Mr. Johnathan Π One

55.2K 3.5K 83
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

"Ini."

Casey memberikan amplop coklat kecil pada lelaki yang ada di depannya. Lelaki berjaket kulit itu mengunyah permen karet. Satu tangannya meraih amplop itu lalu membukanya.

"$300. Sesuai perjanjian kita," jelas Casey.

"Senang berbisnis denganmu," ucap lelaki yang mempunyai nama panggilan Drew.

Casey memutar bola matanya. Dia bangkit berdiri lalu pergi dari kafe itu. Niatnya untuk makan siang di sana sudah pupus entah ke mana. Casey meninggalkan kekasih bayarannya itu di kafe tersebut.

Setelah masuk ke dalam mobil, sebuah desahan kasar keluar dari bibir Casey. Tidak tahu sampai kapan dia akan terus menyewa pria asing untuk menjadi kekasih bayarannya di saat dirinya harus menghadiri pertemuan bersama teman-temannya atau pun menghadiri sebuah pesta dan perayaan.

Casey selalu memberikan bayaran pada pria-pria itu setiap kali perjanjian mereka selesai. Biasanya hanya sampai satu minggu perjanjian itu berlangsung. Bukan untuk berhubungan intim dan sejenisnya, Casey hanya akan bertemu dengan mereka saat dirinya harus dalam kondisi mempunyai kekasih.

Wanita itu mulai menyalakan mesin mobil. Tanpa memperhatikan keadaan sekeliling, dia langsung menginjak pedal gas hingga mobilnya melesat cepat dan dalam hitungan detik...

Braakk

Casey merundukkan kepalanya. Kedua tangannya masih memegang stir mobil.

"Aarrgghh," geramnya, lalu mendongakkan tatapannya.

Dengan sedikit ragu, Casey membuka pintu mobil. Dia berharap mobil yang dia tabrak bukan mobil yang mahal. Sehingga tidak membutuhkan banyak biaya untuk memperbaikinya.

Casey tidak mempunyai banyak tabungan lagi. Uang tabungannya sudah menipis karena harus membayar pria-pria yang dia sewa untuk menjadi kekasihnya.

Baru beberapa langkah, kedua mata Casey terbelalak sempurna. Mobil yang dia tabrak bukanlah mobil yang sejenis dengan miliknya. Meskipun hanya melihat dari kejauhan, sudah di pastikan jika mobil itu mempunyai harga yang sangat tinggi.

Casey menelan saliva dengan susah payah. Dia melangkahkan kakinya sangat pelan. Tatapannya melongok ke arah belakang mobil yang dia tabrak. Mobilnya menabrak bagian belakang mobil di depannya. Casey dapat melihat jika lampu belakang mobil itu pecah.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sembari menggigit jarinya cemas.

Bola mata Casey menatap cemas sekitar. Keadaan jalan cukup lengah sehingga tidak ada yang memperhatikan dirinya. Tiba-tiba saja Casey mendengar suara 'pergi saja. Tidak ada yang akan melihatnya' di telinganya.

Pergi? Apakah dirinya harus kabur?

'Jangan pergi Casey. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu,' sahut suara lainnya.

Setelah menimbang keputusannya, Casey membuka pintu mobil. Dengan gerakan cepat dia langsung memakai sabuk pengaman dan melajukan mobilnya. Tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi menurut Casey keputusan terbaiknya adalah untuk pergi dari tempat itu. Dia akan menghubungi pemilik mobil itu jika dirinya sudah mempunyai cukup uang untuk menebus kesalahannya.

Dua puluh menit kemudian mobil yang dikendarai Casey sudah terparkir di depan perusahaan tempatnya bekerja. Dia langsung membuka pintu mobil dan melenggang cepat memasuki kantor.

"Ada apa? Kau seperti di kejar-kejar orang gila saja," tanya Charmaine Horne, salah satu karyawan yang menjadi teman Casey.

Casey menggelengkan kepalanya. Napasnya masih tersengal-sengal. Dia mendudukkan bokongnya di kursi kerjanya.

Mr. JohnathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang