Hari itu, Yugyeom datang ke kampusnya. Entah setan apa yang sedang merasuki pemuda itu sehingga membuatnya datang ke tempat paling dijauhinya selama beberapa bulan ini.
Semua orang dikoridor berbisik sewaktu Yugyeom lewat disana, sementara Yugyeom? Pemuda itu rasanya ingin membakar satu sekolah beserta isinya saat itu juga.
Sebenarnya bukan tanpa alasan pemuda itu datang kemari, kalau bukan begitu mana mau ia repot-repot datang kesini?.
Tungkai jenjang Yugyeom melangkah menaiki tangga dengan tidak sabaran sambil menggerutu sepanjang jalan.
"Misi, kalo jalan jangan lelet nyet, ngalangin aja."
"Wey, wey si Yugyeom datang."
"Mana mana?"
"Anjir serem, pergi yuk ah!"
Yugyeom mendelik kesal, "minggir! Artis mau lewat! Norak amat kek baru liat orang ganteng aja."
"Najis amat lu kutil babi." Seseorang menyahut, tepatnya disamping Yugyeom.
Yugyeom noleh dan dia menemukan Yuju disana, duduk dikursi sambil ngitungin uang.
Pemuda itu terlalu malas untuk meladeni si preman yang satu itu, akhirnya memutuskan buat ninggalin gadis yang satu itu gitu aja.
Saat ini, yang terpenting adalah misinya. Iya. Misi.
Misi yang baru dia dapatkan beberapa hari yang lalu.
Akhrinya, Yugyeom sampai ditempat tujuannya, menuju kearah perpustakaan, belum sampai sepertiga jalan, pemudai tu harus berhenti karena tiba-tiba ia melihat disalah satu lorong tempat loker, ada Jiho disana. Dan gadis itu tidak sendirian.
Beberapa pemuda mengelilingi gadis yang terlihat ringkih itu. Yugyeom mengatupkan rahangnya rapat-rapat, hingga terdengar bunyi gemeletuk dari giginya. Sejenak ia merasa bersalah pada gadis itu.
Ia tahu. Ya, Yugyeom tahu apa yang terjadi pada Jiho malam itu. Yugyeom bahkan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri dimana Jiho dilemparkan kedalam gudang oleh sekelompok pria rekan bisnis ayah Jiho atau yang merangkap sebagai bos atau atasan bagi Yugyeom.
Bahkan Yugyeom bisa dengar kala itu Jiho memanggil namanya dengan kencang. Tetapi dengan bodohnya Yugyeom lebih memilih mendahulukan egonya dan rasa dendamnya dari pada menolong Jiho. Hatinya bergetar, ia benar-benar merasa bersalah saat ini.
Tanpa sadar tangannya mengepal, "dimana Lisa?" Ia bahkan menggumamkan nama mantan kekasihnya tanpa sadar. Seharusnya gadis itu ada disana sekarang, pikir Yugyeom.
Untuk kesekian kalinya Yugyeom lebih mementingkan rasa dendamnya ketimbang menolong Jiho.
Beruntung, tak lama ia melihat Lisa datang lalu memberi pukulan mentah pada salah seorang pemuda.
Yugyeom tersenyum miring, pemuda itu lantas memilih untuk cepat-cepat pergi dari sana.
Tungkai panjangnya kembali melangkah menyusuri koridor, lalu sampailah ia didepan perpustakaan. Tanpa ragu pemuda itu masuk kedalam sana.
Bau khas buku-buku langsung menyeruak masuk kedalam indra penciuman Yugyeom. Bau yang terasa asing baginya. Yaiya, selama ia menjunjung ilmu ditempat ini, Yugyeom hampir tak pernah menginjakan kaki ditempat sakral itu.
Beberapa orang yang ada disana menatapnya terkejut sekaligus takut. Banyak dari mereka yang langsung berbisik pada teman disebelahnya.
Tidak peduli, Yugyeom segera mencari seseorang yang ia incar dari beberapa hari yang lalu.
Setiap rak ia telusuri dengan cermat. Sampai ia berhenti disalah satu lorong perpustakaan, ia melihat seseorang yang ia cari.
Yugyeom mengeluarkan ponselnya lalu memfoto setiap gerak-gerik orang tersebut. Sejenak Yugyeom memandangi targetnya kali ini. Ia bingung, bagaimana bisa gadis berwajah polos seperti itu menjadi incaran bos nya?.
"Hoi!"
Hampir saja Yugyeom akan menjatuhkan ponselnya ketika seseorang tiba-tiba datang mengejutkannya.
"Gabaik loh moto-motoin orang sembarangan gitu woy." Yugyeom memasang wajah kesalnya, sementara si pelaku hanya bisa tertawa kecil.
"Pergi." Titah Yugyeom.
"Kesambet apaan lo ada di perpus, hah?" Katanya.
Yugyeom menatap tajam si pelaku, "Jungkook mending lo pergi dari sini."
Tanpa memperdulikan ucapan Yugyeom, pemuda berigigi kelinci itu tersenyum jahil kearah Yugyeom, "lu suka ya?"
"Ha? Suka apaan?"
"Tuh" Jungkook memberi kode dengan dagu runcingnya menunjuk sosok yang tadi Yugyeom foto.
"Ngaco setan, kaga. Ck" Yugyeom berdecak sebal, pemuda itu lantas pergi meninggalkan Jungkook, tapi pemuda bergigi kelinci itu malah mengikutinya.
"Dia anak baru disini, mau gua kenalin?"
Gue udah tau duluan bangsat-kyg
Yugyeom tak menjawab, pemuda itu malah mempercepat langkahnya untuk keluar dari tempat terkutuk itu.
"Ngapain ngintilin gua?"
"Dih, emang mau kearah sana sih gua."
Yugyeom hanya ber-oh-ria, sampai tiba-tiba
"Sayang!" Suara melengking seorang gadis terdengar, membuat kedua pemuda itu dan orang-orang yang sedang berlalu lalang menoleh keasal suara.
Kedua bola mata Jungkook membulat lebar ketika melihat seorang gadis yang sudah lama ia tidak temui berjalan kearahnya dengan ekspresi wajah yang terlihat kesal, sedih, marah, semuanya bercampur aduk.
Jungkook berusaha menelan salivanya, dalam hati ia mulai meminta perlindungan dari Tuhan yang menciptakannya.
"Jungkook! Hiks! Gue-gue... hiks... kook..." Jungkook terkejut setengah mati. Gadis itu mulai terisak dihadapan Jungkook.
Begitupula Yugyeom, yang masih berada disamping Jungkook tak kalah terkejut ketika melihat seorang gadis yang tiba-tiba datang lalu menangis dihadapan Jungkook sambil memegangi lengan pemuda itu.
"Jungkoookkkk... hueeee! Hiks hiks"
"A-apasih lo? L-lo siapa sih?" Jungkook gelagapan dan berusaha buat ngelepasin cengkraman gadis itu.
"Jungkook! Ko kamu tega sih?!" Kata perempuan itu sambil berteriak.
Bagus, kini semua mata tertuju pada mereka.
"Kook..." panggil Yugyeom.
"Gyeom tolongin gua..." bisik Jungkook begitu pelan.
"JUNGKOOK IH! AKU HAMIL!!!!"
2018©hulksangster
Stop, baby don't stop.
Huaahhhhhh ten sama tiwainya ganteng banget di teasernya yaampon.
Tp daku belum liat, gamau liat takut sukak. No no no.
KAMU SEDANG MEMBACA
pleite | 97 line。
Fanfictionthey have a problem too. Help em!' Warn ⚠️ -17+ -typo -semi baku -without eyd -hars word -crack ship -ooc 2018©beforenoon-jie