Happy Reading 💝💝💝
Tepat pukul sepuluh pagi Joe tiba di kantornya. Ia melangkah santai melewati para karyawan dengan senyuman manis tercetak di wajah tampannya.
Sebenarnya, pagi ini ada meeting penting yang harus dihadiri Joe, tapi karena perdebatannya dengan Sharon mengharuskannya membatalkan meeting itu.
Adik kecilnya itu benar-benar keras kepala. Sharon selalu menganggap perhatian Joe berlebihan. Padahal ia hanya melakukan tugas yang baik sebagai seorang kakak dengan melindungi adik satu-satunya itu.
"Selamat pagi, Erica. Apa jadwal pentingku hari ini?" Joe menyapa sekretarisnya yang terlihat sedang berbicara melalui telepon.
"Selamat pagi, Mr. Kenward," Erica menjauhkan gagang teleponnya lalu berdiri menyambut Joe dengan membungkuk singkat. Walaupun Joe terkesan ramah tapi tidak menjadikan gadis cantik itu melupakan sopan santunnya. "Miss Alona Watson ingin berbicara dengan anda, Sir." Erica menunjuk pada gagang telepon di tangannya yang masih terhubung dengan panggilan.
"Siapa dia?" Joe bertanya singkat. Tentu saja sebenarnya ia mengenal Alona. Dalam dunia bisnis, CEO Watson Group itu cukup populer karena menjadi satu-satunya wanita pemegang perusahaan terbesar.
Tapi, Joe cukup tahu tujuan Alona menghubunginya. Cukup ia berdebat dengan adiknya. Ia tidak mau ditambah pusing dengan menambah perdebatan dengan wanita itu.
"Dia CEO Watson Group, Sir. Katanya, ada hal penting ingin dibicarakan." jelas Erica.
"Bilang saja aku sibuk. Ah, mungkin lebih baik kau matikan saja panggilannya," Joe meraih gagang telepon dari tangan Erica lalu mematikan panggilan itu. "Jadi, apa jadwalku hari ini?"
Baru saja Erica akan menjelaskan, dering telepon kembali berbunyi membuat wanita itu menatap Joe dengan pandangan bertanya.
"Jangan diangkat! Bila perlu kau ungsikan saja telepon ini agar tidak mengganggumu."
Joe segera mengambil agenda dari tangan Erica lalu melangkah menuju ruangannya. Bisa-bisa ia pusing bila terus mendengar bunyi telepon itu.
Geez, kenapa rasanya ia seperti seseorang yang melarikan diri dari rentenir?
***
"Brengsek."
Alona mengumpat kasar begitu panggilannya tidak mendapat jawaban. Joe pasti sengaja menghindar.
Sialnya, kenapa Joe menghindari Alona secara blak-blakan? Setelah berpura-pura tidak mengenalinya, bisa-bisanya Joe mengatakan sedang sibuk, disaat pria itu belum tahu jadwalnya sendiri.
Mereka memang belum pernah berkomunikasi secara langsung, tapi mereka sudah sering bertemu dalam beberapa pertemuan bisnis. Dan itu membuar Alona yakin jika pria itu pasti mengenalnya.
"Sudahlah, Al! Jangan terlalu dipaksakan! Kita cari saja pengganti Sharon." Bella yang sejak tadi bersama Alona mulai jenuh melihat sikap atasan sekaligus sahabatnya itu.
"Tidak ada istilah pergantian!" Alona meletakkan gagang teleponnya dengan kasar lalu merebahkan dirinya di sofa panjang. "Aku tidak bisa menerima seseorang yang sudah mengacaukan rencanaku." geramnya. Ia tidak mau membuang waktunya hanya untuk mencari pengganti Sharon disaat waktunya juga terbilang cukup singkat.
Bella menghela napas panjang. Mengenal Alona sejak kecil, membuatnya sangat tahu sifat sahabatnya itu. Keras kepala, angkuh dan berambisi tinggi. Tidak ada yang bisa menghalangi Alona jika sudah menyangkut ambisi wanita itu.
"Kau sudah lihat sendiri bagaimana pria itu menghindarimu." jawab Bella malas. Ia menyesap minumannya lalu memilih memainkan ponselnya.
"Justru karena itu aku semakin ingin mencekik lehernya, memelintir tangannya dan menendang bokongnya. Aku akan menyadarkan pria itu agar tidak bertindak sesuka hatinya." sahut Alona. Ia tidak akan membiarkan orang lain yang sudah mempermainkannya lepas begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire's Couple
RomanceJika ada yang bertanya apa keinginan terbesar dalam hidup seorang Alona Watson, maka dengan lantang ia akan menjawabnya dengan satu kata yang bernama cinta. Ia hanya ingin bisa merasakan apa yang orang sebut dengan jatuh cinta. Bukankah itu terlalu...