Satu

44 4 21
                                    

Seorang wanita berpakaian rapi dan memakai sepatu yang memiliki hak tiga sentimeter mencium tangan ibunya untuk berpamitan. Pekerjaannya sebagai seorang guru honorer mengharuskan ia memulai hari lebih awal.

“Aina, mudah-mudahan hari ini kamu mendapat jodoh, Nak.” Kata ibunya sambil mengusapkan tangan ke atas kepala anak semata wayangnya. Seperti biasa ibu Aina selalu mendoakan putrinya sebelum berangkat kerja, agar diberikan jodoh oleh Tuhan semesta alam.

“Ibu, jangan terlalu dipikirkan. Aina yakin Allah SWT sudah mempersiapkan laki-laki terbaik untuk Aina.” Ujarnya dengan senyuman menawan terlukis di wajahnya dan dilengkapi tatapan dari matanya yang cantik.

Setelah percakapan singkat antara anak dan ibu selesai. Aina mengambil tas sandangnya yang terletak di atas meja ruang tamu dan melangkahkan kaki keluar dari rumah. matic merah sudah siap ditunggangi dan sebuah helm yang berwarna senada bertengger di atas kepalanya, sebagai pengaman dalam berkendara roda dua. Sekitar lima ratus meter setelah Aina melajukan Matic merahnya, ia berhenti di sebuah toko alat tulis untuk membeli pena.

Sekumpulan ibu-ibu duduk di teras toko. “Eh tahu nggak, itu si Aina anaknya si Maryati. Usianya sudah kepala tiga loh, tapi belum nikah-nikah juga. Sudah perawan tua dia.” Langkahnya terhenti ketika tak sengaja mendengar obrolan ibu-ibu itu. jantungnya serasa ditusuk seribu anak panah. Aina kembali menarik langkahnya kebelakang dengan berurai air mata. Tak terbayang sama sekali sebelumnya bagi Aina, sepagi ini mendengarkan kata-kata yang menggores hati. Obrolan ibu-ibu yang menyayat hatinya bagai sembilu. Pagi yang suram.

Dua puluh menit berlalu. Aina sampai di sekolah. Berusaha melupakan kata-kata sekumpulan ibu-ibu yang telah menghujam jantungnya. Hmmmmhuuuh, Aina menarik nafas panjang dan dikeluarkan kembali sebelum melangkah menuju kantor majelis guru. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tersenyum ke bapak dan ibu guru yang lainnya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada pagi ini.

Bel masuk berbunyi, Aina langsung mempersiaplan materi ajarnya untuk masuk ke kelas tujuh. Berjalan melewati kelas delapan, perpustakaan dan kelas sembilan. Sampai di kelas tujuh, hatinya semakin tidak senang. kelas masih dipenuhi kotoran debu dan sampah-sampah plastik bekas makanan.

“Buk, siswa yang piket belum datang buk.” Pungkas salah seorang siswa yang langsung mendekatinya.

“Ya sudah, kita bantu siswa yang piket hari ini. kita bersihkan kelas sebelum mulai belajar!” ujarnya. Hari yang begitu sulit bagi Aina. Masalah datang silih berganti. Sepuluh menit waktu terpakai membersihkan kelas. Dua orang siswa yang menyandang tas hitam berlari ke arah Aina tergopo-gopo.

   “Maaf, bu, kami terlambat.” Pungkas dua orang siswa itu dengan nafas terengah-engah.

   “Ulfah, Lidya, kenapa bisa terlambat?” Tanya Aina dengan senyum yang terlihat dari bibir tipisnya.

   “Kami tidak memakai helm, buk. Ternyata orang razia, makanya tadi ditilang sama pak polisi. Motor Lidya ditahan.” Pungkas salah seorang siswa dengan nada menyesal.

   “Loh, sebelumya tidak memakai helm ke sekolah? Aina bertanya lebih jauh. Kedua siswa menggeleng yang menandakan mereka tidak memakai helm ke sekolah sebelumnya.

   “Lidya, Ulfah, tahu tidak kegunaan helm?” Lanjut Aina untuk mengetahui pemahaman siswanya tentang keguanaan helm.

   “Agar tidak ditilang polisi, buk.” Ujar lidya dengan meruncingkan mulutnya ke depan dan membolakan matanya ke atas.

   “Selain itu, apa lagi?” Pungkas Aina lebih lanjut. Kembali Ulfah dan Lidya menggelengkan kepala.

   “Lidya, Ulfah dengar ibu baik-bai ya. Ada beberapa kegunaan memakai helm saat kita berkendara. Pertama, melindungi kepala dari benturan saat kecelakaan. Apa yang terjadi jika tiba-tiba kita terpental dari sepeda motor yang sedang melaju kencang? Kemungkinan besar kepala kita akan membentur sesuatu saat mendarat. Bisa saja terbentur aspal, batu, pagar pembatas, pohon, rumput dan lain sebagainya. Tidak bisa kita bayangkan jika kita jatuh dengan posisi kepala lebih dulu pada benda keras karena bisa mnyebabkan kematian.

   Kedua, melindungi mata dari angin, debu, kotoran dan benda keras lainnya. Ada banyak ketidaknyamanan yang bisa berujung pada kecelakaan jika tidak memakai helm saat berkendara sepeda motor seperti, mata kelilipan debu dan kotoran sehingga sulit melihat dengan jelas. Kepala bisa cedera jika terkena timpukan atau jatuhan benda keras.

   Dapat merusak paru-paru jika terus-menerus menghirup udara yang berherak cepat. Debu jalanan akan mengotori wajah yang mengakibatkan timbulnya jerawat. Nah itu, jerawat yang ada di wajah Ulfah itu karena debu jalanan itu.”

   “Ah, ibuk.” Gumam Ulfah yang tersenyum malu dan menutup jerawat di wajahnya.

   “Ketiga, melindungi kepala dari panasnya terik matahari. Sengatan matahari yang terus-menerus mengenai kulit dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Kulit bisa terkena kanker kulit yang sangat berbahaya. Kulit bisa terbakar, bisa berubah menjadi gelap atau hitam. Nah, coba berkaca ke jendela itu.” Aina menunjuk kaca jendela kelas. Segera Ulfah dan Lidya berkaca. “Gimana kulit wajahnya?” Tanya Aina.

“Gelap dan kusam buk.” Jawab Ulfah dan Lidya sambil senyum malu dan menunduk ke arah Aina.

“Itu, akibatnya dari tidak memakai helm. Coba selalu memakai helm dari dulu ketika berkendara sepeda motor, mungkin wajahnya tidak segelap itu. keempat, melindungi kepala dari basah air hujan. Saat hujan turun, helm akan sangat membantu membuat kepala, wajah dan rambut kita tetap kering tidak kehujanan sehingga tubuh kita tidak jatuh sakit. Jadi, helm itu dipakai untuk keselamatan kita. Jika berkendara sepeda motor harus memakai helm, baik ada atau tidak ada polisi.”

“Mmmm, begitu banyak kegunaan helm ya, buk. Timpal Lidya.

“Aku jadi semakin mengerti, buk dengan apa yang ibuk sampaikai tadi. Mulai hari ini dan seterusnya aku akan berjanji pada diriku sendiri, buk, akan memakai helm setiap mengendarai sepeda motor.” Sahut Ulfah dengan semangat.

“Bagus, itu yang ibu harapkan.” Pungkas Aina menyemangati Ulfah.

“Aku juga, Buk. Berjanji pada diriku sendiri akan selalau memakai helm ketika mengendarai sepeda motor.” Lidya tak mau kalah dari Ulfah utuk berjanji pada dirinya sendiri memakai helm ketika berkendara sepeda motor.

“Nah, karena Ulfah dan Lidya sudah paham tentang kegunaan helm saat berkendera sepeda motor. Sekarang coba sampaikan kepada temannya kegunaan helm itu saat berkendara sepeda motor.” Kata Aina dari tempat duduk guru.

Ulfah dan Lidya langsung berdiri di depan kelas dan menghadap ke teman-temannya. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.”

“Walaikumsalam warahmatullahi wabarokatu. Seisi kelas menjawab salam dari Ulfah dan Lidya.

“Teman-teman kelas tujuh, kita perlu memakai helm saat berkendara sepeda motor. Karena manfaatnya begitu banyak diantaranya, mencegah debu masuk ke mata, melindungi kepala ketika terjadi kecelakaan dan melindungi kulit dari sengatan cahaya matahari.” Ujar Ulfah.

“Oke, sekarang Lidya perlu minta maaf ke teman-temannya karena tidak piket hari ini sehingga kelas kotor dan dipenuhi sampah.” Lanjut Aina.

“Teman-teman sekalian di kelas tujuh, aku dan Ulfah minta maaf sebear-besarnya karena tidak bisa piket hari ini karena keterlambatan kami. Aku dan Ulfah berjanji tidak mengulanginya lagi, dan sebagai peraturan di kelas kita. Jika terlambat piket kelas, akan piket selama seminggu kedepan. Kami akan menjalankan peraturan tersebut.” Punkas Lidya. Kemudian mereka dipersilakan duduk dan menjalani proses belajar seperti biasanya.

Bersambung....

Mohon krisannya ya...

Immono_Attasoya,AnnyoosAn,SoeAnn,AmeteursLetters,Syeni_,adindaramadhani_,khosokhoso,ana_azzahra,teaterjanuari,ScarlettaStory,PluviophileStory

Rahasia JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang