Chintya memakan es krim yang ada dihadapannya dengan lahap. Elvino hanya menatap gadis itu tanpa henti. Chintya yang diperhatikan pun akhirnya mulai bersuara."Apaan sih Vin ngeliatin gitu?" tanya Chintya sambil terus terfokus dengan es krimnya
"Lo makan es krim kaya bocah deh Ci" ucap Elvino sambil menahan tawanya
"Yeu biarin"
Elvino semakin gemas menatap Chintya dan berakhir dengan mencubit pipi gadis itu. Chintya akhirnya tertawa pelan sambil mencubit lengan Elvino. Ada beberapa mata yang mengarahkan pandangan ke mereka berdua, tapi tetap saja mereka asik sendiri.
Tak lama ada pria yang menghampiri meja mereka berdua. Pria yang membuat Chintya langsung gugup seketika. Sedangkan Elvino hanya menatap dingin ke arah orang itu. Dan tentu saja itu Alaska.
"Hai Chintya, lo lagi sibuk ya?" ucap Alaska yang langsung membuat Elvino menatap sengit
"Eh, Alaska. Lo ngapain di sini? Gue lagi ga sibuk kok" ucap Chintya yang akhirnya mendapat tatapan elang dari Elvino
"Oh gitu. Gue ga sengaja aja mampir ke sini, eh taunya ada lo sama si orang ini" ucap Alaska sambil menatap jengah ke arah Elvino
"Apaan sih lo?! Ganggu gue sama Chintya aja lo, mending lo cari meja lain deh" ucap Elvino yang kemudian mendapat balasan sengit oleh Alaska
"Stt, Chintya aja ga terganggu sama gue, masa lo sewot sih, jangan sewot gitu deh, ntar jadi banci lo" ucap Alaska yang seketika membuat Elvino terbawa emosi
"Apaan sih lo hah?! Suka-suka gue lah, mulut-mulut gue kok lo malah sewot?!!"
Kini Elvino sudah tidak sanggup menahan amarahnya. Chintya mencoba menahan tangisnya dan mulai terisak, dia tidak pernah melihat Elvino semarah ini dan Chintya takut.
Seketika Elvino dan Alaska menghentikan perdebatannya. Alaska dan Elvino mencoba menenangkan Chintya yang tak kuasa menahan tangisnya.
Chintya berlari keluar dan langsung memanggil tukang ojek yang mangkal di seberang toko es krim ini. Chintya langsung menghampiri salah satu tukang ojek itu dan segera pergi meninggalkan Alaska dan Elvino.
Kini mereka berdua menatap kepergian Chintya dan tidak memilih untuk mengejarnya. Keduanya merasa jika Chintya butuh waktu untuk mengembalikan moodnya. Alaska kini memilih pergi dan meninggalkan Elvino yang wajahnya kini sudah muram.
Elvino berjalan keluar toko itu dan memilih pulang ke rumahnya. Elvino terus memikirkan gadis itu dan membuatnya tidak fokus. Elvino terus memusatkan pikirannya pada jalanan dan tetap saja, hanya gadis itu yang ada dipikirannya, motornya berjalan sangat kencang dan mulai tak terkendali, lalu akhirnya..
Brakkk
Elvino terbaring lemas. Elvino mencoba meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Namun tangannya lemas dan tak sanggup. Ada darah segar yang mengalir dipelipisnya. Perlahan semuanya mulai buram. Elvino tak sadarkan diri.
🌠🌠🌠
Chintya yang tiba di rumahnya langsung berlari menuju kamar dan tak berniat mengubris panggilan mamanya. Hatinya sangat kacau sekarang. Emosi Elvino tadi langsung membuatnya takut, apakah Elvino benar-benar mencintainya? Sungguh dia malas memikirkan semua itu saat ini.
Chintya memilih untuk membersihkan dirinya dan kemudian berjalan menuju dapur. Mamanya langsung memanggil anak gadis itu dan Chintya hanya menurut.
"Ci, kamu tadi kenapa?" tanya mamanya pelan
"Gapapa mah, cuman capek aja"
Mamanya tersenyum. Chintya membalas senyuman itu dan memilih kembali ke kamarnya. Baru pukul 18.46 dan Chintya memilih untuk membaca novel dikamarnya. Chintya masih malas untuk menyentuh hpnya saat ini, dia masih berusaha untuk melupakan kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroy
Teen FictionSeperti kisah ini, disini semuanya terangkum seperti punya rasa tapi tidak tau cara mengungkapkannya, jatuh cinta sendirian, atau mungkin hanya teman. Bagaimana perihal dia yg masih terbayang seseorang dimasa lalunya? Akan kah ada kisah, atau berakh...