Aku tidak pernah melihat Ibu sebahagia ini, sejak ayah meninggal sekitar tiga tahun lalu.
Aku tidak tahu persis apa yang terjadi pada Ayah. Yang kutahu hanyalah tatapan sedih dari orang-orang yang berkumpul membuat rumah kecil kami makin sesak. Mereka membawa peti yang katanya tidak boleh aku lihat apa isinya. Padahal yang kudengar dari Rio, mereka yang sudah meninggal tidak bisa kita temui lagi di dunia. Tapi kenapa mereka tidak mengijinkanku melihat wajah Ayah dan mencium keningnya untuk terakhir kalinya? Bukankah adegan semacam itu yang biasa dilakukan di sinetron?
Hanya jawaban "Kamu masih kecil, Nak" yang selalu mereka sampaikan kepadaku setiap aku bertanya kenapa.
Saat itu, Ibu menangis meraung-raung sampai hampir pingsan, sambil terus memelukku dengan erat. Aku malah tidak meneteskan air mata sedikit pun waktu itu. Aku belum mengerti benar apa sebenarnya maksud dari "meninggal" itu. Aku baru mulai paham beberapa hari setelahnya. Ketika aku merindukan kecupan Ayah di keningku sebelum tidur. Dan buku cerita lusuhku yang selalu dia bacakan.
Ibu terlalu lelah untuk mendongengkanku sebelum tidur. Aku maklum dan tidak pernah jengkel karena itu. Dia sudah terlalu sibuk sejak Ayah meninggal. Bahkan untuk mengantarku ke sekolah dan membantuku mengerjakan PR juga tidak pernah lagi. Dia harus pergi pagi-pagi untuk berjualan di pasar dan kadang-kadang sore pun harus pergi lagi untuk membuka lapaknya di pasar malam. Menemani Ibu berjualan di pasar malam adalah saat-saat yang aku suka. Aku bisa bermain bersama anak-anak yang ikut bersama orang tuanya berjualan di sana.
Selama tiga tahun Ibu berusaha banting tulang bekerja seorang diri. Dan akhirnya kerja keras Ibu pun mulai membuahkan hasil. Dia bisa membeli smartphone android. Katanya dengan memiliki smartphone itu Ibu bisa berjualan online, jadi tidak harus berjualan ke pasar lagi. Hal yang membuatku sedih karena tidak bisa bertemu lagi dengan teman-temanku di pasar malam.
Tapi ternyata berjualan online tidak semudah yang aku bayangkan karena baju-baju yang ibu jual banyak yang belum laku. Ibu sering mengeluh kepadaku, katanya dia kurang promosi. Lalu kutanya "promosi itu apa bu?", Ibu menjawab "ya seperti iklan"
Aku berpikir, mungkin yang dimaksud adalah iklan yang sering tayang di sela-sela acara TV. Tapi bagaimana caranya bisa dapat uang dari situ? Kan kita nonton TV nya tidak bayar. Aku jadi makin bingung. Ah sudahlah, kehidupan orang dewasa memang terlalu rumit.
Yang kutahu beberapa bulan kemudian Ibu nampak tidak pernah mengeluh lagi. Bahkan hampir semua mainan yang kuminta dia selalu belikan. Aku sangat senang. Mungkin iklan Ibu sudah berhasil. Meskipun aku tidak tahu Ibu menayangkan iklannya di statsiun TV apa, karena setiap saat aku mencarinya di TV, iklan Ibu tidak pernah muncul. Tapi sudahlah, yang penting ibu senang, aku juga senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Rahasia Ibu
Proză scurtăSeorang anak yatim yang hidup berdua bersama ibunya. Senyum diam-diam yang selalu dia tangkap dari wajah ibunya membuatnya penasaran. Apakah ibunya menyembunyikan sesuatu darinya? Simak bagaimana pemikiran lugu seorang anak umur 8 tahun menghadapi...