Cuaca hari ini sedang mendung.
Semendung hati ini.
Kau yang selalu kutunggu,
tak ubahnya hanya seonggok harapan.
Mataku terasa pedih. Sampai air mata ini mengalir.
Bukan karena dirimu, kasih,
hanya semua ini salah pemikiranku.
Aku rasa aku telah salah memilih,
aku telah membuat persetujuan bodoh.
Tentang janji pada diri sendiri,
untuk selalu menunggu keajaiban.
Tetapi, bukankah Tuhan telah menciptakan semua ini seadil-adilnya?
Bukankah Tuhan selalu tau mana yang baik bagi ciptaan - Nya?
Dan bukankah, Tuhan maha adil atas segala apa yang pantas didapat oleh manusia?
Lantas mengapa aku tak boleh berharap?
Mengapa hatiku selalu diliputi oleh ketidak nyaman?
Mengapa hatiku selalu menolak ketentuan Tuhan?
Diriku laksana kabut yang menghalangi jarak pandang itu sendiri,
menjadi hal tabu, bagi keadaan.
Kepada siapakah aku boleh berharap?
Bolehkah aku selalu meminta padaNya?
Egoiskah diriku jika aku selalu meminta Tuhan,
agar membuatku selalu tercipta untukmu, walau aku tak ubahnya sebuah kabut kekalutan bagimu.
15 Februari 2018 (ditulis ketika kegabutan menghampiri di salon.😂)
KAMU SEDANG MEMBACA
Songs From A Creature
PuisiDunia ini, ibarat kanvas putih pada awalnya. Tuhan tengah menggoreskan kuas Nya diatas kanvas menggunakan cat yang selanjutnya disebut 'Makhluk Hidup' penuh dengan milyaran warna dan juga tekstur yang disebut 'perasaan' yang meliputi 'emosi' dan 'ke...