Kamu dan Kertas Itu

10 1 0
                                    

Bruuk....
"Aww...."
"Maaf tak sengaja. Lagi buru-buru nih." Ucapnya ditengah kesibukannya membereskan kertas dan buku yang jatuh berserakan.
Terpaku dalam diam, terhipnotis dalam tatap. Mungkin itu yang terjadi.
Teeeeetttt.....
Bunyi bel itu menyadarkanku. Dia sudah setengah berlari menjauh.
"Maaf buru-buru ya...." Teriaknya diiringi lambaian tangan.
Seketika ada yang menghantam keras dada ini. Begitu kuat namun tidak terasa sakit. Apa ini?
Entahlah mungkin akibat benturan saat tertabrak tadi.
Saat Aku hendak bangkit dan berjalan ke kelas, tiba-tiba kakiku tersandung sebuah kertas.
Refleks kuambil kertas itu dan kumasukan ke tas sembari berlari ke kelas.

Tanpa terasa kelas hari ini terasa cepat berakhir rasanya. Mungkin hanya perasaanku saja. Akhirnya kutelungkupkan tangan ini besama kepalaku ke atas meja. Melepaskan penat dan lelah setelah hampir setengah hari ini duduk dan memperhatikan para guru silih berganti bereksperimen dengan kawan-kawanku sebagai muridnya.
"Permisi...."
"Maaf!"
Seperti terdengar seseorang berbicara namun tak kuhiraukan. Mungkin saja itu kawanku yang iseng.
"Hei... Kamu yang menyimpan mukanya di meja!" Terdengar suara itu lagi.
Akhirnya dengan terpaksa kuangkat wajah ini dengan malas.
"Apa? Ganggu aja nih."
Perlahan dan perlahan ku liat ada sosok yang sepertinya ku kenal.
Betapa terkejutnya Aku.
"Kamu... Ka....mu." Ucapku setengah terbata.
Sosok itu hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Mana kertas itu? Kamu yang ambilkan?" Tanyanya.
"Kertas?"
"Iya tadi pas di lapangan." Jelasnya.
Kertas apa maksudnya? Aku banyak punya kertas tapi kertas apa yang Dia maksud. Ketemu juga baru dan tiba-tiba ada disini menanyakan kertas. Apalagi sudah mengganggu istirahatku.

Tanpa kuperhatikan ternyata kawan-kawan di kelas tengah riuh berbisik-bisik di tempat mereka duduk.
"Hei bukannya itu kakak kelas yang banyak dibicarain itu ya?" Ucap salah satu kawan di pojok kelas.
"Iya Kakak ganteng yang pinter itu loh katanya." ujar yang lainnya menyahuti.
Hah.... Dia yang tadi menabrakku dan sekarang berdiri di depanku adalah seniorku? Pikiranku setengah tak percaya.

"Hei...malah bengong lagi." Tegurnya lagi.
"Iya."
"Kertas ya." Jawabku setengah berpikir apa maksudnya.
Oh mungkinkah kertas yang tadi Aku temukan itu? Kucoba cari dimana tadi kusimpan.
"Yang ini?" Kusodorkan kertas itu padanya.
"Yups...." Jawabnya dan setelah itu Dia hendak pergi.
"Hei, tunggu!" Pintaku spontan.
"Kamu siapa?" Tanyaku.
Dan mendadak kelasku ramai dengan teriakan.
Namun Dia kembali berbalik lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dan hampir-hampir....
"Dhana....Ardhana Putra." Ucapnya sembari berbalik.
"Oh iya....Kamu Naya kan? Terima kasih Naya, maaf untuk tadi pagi." Ucapnya saat pergi meninggalkan kelasku.
Aku hanya terpaku tidak percaya. Bagaimana Dia.... Eh Kak Dhana tahu namaku?.

"Naya...." Tiba-tiba sontak teman-teman sekelas mengerumuniku. Dengan berbagai lontaran pertanyaan penuh keheranan....
Sontak membuyarkan pikiranku yang penuh tanda tanya.

Sore ini diiringi rintik-rintik hujan. Setelah sekian lama baru bisa melanjutkan tulisan ini.
Di tempat baru dan suasana baru. Walaupun rumah tetap selalu terindukan begitu juga Dia.
#Bunijaya, 14 Februari 2018

Selamat membaca.
Semoga suka ya! Jangan lupa komentar dan masukannya.
Bersiap untuk lanjutannya, semoga tersegerakan.

Aku, Kamu SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang