5

1.8K 146 2
                                    

Inilah hidup. Hidup itu harus di jalani, jangan lari. Karena hidup itu perjalanan, bukan pelarian.
-Heni-
****

"... Jadi, apa bener kamu ngelakuin itu?"

Yah, disinilah gue sekarang. Di ruang BK, duduk dengan manis dan disebelah gue, ada Jefri yang cengar cengir tanpa dosa ngelirik ke arah gue. Bu Retno, guru BK yang terkenal tegas ngelirik kearah gue dengan tatapan mengintimidasi. Gue nunduk.

Jefri sialan!

Setelah pantatnya terlepas dari kursi dan menemukan celananya yang sobek karena ulah gue, Jefri mengadukan gue keguru BK dengan tatapan melasnya itu, yang bikin Bu Retno- selaku guru BK percaya dan sekarang beliau menceramahi gue habis habisan.

"Tapi Bu, Jefri ini mau membolos. Jadi saya-"

"Heni, dibuku BK tidak ada kasus Jefri membolos satu kalipun. Lagipula, dia murid baru. Ibu rasa tuduhan kamu tidak benar." ucap Bu Retno.

"Beneran, Bu. Saya enggak bohong," ucap gue lemas. "Dia mau bolos, karena itu saya mau bikin efek jera kepadanya. Sebagai ketua kelas, saya harus-"

"Heni! Jangan membela diri dengan alasan jabatan!" bentak Bu Retno. "Jika kamu berbuat kesalahan, menjadi ketua kelas atau menjadi tukang sapu sekalipun, akan tetap dianggap kesalahan. Kesalahan kamu adalah, menjahili Jefri dan menuduhnya membolos. Kamu bisa mendapatkan hukuman, Heni."

"Tap, tapi Bu-"

"Cukup, Hen! Sekarang kamu dihukum membersihkan toilet sekolah sampai bersih. Nama kamu ibu catat di buku kasus BK. Lain kali, jangan diulangi." desis Bu Retno.

Gue nggangguk pasrah.

Ternyata jadi ketua kelas gak seenak yang gue pikirin. Di ekspentasi gue, gue bisa kayak Ridwan. Goyang kaki, dan seluruh murid patuh dengan perintahnya. Gak kayak gue, yang baru beberapa hari jadi ketua kelas, udah masuk di ruang BK dengan alasan yang tidak berperikehenian.

"Cie yang latian jadi babu." goda Jefri, sambil tertawa ngakak ngelihat gue yang berpenampilan kayak babu rumahan. Gue harus membersihkan toilet yang baunya setengah mati. Ini benar benar merusak citra gue sebagai ketua kelas. Sialan.

"Diem lo! Mau gue tonjok?" geram gue kesal sambil menunjukkan kepalan tangan gue.

"Duh, jangan ditonjok pake tangan dong neng. Tonjoknya pake cinta aja, boleh?" goda Jefri sambil tertawa.

Untung manusia. Kalo bukan, udah gue pites jadi rempeyek!

Gue cuek bebek sambil melanjutkan ngepel. Sementara Jefri hanya memandangi gue, dan dia gak bisa berhenti ketawa. Gue yang geregetan buru buru menyela.

"Ngapain lo ketawa gitu? Waras ga?!" bentak gue kesal.

"Habisnya lo lucu." ucap Jefri disela sela tawanya.

"Lucu apaan, sih?"

"Gimana caranya ngepel coba, kalo gak ada airnya."

  Pipi gue langsung bersemu merah, malu parah. Apalagi saat Jefri mulai mengisi ember pel dengan air dan menyerahkannya ke gue. Gue menerimanya, dan Jefri tersenyum seraya menyentuh hidung gue.

"Lo cantik kaya gitu,"

DEG.

Jangan baper, Hen. Dia itu cuma cowok ngeselin yang bikin lo masuk keruang BK untuk pertama kalinya. Mungkin dia adalah seorang playboy yang akan bilang gitu kesemua cewek. Intinya dia ngeselin, ngeselin, ngeselinnn!! Meski ganteng.

"Jangan sentuh hidung berharga gue!!" seru gue sambil menyelamatkan hidung gue yang cuma satu satunya itu.

Jefri terkekeh. Ternyata tawa dia bener bener menawan dan keren banget, seperti tersihir gue langsung terpaku natap dia, sekalipun gue berusaha keras buat gak baper dengan kata katanya itu.

Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?

***
Bersambung

Vote ya, jangan numpang baca doang :v

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang