Uncontrollable.

69 1 1
                                    

"How's Netherland?" tanyaku setelah aku mendudukkan diri pada kursi dihadapannya. Ia yang semula menunduk memainkan smartphonenya dengan cepat mendongak menatapku sembari tersenyum yang kupikir salah satu senyum kegirangan ketika seseorang yang ditunggu datang.

"Netherland was fine. Semua pekerjaanku berjalan dengan baik disana," jawabnya kemudian. Aku mengangguk-angguk membulatkan mulutku serupa dengan huruf O.

"Kamu sendiri gimana kabarnya selama setahun ini?" Ia bertanya balik. Aku hanya memainkan jariku tanpa berani menatapnya. Wajahku kupaksakan datar walau sebenarnya hatiku sakit sekali ketika mengingat momen-momen yang terjadi selama satu tahun kemarin.

"Seperti yang lo lihat, gue masih baik-baik aja sampe saat ini," jawabku dengan nada yang sedikit kutekankan pada kata saat ini.

"Lo? Gue? Setelah setahun, cara kamu manggil aku berubah?" Ia menaikkan sebelah alisnya. Raut wajahnya menandakan tidak senang dengan penyebutanku padanya.

"Sorry, udah kebiasaan. Lagian dulu juga kita gak banyak ngobrol. Menurut gue itu bukan masalah gak sih? Haha." Balasku dengan nada sarkasme yang terlalu kentara. Oh gosh, Sherrine! jangan sampai emosimu merunyamkan segala rencana yang sudah dipersiapkan dengan matang selama ini!

"Oh, okay then. By the way, aku gak nyangka kamu masih bertahan disini. Maya, prissy, hany dan Mas Oni semuanya udah gak disini. Kamu kok masih betah?"

"Hahaha. Siapa yang bilang gue betah? Tapi paling enggak manajemen disini udah lebih memanusiakan pekerja-pekerjanya. Gak kayak dulu. Lagian gue masih harus cari duit,"

"Lho? Kamu belum lulus emangnya?"

"Udah, tapi masih nunggu wisuda. Yaah sambil nunggu gak ada salahnya kan ngisi waktu kosong yang positif?"

Pertanyaan demi pertanyaan berlanjut terlontar dari bibir tipis laki-laki itu dan yang dapat kulakukan hanyalah menjawab dan bertahan untuk tidak kembali bertanya padanya walau sebenarnya banyak sekali hal-hal yang ingin aku ketahui tentang dirinya selama satu tahun ini.

Kami berdua hanya dapat terdiam dan menatap kosong ke lain arah ketika Casper tidak lagi melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya. Tahan sherrine, tahan. Bibirku sampai terasa kelu saking sudah gatalnya ia terbungkam. Aku harus kembali bekerja. It's not working. It would only make my wounds got bigger. I should've never do anything of all this.

Aku menyentak kakiku pelan sebelum beranjak. Ia yang melihat itu dengan cepat menahan tanganku sebelum aku dapat melangkahkan kakiku pergi.

"Jangan," ujarnya lirih tanpa berani menatap mataku sedangkan mataku sendiri sudah mulai berkaca-kaca menahan perihku. Aku mencoba melepaskan pergelangan tanganku yang tercekal, tapi ia malah lebih mengeratkan kembali genggamannya.

"Jangan, Sherrine. Aku minta maaf," kali ini Casper memberanikan dirinya menatapku yang terpaku. Apa yang harus aku lakukan? Ternyata sesulit ini menghadapi laki-laki yang sama yang telah menghancurkan hatimu berkeping-keping.

Aku mendongakkan kepalaku menatap langit-langit berusaha menahan air mata yang sempat ingin menyeruak turun. Satu detik, dua detik. Casper menarikku untuk menatapnya yang terpaksa kemudian aku lakukan.

"I'm sorry, Sherrine. I was wrong. I was a je—" ucapan Casper terhenti ketika aku dengan cepat menepis tangannya yang ada di pergelangan tanganku keras. Cukup, aku tidak boleh gagal. Apapun caranya, aku harus membuat Casper mencintai aku, setelah itu akan ku porak-porandakan perasaannya dengan kepergianku. Ya, aku harus berhasil. Aku sudah berjalan terlalu jauh. There's no turning back!

"Nothing to forgive, Casp. Lupain aja lah semua kejadian setahun lalu. Gue baik-baik aja dan udah memaafkan lo dari dulu. Kita gak perlu membahas sesuatu yang udah berlalu. Can you?" tegasku dengan beribu arti yang kuletakkan pada senyum tipisku. Bohong. Ya jelas saja bohong. Mana mungkin aku memaafkan laki-laki yang selalu menghina fisikku dan merendahkanku di depan banyak orang karena perasaannku yang mencintainya? Dan parahnya lagi, ia merendahkanku pada sahabat-sahabat wanitaku yang kemudian ia jadikan miliknya satu persatu.

LET ME BE THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang