Sayang. [ 04.Maaf ]

235 12 0
                                    

Hati-hati ya!" Ali mengangguk kemudian menjalankan motor dengan kecepatan standar.
Tidak cepat dan juga tidak lambat.

Itu bukan suara Kaia atau pun Tante Resi, melainkan suara Tante Kiara. Tante Resi sengaja menyuruh Ali buat nganter Prilly pulang, biar sekalian jalan-jalan katanya dan yang membuat Prilly kesal adalah Ali mau-mau aja.

Jadilah sewaktu Ali dan Prilly sampai di rumah Prilly dan Ali mengatakan alasan kenapa dia yang mengantar Prilly pulang, Tante Kiara kelihatan seneng banget seolah nggak tau kalau Prilly mau Tante Kiara ngelarang Prilly keluar.

Tujuan Ali saat ini adalah; bioskop. Biar nggak bingung, mending nonton dulu, dan Ali punya banyak waktu buat mikir mau kemana habis itu.

Motor Prilly berhenti di depan tempar parkir sebuah mall, kemudian Prilly turun, dan Ali menjalankan kembali motor Prilly, memarkirkan motor Prilly di tempat parkir.

"Mau ngapain ke mall?" tanya Prilly bingung.

"Nonton," jawab Ali. "Lo tau kan film terbaru?" tanya Ali. Jujur aja, Ali kurang update banget soal film gini.

Prilly menggeleng, "Nggak tau, soalnya lebih suka drama korea daripada nonton film di bioskop, selain hemat uang, nontonnya juga bisa berulang kali."

Nah kan, Ali jadi bingung sendiri. Salah dong berarti ke bioskop kalau mereka sama-sama nggak terlalu suka nonton film di bioskop? Apalagi Prilly nya lebih suka nonton drama korea.

"Yaudah jalan-jalan aja, tapi kalo lo mau beli sesuatu ya silahkan."

"Lo yang bayarin?"

Ali menggaruk kepalanya, "Eng—." Bingung mau jawab apa.

"Bercanda kok, Prilly nggak suka belanja hehe..." Prilly terkekeh.

Mereka berjalan memasuki mall dan mengelilingi mall saja sambil berbicang ringan.

"Drama korea, cowok nya orang korea semua ya?" tanya Ali, kayak kesambet apaan gitu waktu Ali bertanya seperti ini, rasanya aneh.

"Kebanyakan. Li lo mau casting jadi bintang drama korea?"

"Nggak ah, pada tersaingi gara-gara gue jadi begituan," jawab Ali terlalu percaya diri, padahal dalam hati dia ngomong gini; 'jadi begituan? Acting aja kagak bisa.'

"Lo lucu ya?"

"Iya." balas Ali. "Saking lucunya gue, bukan nya ketawa tapi lo malah jadi sayang sama gue."

Prilly tersenyum namun sedikit tertahan, ucapan Ali barusan benar-benar buat Prilly jadi aneh sendiri sekarang. Mau protes tapi Prilly udah senyum duluan, nanti kalau protes malah kelihatan banget gengsi kalau beneran sayang, padahalkan sebenernya Prilly belum sayang.

"Kenapa? Gengsi mau bilang sayang?" tanya Ali merasa ucapannya nggak dijawab, bahkan sekedar direspon aja enggak.

Prilly berpikir, kalau Ali bisa buat Prilly nggak bisa jawab, harusnya Prilly juga bisa dong? Tapi kenapa ngebales ucapan Ali susah banget? Apalagi ngebales godaannya dia.

"Beneran gengsi ternyata? Haha..."

Makin lama makin ngeselin, dan Prilly harus memutar otak buat ngebales Ali, seenggaknya bikin dia salah tingkah itu udah lebih dari cukup.

"li, boleh nanya?" tanya Prilly terlebih dahulu, untung saja mereka sedang melewati deretan toko yang masih tutup.

"Nanya kalau gue sayang atau enggak sama lo?"

Tuh kan, Ali jadi makin ngeselin ditambah lagi dia tertawa seperti dialah sang pemenang.

"Bukannnn! Lagian siapa yang mau nanya gitu? Gue mau nanya, ini penting."

Iya, ini penting, soal omongan Kaia tadi pagi. Inget kan?

"Oh kirain kan haha... Yaudah nanya aja!"

"Sebelum nya itu, Prilly mau cerita dulu, tadi pagi sebelum masuk, Tante Resi sempet ngenalin Prilly dulu sama Kaia, terus Kaia bilang Prilly itu cewek yang ada di hpnya Ali—" Prilly menjeda ceritanya, beralih melirik Ali. Yang Prilly lihat

Ali membulatkan matanya, kayak kaget gitu.

"Terus kaia malah nutup mulut nya gitu. Emangnya di hp Lo ada foto Gue?" tanya Prilly.

Prilly cerita plus nanya kayak gini karena bener-bener penasaran, bukan mau bikin Ali salah tingkah loh ya.

"Eum—mata Kaia katarak kali, di hp gue cuma ada foto gue, Mami sama Kaia doang." Ali gugup, kelihatan banget kalo lagi bohong.

"Ooh, kok Prilly nggak percaya ya?"

Ini jujur, Prilly malah ngerasa Ali lagi bohong. Prilly menatap Ali sok serius dan juga penuh selidik. Ali malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal, salah tingkah.

"Ya jujur, gue punya foto lo, itu juga dari Mami dan cuma 15 doang." Ali melanjutkan dalam hati, '5-nya yang dari Mami.'

15 dibilang cuma? Tanya Prilly

"Kok banyak? Perasaan Mama ngasih foto Prilly ke Tante Resi cuma 5 deh, 10-nya lagi dari mana?" Prilly menaruh jari telunjuknya di dagu, dan matanya terlihat menerawang.

"Jangan-jangan Lp curi-curi waktu ya waktu Gue nggak tau terus Lo foto Gue ?"

Tepat sasaran!

Sekarang Ali benar-benar bingung mau ngapain, mau nyangkal nanti malah dibilang ngeles, mau jujur nanti malah digodain habis-habisan. Serba salah jadinya. Kayaknya cuma satu yang bisa nyelamatin Ali dari situasi menjebak kayak gini.

"Foto box yuk!"

Ngalihin pembicaraan.

***

Ali senyum-senyum sendiri ngelihat beberapa lembar foto dia dan Prilly, terlebih lagi foto Prilly sendiri. Butuh perjuangan buat Ali bikin Prilly lupa sama foto Prilly yang Ali simpan.

Mulai dari mengajak main time zone, sampai nonton bioskop juga, akhirnya.

Tring.

Suara notifikasi pesan masuk terdengar, Ali meraih ponselnya dan membuka pesan yang ternyata dari Prilly. Tumben?

Prilly : Foto Gue tadi sama Lo ya li?

Ali mengetik balasan untuk pesan itu dan mengirimkannya.

Ali : Bukannya udah gue kasih ke elo ya? Nggak ada di gue.

Maaf Prill, kayaknya Ali lebih milih buat bohong.

|Tubikontinyu|

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang