6

1.6K 111 1
                                    

Cinta.

Apa itu cinta?

Sejenis cairan untuk mengisi pulpen?

Atau cairan hitam yang dikeluarkan oleh cumi cumi?

Entahlah.

Karena menurut gue,

Cinta itu adalah

5 huruf.

"Hak e hak e!" teriak Jefri. Gue mendengus.

Jamkos yang harusnya diisi dengan tugas yang diberikan oleh Bu Laksmi, yang seharusnya tenang dan damai- berubah bak neraka saat Jefri mulai menjadi provokator untuk meramaikan kelas. Semua cowok dan ceweknya menjadi bandel dan urakan karenanya.

Termasuk Fifin. Entah kenapa sahabat gue itu seneng banget punya teman sekelas sebangsa dirinya, sama sama bandel seperti Jefri. Mereka jadi kompak banget soal rusuh merusuh. Gue jadi pusing kuadrat dibuatnya. Entah kenapa gue gak seneng ngelihatnya. Kenapa ya? Au ah gelap.

"Speaker segede itu mau lo setelin dangdut?! Gak! Gak boleh!" cegah gue saat Jefri hendak menyetel dangdut dengan speaker segede gajahnya itu.

"Riko, Rian! Jangan lempar lemparan sepatu!" teriak gue.

"Mike, Nana! Jangan ngobrol dalam kelas! Kerjain tugasnya!"

"Fifin, jangan naik meja! Gak sopan, tau!"

"Catur! Jangan main HP mulu! Ah lu mah mikirnya Jefri Nichol mulu!"

"Lena! Jangan melamun aja! Kerjain tugasnya!"

"Rajendra! Jangan ngupil mulu, jorok!"

Aduh. Lama lama suara gue abis gara gara teriak mulu. Kelas gue bener bener kacau dan gak ada satupun yang dengerin kata kata gue selaku ketua kelas. Gue berasa kaya batu ginjal, tidak dianggap keberadaannya. Hiks. Semua ini gara gara si kutu- Jefri!

Yen gelem tak jak rabi
Yen ra gelem tak jagongi
Sing ra penting pikir kerii~

"Hei! Gue bilang matiin speakernya, ogeb!" teriak gue. "Gimana kalo Bu Laksmi tau? Bisa bisa-"

Jefri bodo amat sambil terus bergoyang.

"Asem!" umpat gue. "Matiin, ogeb! Ntar kalo Bu Laksmi tau gue bisa dimara-"

Gubrak. Gubrak. Satu persatu murid mulai duduk dibangkunya masing masing. Gue yang gak siap- masih berdiri mematung. Bu Laksmi datang tiba tiba bak jailangkung, dan tentu saja speaker Jefri masih menyala. Bu Laksmi langsung mengeluarkan amarahnya bagai lava yang siap meletus kapan saja.

"Siapa yang nyalain speaker! Rusuh banget kelas ini! Ya ampun, kertas kertas, kelasnya berantakan sekali! Siapa sih, ketua kelasnya?" Bu Laksmi berkacak pinggang, menyeramkan.

"Saya, Bu." ucap gue, mengangkat tangan.

"Heni! Kamu, kamu, kamu lagi! Kenapa kamu gak bisa membuat kelas ini tenang sehari saja! Kamu tidak becus menjaga satu kelas saja. Selama ini kamu ngapain aja?"

"Tapi Bu, Jefri yang-"

"Kau selalu menuduh Jefri saja! Lihat dirimu sendiri! Blablabla.."

Kayaknya motto cewek selalu benar itu salah deh. Nyatanya gue mulu yang disalahin, semua ini gara gara Jefri, murid baru ngeselin yang bikin hidup gue bak neraka bocor. Duh, kenapa gue harus sekelas sama dia, sih?

Akhirnya gue cuma bisa pasrah diomelin abis abisan. Sekarang, gue harus ngapain biar Jefri jera!? Gue jahilin, salah. Gue diemin, salah. Gue marahin, salah. Terus yang bener gimana?! Bu Laksmi, tolong jelaskan! Andai aja gue bisa teriak gitu layaknya tarzan ditengah hutan yang bisa teriak auooo sekenceng kencengnya.

Kayaknya gue harus minta tolong sama seseorang.

***
Bersambung

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang