Aku bukan Dilan yang paginya ketemu terus sorenya udah cinta aja sama
Milea. — Ali.Pertemuan Ali dan Prilly pada malam sabtu menyisakan tanda tanya besar di benak keluarga kedua belah pihak, rasanya seperti ada yang aneh terhadap dua remaja yang sama-sama masih duduk di bangku sekolah menengah atas tersebut.
Jauh dari perkiraan mereka yang semula mengira
Mereka akan saling membenci.
Mereka akan saling mencaci maki satu sama lain.
Mereka akan menolak mentah-mentah acara jodoh-jodohan setelah di beri ruang untuk saling mengenal satu sama lain.
Namun kenyataanya adalah kebalikannya.
Hari ini adalah hari Sabtu. Mulai hari ini, Prilly akan diantar jemput oleh Ali. Ini bukan kemauan Prilly, namun ini sebuah 'perintah' dari Mama Resi - Bunda Ali -.
Ingat, perintah bukan paksaan.
"Mama?" suara Prilly menggema, Prilly turuni tangga dengan tergesa-gesa, pasalnya ini jam baru menunjukkan pukul 06.00 dan Ali sudah mengirimi pesan yang berisi
Ali : Gue di depan rumah lo.
Untung saja saat itu Prilly sudah siap sedia. Prilly tidak habis pikir, siswa popular seperti Ali berangkat sekolah sepagi ini.
Mulut gadis itu berkomat-kamit mengeluarkan gerutuan yang tidak terdengar oleh siapapun, hanya Prilly yang tahu gerutuan itu.
"Loh, kok udah mau pergi aja?" tanya Mama Ully- Mama Prilly - sambil memandangi Prilly yang berjalan dengan buru-buru itu bingung.
"Ali udah nunggu di depan rumah," jawab Prilly seadanya.
"Gih sana buruan samperin Ali nya!" Mama Ully merapikan rambut Prilly yang memang sedikit berantakan.
"Mamaaa ini masih pagi banget," rengek Prilly pada sang Mama.
"Kamu udah dijemput, Sayang. Kasihan dong Ali nya nungguin kamu dari tadi, samperin gih!" perintah Ully pada sang Anak, dengan lesu Prilly menyalimi tangan Mama Ully kemudian melangkah keluar dari rumah, menemui Ali tentunya.
Prilly masih belum siap kalau nanti dia menjadi sorot utama dari banyak mata nanti di sekolah, jika bisa Prilly akan meminta Ali untuk memberhentikan nya di pinggir jalan dan sedikit jauh dari sekolah, namun apa daya Prilly, untuk sekedar berbicara atau bertanya saja Prilly tidak berani, takut Ali tidak nyaman dengan Prilly yang sebenarnya kelewatan bawel.
Prilly menutup pintu rumahnya kemudian membalikkan badannya, matanya langsung menangkap Ali yang tengah serdiri di depan motornya sambil terfokus pada ponselnya. Prilly menghembuskan nafasnya, dia melangkahkan kakinya mendekati Ali yang belum menyadari Prilly.
"Ali?" Prilly meringis sadar bahwa nada bicaranya sedikit gugup, Ali mendongak menatap Prilly yang sudah berdiri di depannya.
"Langsung berangkat?" tanya Ali sembari menyimpan ponselnya di saku celananya. Prilly mengangguk saja, tidak berani untuk menjawab selain dari mengangguk.
Ali menaiki motornya lalu menyalakan mesin motor sebelum kemudian Prilly menaiki motor Ali.
Tidak ada yang spesial memang. Wajar saja, ini baru saja awal, tidak tahu nanti di sekolah atau nanti siang bahkan nanti sore.
***
Ali memarkirkan motornya di parkiran khusus motor yang terletak di samping ruang guru, Ali mematikan mesin motornya kemudian turun dari motornya.
Tunggu dulu, Prilly?
"Yuk, gue anter lo ke kelas lo," ucap Ali yang sudah keluar dari area parkir pada Prilly. Tepat sekali, Ali menyuruh Prilly turun di luar area parkiran.
"Nggak usah, aku bisa kok ke kelas sendiri," tolak Prilly halus dan seperkian detik kemudian Prilly melangkah namun dengan cepat Ali menahannya dengan mencekal pergelangan tangannya dan kemudian melepas cekalan tangannya, menggenggam tangan gadis itu.
"Kalau kita jalan sendiri-sendiri, entar gosipnya kurang panas," ucap Ali menanggapi tolakan dari Prilly. Prilly membelalakan matanya dan tertawa kecil, tidak menyangka Ali bisa berbicara seperti itu.
"Tanggung, biarin aja mereka kebakaran," lanjut Ali tanpa mau tahu, menggandeng tangan Prilly berjalan menuju kelas Prilly yang berada di ujung dan dekat dengan kantin. Spontan Prilly menghentikan tawanya.
Koridor yang dilalui Ali dan Prilly mendadak riuh, suara seruan, teriakan, godaan bercampur menjadi satu di sana, Prilly tidak bisa mendengar satu persatu, yang jelas banyak sorot mata tidak suka.
Sesampainya di depan kelas Prilly, Ali melepaskan genggaman tangannya pada tangan Prilly.
"Kalau nanti pulangnya lebih cepet dari gue, tunggu aja di depan kelas gue, jangan pulang dulu!" Prilly mengangguk mengerti.
"Ali..." panggil Prilly.
"Makasih ya," lanjutnya dengan senyuman."Nggak perlu terima kasih," balas Ali.
"Eumm... Ali..." Prilly menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Pergi sana!"Durhaka!
Prilly berteriak dalam hati setelah mengulontarkan usiran.
"Kalau kata Dilan, aku ramal, kita akan bertemu di kantin. Sampai jumpa di kantin!" Ali berlari kecil menjauh dari kelas Prilly, meninggalkan Prilly yang tertawa kecil sembari menggeleng kecil.
| Tubikontinyu |
Part ini gue bikin sambil dengerin lagunya Iqbaal - Rindu Sendiri. Soundtracknya Dilan.