3; unknown

17 6 0
                                    

"Ya!! Apa kau tak mendengar alarm berdering begitu kerasnya?"

"Ya!! Jung Hyera!!" bentak Eunsa dengan keras.

Ckk, kenapa harus punya adik pemalas seperti ini.

Eunsa menyerah. Dilemparkannya alarm ke kasur tepat mengenai perut Hyera. Masih berkutat di selimutnya, Hyera bahkan tak membuka matanya sedikit pun. Shit.

Eunsa berjalan ke arah jendela. Dibukanya gorden yang menutupi pandangnya. Pagi yang sejuk siap menemani hari ini.

"Unnie," Hyera sudah bangun rupanya.

Eunsa menoleh, seperti bertanya waeyo?

"Sudah pagikah ini? Pukul berapa?"

Eunsa berdecak gemas. Ingin sekali rasanya ia jitak kepala bocah berumur 16 tahun itu. Ya sifatnya tak lebih dari anak TK yang masih tak pandai berbicara.

"Lihat saja jam di sampingmu itu, pukul berapa ini"

Hyera masih menyipit, diraba ke sebelah kasurnya, dan yap ini dia.

06.35 AM.

Hyera membuka matanya lebar-lebar. Mulutnya menganga seluas sarang laba-laba. Tangannya mulai panik menyibak selimut. Kakinya mulai terperanjat lompat dari kasur.

Ia bingung sejadi-jadinya. Sampai lupa dimana kamar mandinya berada, bahkan lupa dimana ia meletakkan handuk kesayangannya.

"Disini bodoh! Apa kau tak punya mata? Huh!?" Eunsa menunjuk sebuah pintu di samping tempatnya bersender sekarang.

"Ambilkan handukku, cepat!!" Hyera berteriak menjadi lebih ganas.

"Siapa suruh dibangunkan lama sekali! Ambil saja sendiri kau kan punya tangan! Paboya!" Ucap Eunsa tak kalah melawan.

Eunsa berjalan meninggalkan kamar Hyera. Dibuat lunglai jalannya untuk meledek Hyera yang masih memaki dirinya.

----

Eunsa POV

Aku memijat kepala pusing atas kelakuan Hyera barusan. Ku banting pintu kamarnya keras, lihat saja akankah ia terlambat hari ini.

Aku melangkahkan kaki ke lantai bawah. Terlihat dari sini ada ruang tamu, dapur, televisi dengan ukuran 48 inch, ruang makan luas dengan kolam renang disampingnya. Rumah ini terlihat indah dan mewah jika dideskripsikan, tapi teramat sepi jika dilihat, seperti tak ada nyawa di dalamnya.

Sampai di tangga nomor tiga dari bawah, langkahku terhenti. Ada seseorang di balik tirai dekat kolam. Tinggi sekitar 180 cm, badannya bisa dibilang besar dari belakang, sedang memegang secangkir kopi ditangannya--mungkin.

Setelah kupandangi dari jarak sekitar 5 meter, kutekadkan untuk mendekat. Ia membalikkan tubuhnya, aku sempat takut karena berpikir dia bukan manusia, namun nyatanya salah.

"Morning, babe" ia menyapa sok dekat.

Aku memutar kepala, membuang muka, menjauh sejauh-jauhnya tanpa peduli sapaan alay yang barusan diucapkan.

"Hei, wait. Kenapa pergi?" ia menarik lenganku, dirinya kini dekat berada di depanku. Membuatku mendongak karena perbedaan tinggi yang bisa dibilang jauh, apalagi jika tak menggunakan heels seperti sekarang.

"Kenapa kau ada disini? Ini bukan rumahmu yang bisa kau masuki begitu saja, Jongin-aah" jawabku.

Ia adalah orang asing dalam 2 tahun terakhir, tapi ia juga orang paling berharga 3 tahun yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awkward. [Park Chanyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang