-senyum apa gula?

633 110 14
                                    

Hansol sedang berdiri didepan cermin sambil merapihkan jaket hitam yang ia pakai, lalu menyisir rambut dengan jari-jarinya.

Hari ini adalah hari ketiga ia berada di Kota Semarang. Mumpung perkuliahan belum dimulai dan tidak ada jadwal organisasi, ia memutuskan untuk berlibur sejenak ke kota dimana Timoteo -sepupunya- merantau.

"Dah siap?" tanya Timo yang hanya memunculkan kepalanya dari balik pintu.

Hansol hanya mengangguk dan berjalan keluar mengikuti Timo menuju mobil yang terparkir di teras rumah kontrakan Timo dan teman-temannya.

"Seatbelt." ucap Hansol mengingatkan.

Hansol dan Timoteo emang sepupuan, tapi modelnya beda banget.
Hansol adalah tipe yang teliti dan pendiam, sedangkan Timo adalah orang yang ceroboh dan tidak bisa diam.
Tapi walaupun berbeda 180 derajat, kalo udah disatuin, Hansol bakal keikut koplaknya seperti Timo.

"SIM, STNK?"

"Udah bos, tenang."

"E-toll?" tanya Hansol mencoba mengingatkan semua hal.

"Udaaaah yaAllah gak percayaan amat ama gua?" jawab Timo sambil menjalankan mobilnya.

Jalanan saat ini sangat kosong. Semarang memang jarang macet, dan sekarang para mahasiswa yang merantau juga belum kembali kesini.

"Hari ini lo gue ajak ke Sam Poo Kong. Tempat basic lah buat orang yang baru pertama kali kesini. Trus ntar makannya di Soto Bangkong, kane parah, Han. Apalagi sate kerangnya beuhh mantap." jelas Timo yang sudah membayangkan berapa tusuk sate kerang yang akan ia habiskan malam nanti.

Hansol lagi-lagi hanya mengangguk sambil melihat jalanan sekitar.
Hansol selalu penasaran bagaimana rasanya jadi anak rantau, karena ia kebetulan kuliah di Jakarta. Menurutnya, jadi anak rantau itu sangat mengasyikan. Yaa.. dia belum tau aja rasanya uang sisa 50ribu untuk satu minggu terakhir sebelum 'gajian'.

"Han."

Lamunan Hansol terhenti karena panggilan dari Timo.

"Kenapa?" tanya Hansol yang mulai menyadari Timo tidak menjalankan mobilnya lagi.

"Ini... E-toll.."
"Saldonya abis.."

YaAllah...

Timo meringis, takut diamuk oleh sepupunya ini.
Hansol agak menyesal kenapa tadi gak nanya. Iya sih, Timo gak lupa bawa e-tollnya.
TAPI SALDONYA GAK ADA??

"Trus gimana dong?" Hansol juga bingung, untung keadaan lagi sepi jadi gak ada klakson-klakson mobil dibelakangnya.

"Hm..." Timo mencoba memutar otak, dan kebetulan ada mobil yang baru datang mengantri dibelakang mereka.
"Gini deh, Han. Gue kasih lo duit 2500 trus lo pinjem etoll mobil belakang. Gimana? Sabi kan ide gua?" jelasnya agak sedikit bangga karena merasa pintar.

Hansol hanya menatap sepupunya dengan muka datar.
Sejujurnya ia sedih, kenapa bisa punya sepupu sebodoh ini:(

"Serius, Han. Lo tinggal ke belakang, permisi kak boleh pinjem etollnya gak?, trus lo kasih 2500nya, trus kelar." jelas Timo yang membuat ide itu seakan-akan mudah untuk dilakukan.

Hansol masih menatap sepupunya dengan muka datar.

Masih gue liatin.....bentar lagi gue sledink

"Please sih Han.. Nanti soto bangkong gue yang bayar asli asli, mau sate berapa lu? Ambiiiil gue rela gak makan sate kerang!" masih mencoba meyakinkan Hansol untuk menjalankan idenya tadi.

Dan karena merasa tidak ada solusi lain, mau gak mau Hansol harus mengikuti ide memalukan itu. Tapi pikirnya, toh ini di kota orang, gak ada yang ngenalin dia.

Hansol berjalan ke mobil brio abu-abu di belakang, dan kaca mobil itu sudah terbuka bahkan sebelum Hansol mengetuknya.

"Kenapa mas mobilnya? Mogok?" tanya perempuan yang mengemudikan mobil itu.

Perempuan itu tidak berhenti tersenyum, mungkin sejak Hansol keluar dari mobil dan berjalan kearahnya. Entah memang hobi tersenyum atau karena Hansol?

"Ini.. E-toll temen saya gak ada saldonya.. Boleh pinjam punya kamu gak?"

Agak malu ya.... Ternyata yang nyetir bukan bapak-bapak atau mas-mas atau mbak-mbak, tapi perempuan yang sepertinya lebih muda dari Hansol.

"Oalaaah haha, kirain kenapa, mas. Iya boleh kok, ini pake aja." jawabnya sambil memberikan kartu e-tollnya ke Hansol.

Mobil Timo sudah melewati gerbang tol, dan Hansol masih berdiri disamping gardu untuk menunggu sang empunya kartu.

"Ini buat ganti yang tadi." Hansol memberikan kartu e-toll beserta uang 2500 titipan Timo.

"Eh? Gausah maas haha santai ajaa." jawab perempuan itu sambil tersenyum, sampai terlihat gusinya.

Gimana mau santai, dek..
Itu senyum apa gula....

"Eh gapapa, saya gak enak jadinya." jawab Hansol masih memperjuangkan 2500.

"Gausah mas. Nanti aja gantinya kapan-kapan kalo ketemu lagi.. hehe"

KAPAN???

Hansol bingung sendiri. Dia sudah beli tiket untuk lusa pulang ke Jakarta. Tapi dedek gemes satu ini seperti tidak bisa dilewatkan.

"Hm.. Kalau ketemu lagi-nya nanti malam, gimana?"

Bodoamat gue gak peduli sate kerang

Bertemu lagi sama perempuan ini akan jauh lebih menyenangkan dibanding menghabiskan malam bersama sepupunya.

Gak tau keberanian darimana, orang lempeng kayak gini jadi pinter ngalus, sedangkan orang yang diajak ngomong malah bingung, omongannya yang asal ceplos ditanggepin serius sama masnya.

"Ya? Saya minta id line kamu boleh? Biar nanti saya kabarin lagi."

"O-oh iya boleh mas, id-nya jiwongummy."

Kan? IDnya aja lucu kayak orangnya

"Oke. Makasih ya, Jiwon."

Hansol langsung berlari ke mobil Timo sambil menahan senyumnya, dan bergumam dalam hati,

TERIMAKASIH ATAS KEBODOHANMU, TIMOTEO



ini hansol-jiwon kenapa berasa hansol-timoteo mon maap:((
wkwkwk kenapa ya kalo yang bodoh2 gitu cocoknya ke timo im sori kak timo

btw thanks to lionandeer yang memperbolehkan aku modifikasi adegan etollnya wkwkwk

terimakasih yang sudah membaca,
terlebih yang sudah vote dan comment!
ditunggu part lainnya yaa!

ca•thar•sis [the unit+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang