Chapter 9

183 24 4
                                    

Afgan menyusuri jalanan kota Jakarta dengan seragam sekolahnya, tak perduli dengan cuaca yang sangat panas dia tetap menjalankan motor gedenya. Dengan perasaan yang sedikit tidak baik, entah kenapa hatinya sedikit sakit melihat kejadian di sekolah tepatnya di depan kelas seorang Gadis yang kadang membuatnya jengkel dengan sifatnya.


"Ishhh... Menyebalkan benar-benar menyebalkan" gumam Afgan dengan pandangan yang masih fokus pada jalanan.

Afgan seperti cemburu dengan sosok Rossa yang di deketin oleh Alex, entah kenapa seperti ada sesuatu yang membuat dirinya cemburu padahal Afgan sangat tidak suka dengan Rossa apalagi dengan sifatnya.

Tak berapa lama Motor Afgan sampai di kompleks perumahan nya, dengan perasaan yang masih Kesal apalagi masalah dengan Varo kakaknya membuatnya semakin kesal dan jengkel ingin rasanya dia tinggal di Apartemen tapi Maxime belum memperbolehkan Afgan mandiri dengan alasan masih sekolah. Afgan memasukan Motornya ke dalam garasi rumahnya.

"Selamat pagi den Afgan, kok aden jam segini udah pulang" Tanya salah satu penjaga Rumahnya.

"Gurunya Rapat"

Penjaga itu hanya membeo mendengar jawaban Afgan. Afgan berjalan meninggalkan penjaga rumah nya dengan menjinjing jaketnya. Di depan pintu Afgan mengambil oksigen dan membuangnya meredakan emosinya kepada Varo kakaknya.
Pintu depan terbuka dan di sambut oleh Maxime dan Adara yang sedang duduk di sofa ruang tengah sedangkan Vano sedang pergi menjemput calon tunangannya.

"Loh gan, kok kamu sudah pulang? " Tanya Adara yang melihat Putranya berjalan melewati mereka.

"Gak ada guru" jawab Afgan tanpa berhenti.

"Gan? Nanti malam ikut papa dan mama ke rumah Calon tunangan Vano" ucap Maxime.

"Males"

Maxime dan Adara saling pandang mendengar jawaban Afgan, mereka hanya menghela nafas nya dengan sikap Afgan yang sangat dingin entah kapan Afgan akan kembali seperti dulu. Setelah menjawab ucapan Maxime Afgan berjalan menaiki tangga menuju kamar nya di lantai atas.

"Maafin agan pa ma! "Batin Afgan sambil membuka pintu kamarnya.

Afgan melempar tas nya ke sembarang tempat setelah berada di dalam kamarnya, dia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur dengan menatap langit-langit kamarnya. Afgan masih mengingat kejadian di sekolah kejadian melihat Rossa dan Axel yang akrab walau dirinya dan Axel tidak terlalu baik tapi Afgan bisa melihat jika Axel sangat tulus.

"Arghhh.... Sialan! Kenapa gue mikirin mereka?. Lebih baik gue tidur dari pada mikirin yang nggak jelas" ucap Afgan pada dirinya sendiri dan memejamkan matanya.

*******

Di perjalanan Rossa menceritakan sesuatu kepada Bagas yang sedang fokus menyetir, kadang Rossa bercerita membuat Bagas ikut tertawa tapi dalam hatinya Bagas tak lebih memikirkan jika dirinya harus kembali ke Singapura dan melihat Rossa sedih dan berakhir di Rumah sakit seperti 3 Bulan yang lalu.

Flasshback

Rossa yang sedang asyik bermain ponselnya pemberian Bagas kakaknya harus mengarahkan pandangannya ke arah Bagas yang menyeret beberapa koper dan berjalan ke arahnya. Rossa yang masih duduk di kelas 3 SMP itu terkejut melihat Bagas membawa koper banyak.

"Kak bagas? Kakak mau kemana? " tanya Rossa yang duduk di sofa ruang tengah.

"Oh.. Adik kakak di sini rupanya kakak kira kamu sedang nggak ada di rumah" alibi Bagas, padahal dia tau jika adiknya berada di ruang tengah.

"Kakak mau kemana? Kenapa kakak bawa koper banyak banget. Kakak mau pergi ya? " Tanya Rossa yang mengabaikan ucapan Bagas.

Bagas hanya diam menatap Rossa yang kedua matanya sudah berkaca-kaca. Lena dan Edward yang melihat dari dekat tangga hanya diam tak ikut menjawab.

"Hiks... Kak Bagas mau ninggalin ocha ya? Kak Bagas nggak sayang sama ocha lagi. Hiks... Hiks" ucap Rossa dengan tubuhnya yang sudah bergetar menandakan kalau dirinya menangis.

Bagas yang tak bisa melihat Rossa menangis akhirnya memeluk Adiknya.

"Maafkan kakak cha? Kakak janji setelah semua selesai kakak akan kembali nemuin kamu. Kakak nggak akan lama kok" tangan Bagas mengusap punggung Rossa dengan pelan.

Rossa melepas pelukan Bagas dan berlari menuju kamarnya. Dia tidak mau melihat Bagas pergi walau sebenarnya dia ingin tapi karna egonya dia memilih untuk pergi ke kamar.

"Pa, ma aku pergi dulu, sampaikan maafku kepada ocha" Ucap Bagas kepada kedua orang tuanya. Setelah itu Bagas pergi dan meninggalkan Rossa yang benar-benar merasa kehilangan.

Flashback_off

Rossa menoleh ke arah Bagas karena tidak mendapatkan respon dari kakaknya itu.

"Kak Bagas melamun ya? " tanya Rossa dan membuat Bagas mengerjapkan matanya.

"Ng... Nggak kakak nggak melamun" alibinya dan menoleh ke arah Rossa sebentar. "Kita ke supermarket dulu ya? Beli sesuatu " ucapBagas mengalihkan bicara nya.

"Baiklah" jawab Rossa singkat.

Rossa tau jika Bagas sedang melamun tapi Rossa tak mau memperpanjang itu dan kembali menatap jalanan dan gedung-gedung tinggi.

†***********†*****★★★*********†****

Maafkan saya bru bisa lnjut cerita ini kran tiba-tiba alurx hlang bgtu sja. Mungkin semakin nggak jlas ceritanya dan trima kasih yg  udh membaca crta ku.
Jangan lupa Vote n klik tnda bntang.
Mksh.

My First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang