Two

624 74 21
                                    


Mingyu menyesap kopinya sambil menatap intens layar tv di hadapannya, menonton berita pagi hari di kota Tokyo membuatnya kembali menggeram, mengetahui anaknya yang kembali berulah dengan menghabisi nyawa seseorang tanpa instruksi apapun darinya.

"Kloningan brengsek! Seenaknya membunuh orang lain tanpa memberitahuku, memangnya dia pikir aku ini siapa? Dasar bajingan!"

Pria berkulit tan itu mematikan layar tv dan melempar asal remote-nya, kemudian melakukan panggilan dengan asistennya, Hoshi.

Di ujung sana, pria tersebut mendengar segala detail ucapan tuannya, mengangguk berkali-kali dan mengakhiri pembicaraan dengan penuh kesanggupan untuk mematuhi segala perintah tuannya. Setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku, Hoshi bergegas untuk kembali ke markas asalnya di Korea Selatan, menemui sang pencipta G-1.

"Hei, kau tidak apa? Apa kau butuh massage untuk membuat badanmu lebih rileks?"

Sebuah tangan berkulit putih susu menyusuri pundak dan rahang Mingyu yang baru saja menyelesaikan panggilannya, memijatnya dengan sensual, namun segera ditepis oleh sang pemilik rahang.

"Shut up if you want to keep on your job."

Dengan perasaan cemas-takut, Jessica mengangguk dan segera meninggalkan Mingyu yang masih dikeluti berbagai pikiran. Ia berjalan menyusuri penjuru kamarnya dan berhenti di depan bingkai foto yang sudah mulai berdebu. Seketika ia kembali merasakan rindu akan Jeon Wonwoo, satu-satunya yang bisa membuat Mingyu setidaknya 'berperasaan' dan 'berkemanusiaan'. Namun sekarang semuanya lenyap, terkubur di dalam tanah bersama jasad sang istri.

"Kau beristirahat saja yang tenang, biar aku yang akan mengurus jalang-jalang yang menyiksa kau dan Jihoon, honey"

Mingyu menatap nanar bingkai foto itu dan menutupnya dengan kain putih, melirik jamnya sebentar dan segera menghubungi seorang muridnya yang berasal dari China.



=====



Hoshi sedang berhadapan dengan pria tua yang dikenalnya selama 6 tahun -terhitung sejak ia dan Jiseok direkrut oleh Mingyu-, matanya datar namun terkesan tajam, badannya tegak namun rileks. Ia hendak membuka mulutnya namun Jiseok menyuruhnya duduk terlebih dahulu, ada sedikit perasaan ragu dalam dada Hoshi, namun ia segera menepisnya dan kembali menegaskan niatnya untuk datang kembali ke markas.

"Tuan Mingyu sudah melihat berita pembunuhan akhir-akhir ini yang dilakukan oleh G-1 di Jepang, semuanya disalahkan atasmu"

Jelas Hoshi to the point, yang langsung direspon dengan Jiseok yang melotot dan mulutnya menganga terkejut. Badannya seketika bergetar hebat, matanya terlihat linglung dan tersirat rasa takut yang luar biasa.

"T-tapi aku tidak berkhianat, sungguh. Aku sama sekali tidak memerintahkan apapun pada G-1. Ia berbuat sesuai kehendaknya, percayalah! A-aku sungguh-sungguh tidak bisa mengendalikan insting membunuhnya! Chip yang ditanamkan di otaknya sudah terlalu kuat dan permanen! Aku tidak bersalah!" 

Hoshi menghembuskan nafas kasarnya, ia tau kalau profesor di depannya memang tidak bisa berbuat apa-apa pada chip permanen yang tertanam di otak kloning Jihoon, tetapi perintah tetaplah perintah. Hoshi mengeluarkan sebuah botol kecil berisi air putih yang sebelumnya sudah dicampur dengan sianida sebanyak 1 gram dan meletakannya tepat di hadapan Jiseok.

Jiseok menatap botol tersebut tidak percaya. Tatapan Hoshi mengisyaratkannya untuk meminum air tersebut. Tuannya benar-benar menginginkannya mati. Jiseok menggeleng keras dan mengedarkan tatapannya ke segala arah, seperti orang tidak waras yang sedang menghadapi malaikat maut -begitu pikir Hoshi-.

Slayer [Woozi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang