First Real Convos

14 2 4
                                    

Jai's POV

"Hey Jai" sayup-sayup aku mendengar sebuah suara yang sepertinya kukenal memanggilku, namun aku mengacuhkannya dan kembali mencoba untuk tidur.

"Jai!" suaranya tambah besar. Ugh makin susah untuk kembali tidur, namun aku tetap memaksa untuk tidur.

"JAI, KALAU KAU TIDAK BANGUN SEKARANG AKU AKAN MENYIRAMMU DENGAN JUS JERUK INI" sekarang aku tau, ini suara Luke, sialan, dia mengganggu tidurku saja. Dengan sedikit memaksa aku akhirnya membuka mataku.

"Kau mengganggu tidurku, Luke" kataku datar. Luke sudah berdiri di depanku sambil mengangkat gelas berisi jus jeruk tepat diatas kepalaku.

Luke hanya memutar kedua bola matanya lalu berkata, "ini sudah istirahat, kau tidak mau ke kantin?" tanyanya, aku baru sadar kalau di sebelah Luke ada Sean.

"Oh hai Sean, sejak kapan kau ada disana?" aku memutuskan untuk mengacuhkan Luke dengan berbicara pada Sean.

"Umm sejak tadi? Aku disini bersama Luke bahkan sejak dia masih berusaha membangunkanmu" jawabnya sambil meminum jus jeruknya. Aku hanya menganggukkan kepala lalu berjalan keluar kelas.

"Kau mau kemana?" teriak Luke.

"Menyegarkan pikiranku, kau jangan mengikutiku" jawabku, dan Luke yang saat itu berniat untuk mengejarku langsung berhenti seketika.

Aku hanya berjalan mengelilingi sekolah tanpa tujuan. Dan begitu tiba di taman sekolah bagian belakang, aku melihat seseorang yang sepertinya kukenal. Dan yah tebakanku benar, lagi-lagi aku bertemu Anne, tapi ini bukan di parkiran lagi, dia sedang duduk di salah satu bangku taman dan sedang menyendiri. Aku kira dia tipe cewek periang yang senang berkumpul dengan cewek-cewek tukang penyebar gosip, namun kali ini tebakanku sepertinya salah.

Perlahan aku melangkah mendekatinya, tanpa mengeluarkan suara tentu saja. Tapi begitu aku duduk di sampingnya, tetap saja dia tidak menyadari kehadiranku. Dia hanya melihat ke depan dengan tatapan kosong, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Raganya seperti ada di sampingku saat ini, namun jiwanya ada di tempat lain. Aku mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan gadis ini. Apa hanya aku saja yang terlalu berlebihan?

"Hei" aku akhirnya berusaha menyapanya, namun tetap saja dia tidak bergeming.

"Hei Anne" kataku sekali lagi sambil menjentikkan jariku di depan wajahnya. Dia tampak kaget lalu menggelengkan kepalanya.

"Eh hai, Jai, apa yang kau lakukan? Sejak kapan kau disini?" tanyanya begitu dia telah kembali 'ke alam nyata'.

"Belum terlalu lama. Tidak apa, aku hanya kebetulan lewat disini dan melihatmu" jawabku seadanya. Dia hanya mengangguk sekilas lalu kembali melamun. Sudah kubilang dia aneh.

"Anne, kau tidak apa-apa?" tanyaku lagi. Sekedar memastikan.

"Yeah, aku baik-baik saja, hanya kurang enak badan" jawabnya sambil tetap menatap lurus ke depan. Aku ikut memandang arah matanya, tidak ada apa-apa disana. Apa yang dia lihat?

"Kau mau ke UKS?" tawarku sambil meliriknya. Dapat kulihat dia menggelengkan kepalanya.

"Aku mau disini saja" jawabnya datar.

"Bagaimana kalau kupanggilkan Romeo untuk menemanimu?" tawarku lagi.

"Tidak usah. Jika kau mau kau kembali ke kelas saja, aku tidak apa-apa sendirian" jawabnya lagi. Matanya masih menatap kosong.

"Yasudah, kalau begitu aku disini saja. Tidak ada pembantahan" kataku akhirnya, dia hanya melirikku sekilas dengan tatapan aneh lalu kembali memandang ke depan, setelah itu tidak ada satupun dari kita yang mengeluarkan suara.

----

Anne's POV

Apa aku pernah memberitahumu kalau Jai itu aneh? Tiba-tiba saja dia menawarkan diri untuk menemaniku duduk di sini. Kurang aneh apa lagi? Tapi biarlah, hitung-hitung aku tidak sendirian.

"Apa yang kau lihat disana?" tanyanya lagi setelah cukup lama kami terdiam. Kenapa jadi dia yang banyak bicara? Aku kira dia ini tipe cowok-cowok misterius yang pendiam. Namun seperti biasa, dugaanku lagi-lagi salah.

"Tidak ada" jawabku singkat. Dia diam lagi.

"Kenapa kau disini?" kali ini aku yang bertanya. Dia hanya diam sambil melihatku dengan pandangan bertanya-tanya. Sepertinya dia kurang mengerti maksudku.

"Erm maksudku, kenapa kau mau menemaniku disini?" aku memperjelas maksudku pertanyaanku.

"Oh itu, tidak kenapa-kenapa. Hanya saja aku sedang malas masuk kelas, daripada bolos sendiri lebih baik aku menemanimu" jawabnya santai.

"Ini hari keduamu dan kau sudah berani-beraninya bolos? Katanya kau murid teladan, murid teladan macam apa kau?" tanyaku sambil menatapnya dengan wajah heran dan kesal.

"Aku memang murid teladan, dan aku sudah pintar" jawabnya sambil mengangkat bahu, hu sombong sekali dia. Aku hanya mengacuhkannya dan akhirnya hening lagi.

"Jai" akhirnya aku memutuskan untung berbicara duluan.

"Hmm" dapat kudengar dia menggumam.

"Apa kau pernah merasa begitu kosong?" tanyaku. Entah kenapa aku merasa ingin menceritakan mengenai masalahku kepadanya. Aku merasa dia adalah orang yang cocok.

-----

A/N

Haiii sorry kalo ngegantung. Chap 5 posted, sorry juga kalo ga seru. Hehe next post secepatnya, bye. thankyou xx

My Little SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang