Sayang. [ 02. Baper? ]

217 14 0
                                    

Bel pertanda jam istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, dan Prilly masih duduk manis di bangkunya dengan mata yang terfokus pada buku paket tebal berjudul 'Fisika', padahal tidak ada yang menarik pada buku itu selain rumus, rumus dan rumus.

Prilly menutup buku tebal itu, akhirnya. Kemudian menyimpan buku itu di dalam tas dan beralih menatap keluar kelas, suara berisik terdengar sangat mengganggu dari luar, itu artinya di luar, tepatnya di kantin banyak sekali siswa yang masih betah nongkrong di kantin.

Prilly mendengus, kalau sampai dia bertemu dengan Ali beneran, yang ada Prilly akan jadi sorot utama oleh banyak pasang mata dan juga menjadi buah bibir murid di sekolahnya.
Prilly bakalan risih kalau saja bukan karena perutnya yang sudah berbunyi meminta untuk diisi, Prilly tidak akan mau melangkah keluar kelas apalagi masuk ke area kantin seperti sekarang ini.

"Prilly?"

Langkah Prilly terhenti, kening Prilly mengernyit cemas, suara Ali membuatnya ingin kabur saja. Prilly melanjutkan langkahnya, dia sama sekali tidak melihat Ali yang berdiri tidak jauh di depannya. Langkah Prilly berbalik kebelakang ketika seseorang menahan tangannya.

"Ali?"

Pelakunya adalah Ali, malah cowok itu tersenyum seperti tidak ada masalah, Prilly melirik sekitarnya, mereka --Dia dan Ali-- sudah menjadi pusat perhatian penghuni kantin. Prilly risih.

"Li, lepasin, banyak yang lihatin," bisik Prilly dengan nada memohon.

"Cuek aja, anggap aja kita cuma berdua," balas Ali lalu menarik tangan Prilly memasuki kantin yang masih sama berisiknya, tapi kali ini banyak sorot mata yang mengarah pada mereka, terutama Prilly.
Gadis itu hanya bisa menunduk, tidak terbiasa.

"Mau pesen apa?" tanya Ali kepada Prilly saat mereka sudah sama-sama duduk, Prilly menggigit bibirnya kemudian bangkit dari duduknya.

"Mau kemana? Biar gue aja yang pesenin," ujar Ali sambil mencekal tangan Prilly yang hendak berjalan.

"Pesen sendiri aja deh," tolak Prilly melepaskan cekalan tangan Ali lalu berjalan meninggalkan Ali, namun bukan Ali namanya jika duduk tenang sambil menunggu Prilly.
Ini kesempatan Ali untuk membuat para kaum hawa yang menjadi penghuni kantin saat ini gigit jari. Jahat ya? Tapi mau gimana lagi? Ali kepingin sih.

Ali menyusul Prilly, langkah cepatnya kemudian melambat saat dia berada di belakang Prilly.

Mie ayamnya satu ya," pesan Prilly pada seorang perempuan yang terlihat masih muda, perempuan itu dengan gesit membuat pesanan Prilly. Lebih kurang satu menit, mie ayam pesanan Prilly sudah jadi. Perempuan itu memberikan nampan berisi mangkok mie ayam dan segelas air putih pada Prilly.

Prilly berbalik, sedikit terkejut melihat ada Ali berdiri beberapa langkah di belakangnya. Ali mendekati Prilly, mengambil alih nampan itu.
"Eh, Ali!" kali ini Prilly sangat terkejut.

"Lo duluan aja, biar gue jalan di belakang lo."

Nah kan, kalau kayak gini, mau gimanapun juga perempuan bakalan gigit jari, kayak tanda gitu kalau mereka juga mau cowok kayak Ali.

'Aliiiiii....'

'Jangan kayak gitu, Li, gue kepingin mutusin pacar jadinyaaaa...'

'Doi mana doi? Harus belajar dari Ali dulu kalo mau deketin cewek!'

'Aliiii kalau kata baby Tatan Ayafluu...'

Itu hanya beberapa dari banyaknya bisikan maupun teriakan yang Ali dengar.

Prilly pun berjalan lebih dulu, daripada debat dan akhirnya dia juga yang kalah, mending ngalah aja. Prilly duduk di bangku tadi, begitu juga Ali.

"Li," panggil Prilly setelah Ali menaruh mangkok berisi mie ayam di hadapan Prilly.

"Hmm..." sahut Ali.

"Tulus sama modus beda tipis loh," cicit Prilly tapi masih terdengar di telinga Ali, Ali tertawa kecil.

"Kapan lagi sih gue giniin cewek yang nggak terikat hubungan sama gue, sebelum akhirnya gue anu," balas Ali, kini giliran Prilly yang tertawa karena kata 'anu' yanga Prilly ketahui artinya yang tak lain adalah 'nikah'. 

Prilly menyuapkan mie ayam ke dalam mulutnya, "Gina? Bukan nya lo dulu sama Gina itu pacaran ya?" tanya Prilly.

"Dia cuma mau ikutan popular doang, jadi ya gitu, sekarang dia udah popular, pernah lihat gue sama dia lagi?" Prilly menggeleng sebagai jawaban.

Memang sih, dulu Prilly sering melihat Gina dan Ali berjalan ke kantin berdua, tapi menurut Prilly, Gina orangnya lebih jaga sikap, nggak asal nemplok, buktinya pas jalan sama Ali, dia lebih jaga jarak. Jadi nggak kelihatan kalau dia kayak cuma mau numpang popular doang.

"Tapi, Gina baik kok." Prilly berkata menurut apa yang dia tahu dan lihat. "Apalagi selama deket sama Lo, tingkah dia nggak asal, lebih jaga sikap gitu," lanjut Prilly menyampaikan opininya.

"Nggak usah bahas Gina, mending bahas, kapan lo sayang sama gue?" ucap Ali mengejutkan, dia tersenyum menggoda dan alisnya bergerak naik-turun.

Prilly mengalihkan pandangannya ke arah samping kanannya biar Ali nggak lihat pipinya yang udah merah kayak pakai blush on.

"Asal lo tau...," bisik Ali tepat di telinganya, tubuh Prilly menegang gugup. "Gue sayang sama lo....," lanjut Ali bikin pipi Prilly nggak bisa dikondisikan lagi. Merah lagi.

Tapi seketika raut wajah Prilly berubah drastis, "Bercandanya kelewatan, Li." Prilly kembali menyuapkan kembali mie ayam ke dalam mulutnya sebelum akhirnya Ali membalas perkataanya.

Kalau gue becanda, pasti sekarang ini gue udah ketawa," balas Ali membela dirinya.

"Kan bisa aja, laki-laki bukannya selalu gitu ya? Habis bilang suka, terus pas dibilang boong dianya bilang enggak, terus diserius malah bilang becanda." Ali mengernyitkan dahinya, heran cewek model Prilly yang kelihatan anti-cowok malah tau seluk beluk cowok yang niat buat bercanda.

Prilly punya pernah pacar? Nggak mungkin.

Seperkian detik kemudian, Ali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Keliatan ya bohongnya?" tanya Ali.

Tuh kan! Untung aja Prilly nggak kebaperan banget tadi, cuma dikit aja, tapi nyeselnya lebih dari itu.

"Banget, Li."

"Emang sih gue belum sayang sama lo...," ucap Ali, Prilly sedikit menghiraukan Ali, dan memilih lebih fokus memakan mie ayamnya.
"Tapi beneran deh, gue suka sama lo."

Prilly tidak menanggapinya, Prilly takut nanti Ali bohong lagi, padahal Prilly ngerasa kalau Ali lagi nggak bercanda.

| Tubikontinyu |

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang