampuslah mau pulang bareng siapa aku?
Tanpa pikir panjang, jemariku langsung menggeluti layar ponsel untuk menelpon Kak Dong Wook.
Tapi, kegiatanku dicegah oleh cekalan Sehun. Aku kaget, tentu saja.
"Balik sama gue aja," ajaknya. Aku diam, gengsi dong.
"Nggak usah, gue bisa pulang sama kakak gue." jawabku seraya menyibukkan diri menggeser-geser menu di ponselku.
Sehun mendecak, "Jangan jual mahal. Jual murah aja lo nggak laku." Lantas ia langsung menarikku masuk ke mobilnya.
S E H U N P L E A S E
Aku menatapi jalanan yang kulewati. Semakin sepi saja. Otak kurang ajarku malah menitahkan kedua bola mataku agar menoleh ke arah lelaki di sebelahku, dan lebih bodohnya lagi aku menuruti.
Aku menghela nafas lega karena aku tidak tertangkap basah olehnya.
"Ngapain lo lihat gue?"
Mampus! Aku memekik kaget di dalam hati, bagaimana bisa dia tahu bahwa aku melihatinya barusan? Oh kerang ajaib, cabut saja nyawaku saat ini juga daripada aku harus menanggung malu.
"Kepedean lo." balasku.
Sehun terkekeh, "Gue bingung sama lo," kutoleh wajahku, "lo terlalu jual mahal. Kasian entar nggak ada yang mau sama lo." hinanya.
Kualihkan wajahku darinya. Sungguh, ini benar-benar menyakitkan. Ganteng-ganteng tapi mulutnya tajam banget kayak pisau unyu-unyu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sehun Please
FanficSehun seorang sarjana Hukum, lulusan mahasiswa cumlaude pula, serta sedang magang menjadi pengacara. Kalau urusan prestasi jangan ditanyakan lagi. Bayangkan saja seorang calon pengacara yang sedang magang di Law Firm-nya Pak Ambra tiba-tiba merasa k...