Bagian 3

10 1 0
                                    

Oke Dea, tenang tenang tenang.  Ga ada yang tau kalo lo suka sama dia, jadi yang harus lo lakukan sekarang adalah tenang. Cukup pasang tampang datar dan ga peduli itu keahlian lo kan selama ini....

Oke tarik nafas, hembuskan. Sekarang lo udah siap. Huh

Tok tok tok

"permisi"

"masuk" sahut suara dari dalam.

Dengan pelan Dea membuka pintu, "ada apa?" tanya seseorang di dalam sana. Iya dia si ketua Osis, yang katanya ganteng, pinter, plus anak orang kaya pula. Oke itu bukan cuma katanya tapi itu kenyataannya. Dan dia adalah Alfaro Revano Zirka.

"pak Rey menyuruh saya ngambil berkas yang tertinggal disini." sebenernya Dea gugup, tapi kesannya malah ga peduli. 'aneh banget lagian ngomong formal.'

"oh"

'cuma 'oh' doang, guenya ga disuruh masuk gitu,basa basi dikit kan bisa. suruh duduk kek, terus ditawarin minum. Lah ini datar amat, dasar manusia menyebalkan.' gerutu Dea dalam hati.

"tuh" Alfa mengendikkan dagunya kearah berkas yang terletak di atas meja, tanpa mengalih kan perhatian dari buku yang sedang di bacanya.

Dea masuk kedalam, mengambil apa yang di butuhkannya, lalu segera berbalik untuk pergi. Ngapain repot-repot berterima kasih, sama orang kayak begitu. Nyebelin banget sih. Gue di cuekin, bener-bener deh tuh orang pengen gue jadiin perkedel. Untung suka.

Dea pun terpaksa harus segera berlalu dari ruang Osis sambil merutuk ga jelas dalam hati. 'padahal kan gue pengen sedikit lebih lama ngeliatin dia. Huh. Ya udah deh cabut.'

############

Di kantin waktu istirahat

Dea sedang enak-enakan makan di kantin bareng Safa dan teman-temannya yang lain. Tiba-tiba

"woy monyet" seseorang menepuk bahunya dari belakang, hingga membuat Dea tersedak sampai batuk-batuk saking terkejut nya. Anjirr tepukannya luar biasa lagi, ga bisa pelan-pelan aja apa.

Fiki yang ada di sebelahnya menyerahkan air mineral yang langsung di terima Dea.

"Heh onta, mau bunuh gue lo.? Semprot Dea langsung, begitu batuknya reda.

Yang di semprot cuma nyengir tanpa dosa, lalu mendengus kesal.

"gila ya De, ini udah jam berapa.?" tanya Mela kesal

"jam istirahat..." jawab Dea polos.  Membuat Mela ingin banget ngejitak kepalanya, di jambakin sekalian kalo perlu.

"Iiiiiiihhhhh bukan itu monyet." kata Mela kesal.

"terus apa.?" tanya Dea bingung "ini emang waktu istirahatkan, jamnya makan-makan buat ngisi perut setelah berkutat dengan pelajaran, yang bikin otak mumet dan perut lapar."

"lo tuh ya pikirannya makan mulu, gede juga kagak." balasan Mela membuat Dea cemberut. "pak Rey tadi nyuruh apa sama lo hah. Dan sekarang pak Rey dan anak-anak udah nungg......" ucapan Mela terputus karena Dea mengebrak meja di depannya. Bukan cuma membuat Mela yang terkejut, bahkan sahabat-sahabatnya pun ikut terkejut bahkan sampai ada yang tersedak.

"Astagfirullah gue lupa bagaimana ini, bisa-bisa di sleding gue sama bapak ganteng" balas dea panik. Tapi biarpun panik sempat-sempatnya dea tetap menghabiskan somay dipiringnya walaupun makannya dengan cepat. Setelah minum Dea langsung bangkit dan keluar dari kantin tanpa peduli sahabat-sahabatnya yang habis tersedak. Tak lama mereka melihat Dea balik lagi ke kantin sambil berlari, "bro bayarin ya, siapa tau nanti kalian ga bisa traktir gue lagi, karna mungkin nanti gue cuma tinggal nama." setelah berkata demikian Dea balik lagi keluar kantin sambil berlari. Sahabat-sahabatnya cuma bisa ngusab dada melihat kelakuan aneh bin ajaib tuh anak.

"gue kan belum selesai ngomong, kok main pergi aja sih tuh anak." gerutu Mela.

"udah Mel banyakin sabar aja kalo lo temenan sama tuh anak." kata Heri prihatin.

"gue nyerah, dedek ga kuat mas, ini berat, kamu aja." balas Mela sambil memasang wajah sedihnya.

"lebay lu." balas Fiki melempar kerupuk kearah Mela.

"hah. Apa lo" kata Mela sewot.  "lo juga tuh Ram disuruh kelapangan"

"eh si Dea mau kemana tuh, arah lapangannya kan kesana.?" tanya Safa heran.

"tau, sahabat lo pada emang aneh" kata Mela setelah itu berlalu dari hadapan mereka, ga kuat berdiri terlalu lama di hadapan cogan.

"sobat lo tuh Fa." kata Rama

"sobat lo juga bego." balas Safa

"sorri gue ga kenal." heri ikut bersuara

"heran gue, sama orang lain sok-sokan cueknya minta ampun, tapi sama kita-kita kenapa jadi aneh begitu." Fiki menambahkan.

"Tau ah, biarin aja sih selagi dia seneng." balas Safa " terus siapa yang bayarin nih." lanjutnya lagi.

"Fiki" jawab Rama dan Heri kompak, lalu mereka melakukan high five

"lah si monyet. Kalo masalah bayar gue mulu yang kena." gerutu Fiki. Yang di sambut tawa Rama dan Heri, sedangkan Safa hanya menggeleng-geleng kepala.

"udah ya gue kelapangan dulu, sekalian ya Fik bayarin punya gue." Rama segera meninggalkan tempat duduknya tanpa peduli gerutuan Fiki.

*******

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang