Pagi ini Chintya bergegas pergi ke sekolah dan langsung menuju kursi yang masih kosong. Saat ini semuannya masih sangat sepi dan tertata rapi. Tak lama kemudian datang beberapa murid lain dan Naya datang bersamaan dengan Audy.Naya menempati kursi kosong sebelah Chintya. Chintya hanya memutar bola mata malas dan menatap nya sesaat.
"Pagi, Cii" ucap Naya dengan senyum manisnya
Chintya menatap sebentar, lalu mengambil sebuah buku novel dalam tasnya, yang berjudul "Hujan" dari Tere liye dan ia mulai membacanya dengan hening. Tiba Chintya mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari sebelah kanan
"Hmm, Chintya? Gue boleh duduk sebelah lo gak?" ucap Rafael sambil terus memperhatikan Chintya
"Terserah lo" ucap Chintya tanpa memperhatikan arah suara tersebut
"Makasih" ucap Rafael pada Chintya
Manis banget nih anak Tuhan, batin Rafael
Chintya terus memperhatikan Novel yang dibacanya, di satu sisi ia mengingat pertanyaan yang baru Rafael ucapkan, ya pertanyaan pertama yang pernah di ucapkan Elvino saat pertama mengenalnya. Intinya Chintya masih belum bisa melupakannya.
Jam pelajaran pun dimulai...
"Selamat pagi anak anak" ucap ibu Della yang mengajar pelajaran Sejarah
"Pagi bu" ucap kami serentak
"Baiklah mari kita mulai pelajaran sejarah peminatan hari ini"
"Mana di sini yang anak baru?" tanya bu Della sambil menatap satu per satu
Rafael mengangkat tangannya dan membuat bu Della tersenyum ke arahnya. Seisi kelas ikut menatap Rafael yang kini menjadi gugup karena di perhatikan seisi kelas kecuali Chintya. Gadis itu masih asik membaca Novelnya dan tampaknya tak ingin terganggu.
Naya yang tau Rafael memperhatikan Chintya hanya tersenyum dalam hati, tak disangka ternyata Chintya berhasil membuat seseorang yang baru mengenalnya langsung jatuh hati, kecuali Elvino.
Seisi kelas kembali fokus memperhatikan penjelasan ibu Della di papan tulis. Tanpa disadari Elvino terus menatap Chintya yang kini menatap jengah ke papan tulis. Elvino merobek sedikit kertas dihalaman bukunya lalu melemparkannya ke arah Chintya.
Chintya langsung tersadar dan menatap Elvino yang kini sudah menatapnya sambil tertawa, pria itu kemudian mengucapkan beberapa kata dengan setengah berbisik yang membuat gadis itu mengamati dengan teliti.
"Lo kalo bosen perhatiin gue aja, gue ikhlas kok" ucap Elvino yang kini berhasil membuat Chintya tertawa pelan
"Najis"
Chintya kembali fokus ke arah papan tulis, membuat Elvino juga akhirnya ikut memperhatikan. Rafael yang ada disebelah Chintya hanya bisa memperhatikan keduanya dalam diam, dalam batinnya ia kecewa. Sedangkan Naya hanya mencoret-coret bukunya agar terlihat memperhatikan, sebenarnya ia paling bosan jika harus mapel sejarah.
🌠🌠🌠
Kring... Kring...
Saatnya istirahat, Chintya menuruni tangga kelas dan segera menuju kantin bersama Naya. Mereka mencari bangku kosong dan langsung duduk disitu. Chintya mengedarkan pandangannya dan mendapati Alaska yang sedang menatapnya. Chintya menatap balik dan membuat Alaska tersadar. Alaska memutus pandangannya dan kembali memakan bakso di mangkoknya. Sedangkan Chintya memainkan hp ditangannya.
Naya membawa dua buah mangkok mie ayam dan menaruhnya ke atas meja. Chintya tersenyum dan bergantian memesankan minum, Naya memberikan uangnya dan Chintya pun memesan minum. Ternyata Elvino juga sedang memesan minum, Chintya memperhatikan Elvino dengan jarak yang bisa dibilang masih cukup jauh. Elvino yang menyadari jika diperhatikan juga ikut memperhatikan Chintya. Keduanya melempar senyum dan kembali fokus memesan minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroy
Teen FictionSeperti kisah ini, disini semuanya terangkum seperti punya rasa tapi tidak tau cara mengungkapkannya, jatuh cinta sendirian, atau mungkin hanya teman. Bagaimana perihal dia yg masih terbayang seseorang dimasa lalunya? Akan kah ada kisah, atau berakh...