***
***
"
Steve?"
Seorang gadis berjalan menuruni tangga ke arah pemuda dengan kemeja putih yang tengah berdiri membelakanginya. Gadis itu tersenyum saat melihat postur tubuh tinggi tegap itu begitu familier dengan lelaki yang tengah dia cari beberapa saat lalu.
Sarah. Rambut panjangnya yang kuning pucat melambai lembut seiring langkah-langkah ringan. Tubuhnya yang ramping ditambah sepasang mata biru muda sayu, membuat setiap orang ingin melindungi. Pakaian bebas yang dia kenakan jatuh sopan mengikuti lekuk tubuh molek.
"Aku dari tadi mencarimu, Steve." Nada lembut mengalun dari bibirnya yang menggoda. Kedua tangannya meraih lengan kekar lelaki itu. Gadis itu membiarkan beberapa rambut ikal jatuh di sekitar wajah saat dia mengangkat kepala menatap Steve.
"Kenapa kau tidak meneleponku? Aku bisa ke kelasmu kalau kau mau, Sarah." ucap Steve seraya menarik kedua sudut bibir ke atas. Kedua tangan bergerak naik dan mengusap punggung Sarah, lembut.
"Jadi kenapa kau mencariku, Sarah?" lanjut Steve setelah lelaki itu memberikan tatapan dingin kepada lelaki berkacamata tebal yang masih berdiri diam di hadapannya.
Sarah melepas pelukan lalu mengeluarkan dua lembar kertas kecil dari tas ransel, "Lihat! Aku punya dua tiket nonton ke bioskop! Malam ini!"
Steve tersenyum, "Apa kau ingin mengajakku ke bioskop, Sarah?"Sarah mengangguk semangat, "Iya!"
Steve mencubit pipi Sarah gemas, "Oke, Princess. Malam ini aku akan menjemputmu."***
Sarah membuka lemari pakaian dan menatap bingung pakaian-pakaian itu.
"Nona, Tuan Muda Steve sudah menunggu Nona di bawah." Suara Marta membuat Sarah menoleh.
"Steve sudah datang?"
"Baru saja datang, dan sekarang menunggu Nona di ruang tamu."
Sarah yang masih belum memilih pakaian tepat, akhirnya meraih gaun putih polos yang tergantung indah di depan. Dia memakainya dan melihat gaun itu jatuh sempurna dan sopan di tubuh. Setelah benar-benar sempurna, Sarah berlari kecil keluar kamar dengan langkah tergesa-gesa.
Sarah menuruni tangga dan melihat Steve sibuk dengan ponsel di genggaman, "Tunggu aku di kelab, dan bawakan pesananku. Tidak perlu bertanya. Bawakan saja." Saat mata Steve bertemu dengannya, Steve segera menutup panggilan. Senyum hangat Steve selalu berhasil membuat Sarah merasa nyaman dan aman. "Sudah siap?" Sarah mengangguk dengan mata berbinar.
Steve mengulurkan tangan dan Sarah menerimanya bahagia.
***
Sarah tidak bisa menghentikan rasa kagum saat matanya menatap lekat pemandangan malam dari dalam jendela. Gemerlap lampu di sepanjang Kota Manchester terlihat begitu indah. Namun lipatan kecil perlahan mulai menghiasi kening. Sarah menegakkan tubuh karena mobil yang mereka tumpangi bergerak melewati sudut kecil dan sempit di kota ini. Sepi.
"Kenapa kita ke tempat ini?" Sarah bertanya saat Steve memarkirkan mobil di depan tempat yang dilalui banyak pasangan. Terlalu ramai dan membuat Sarah tidak nyaman.
"Aku harus menemui Bryan dulu. Aku ingin mengambil barangku," ucap Steve seraya melepaskan seatbelt di dadanya, santai. "Mau ikut ke dalam?" Pintu mobilnya tiba-tiba terbuka. Sarah mengangkat kepala dan melihat Steve sudah berdiri di depan, membukakan pintu mobil untuknya.
Sarah melihat ke sepenjuru tempat asing itu. Hingga matanya jatuh ke seorang gadis dengan pakaian glamor yang supermini dan seksi. Sarah mulai dilanda rasa tidak nyaman melihatnya.
"Apa kau takut, Sarah?" Seolah-olah tahu dengan isi kepala Sarah, Steve memberikan senyum menenangkan untuknya. "Tempat ini tidak menakutkan, percayalah kepadaku. Bahkan daripada bioskop, tempat ini jauh lebih menyenangkan, Sayang."
Sayang? Sarah tertegun sejenak ketika Steve memanggilnya dengan sebutan kasih seperti itu. Sarah bahkan tidak sadar jika dia telah keluar dari mobil dan pasrah saat Steve menarik tangan dan membawanya keluar. Sarah merasakan tangan Steve bergerak dan merengkuh pinggangnya.
"Kau akan menyukainya." bisiknya dengan suara parau.
"Kita tidak akan lama, kan?" tanya Sarah dengan suara sedikit bergetar. Dia menghentikan langkah dan menatap Steve sesaat setelah mereka mencapai pintu utama kelab.
Steve diam sejenak, lalu tersenyum hangat kepada Sarah. "Ayo." Steve kembali mengajak Sarah melanjutkan langkah.
Suara ingar bingar menyambut kedatangan mereka. Sarah mencium aroma alkohol menyengat dan membuat perutnya seketika mual. Cahaya remang-remang hingga mengharuskan matanya menyipit tajam. Sarah tidak menyukainya. Sarah merapatkan tubuh kepada Steve saat mereka berjalan melewati beberapa pemuda bermata menakutkan. Mereka semua menatapnya nakal dan liar. Sarah membencinya.
"Tidak apa-apa, Sayang." Steve berbisik di telinga Sarah dan sekali lagi memanggilnya dengan sebutan sayang. Sikap Steve begitu aneh atau ini hanya perasaan Sarah?
"Steve, ayo kita pergi dari sini." Sarah memohon ketika mereka sampai di depan pintu besar warna hitam.
"Aku belum bertemu Bryan. Tunggu sebentar." Steve yang baru saja akan membuka pintu itu, kemudian mengalihkan mata kepada Sarah. Steve tersenyum dan mencium lembut pipi Sarah yang saat ini begitu pucat, dan berhasil membuat Sarah sedikit menjauh dari lelaki tersebut.
"Steve." Sarah menyentuh pipinya yang sempat dicium Steve, terkejut.
"Aku berjanji akan mengantarmu setelah aku menyelesaikan urusanku di tempat ini." Steve kembali meraih tangan Sarah dan menariknya kembali ke bawah jangkauannya.
Steve membuka pintu dan Sarah terkejut dengan apa yang dilihat matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Sarah [21+] / END
Romance⚠ ADULT, ROMANCE, ANAK-ANAK DILARANG MENDEKAT (21+) ⚠ SEKUEL LOVE THE PSYCOPATH Sarah Kendrick Alterio adalah gadis cantik yang pendiam. Penyuka kesunyian pembenci keramaian. Sifat itu juga yang membuatnya tidak memiliki teman kecuali Steve Keith...