🎤 Part 5

34 9 0
                                    

Ingin menjadi sebuah alasan untukmu bahagia.

〰🔆〰

Suasana kantin begitu sesak, keributan terjadi dimana-mana. Tak bisa disalahkan, sekarang memanglah saatnya untuk memanjakan para cacing yang berada didalam perut.

Harmoni alias Moni kini berada diantara kesesakan kantin yang ditemani oleh Cindy dan Gabriel.
"Gue haus banget sumpah. Gila ya, hukuman gue hari ini bener-bener beraaaat banget." Moni berujar kesal sambil meneguk es jeruknya dengan rakus. Ditambah lagi, cuaca yang panas dan lelahnya menjalani hukuman membuat tubuhnya semakin memanas.

"Udah, makan aja yang bener. Ini juga salah lo kan, kenapa juga mesti kabur." Gabriel menasihati sahabat kecilnya yang satu ini. Kelucuan Moni benar-benar membuatnya gemas.

Memusatkan hanya pada satu titik perhatian, Gabriel terus memandangi wajah Harmoni yang bercucuran keringat. Gadis itu tampak sexy dengan semua yang ia perbuat.

"Ooo, jadi sekarang lo nggak belain gue lagi?" Moni bertambah kesal, ia mengambil kotak tisyu yang selalu standbye di meja kantin dan melemparkannya kearah Gabriel. 

"Aduh. Kejam banget jadi cewek."

"Uhuk-uhukk. Moni-Moni, lo emang nggak pernah habis-habisnya ya, bikin ulah." melihat Gabriel yang meringis, membuat Cindy terbahak-bahak hingga batuk. "Kemaren-Kemaren lo salah bawa jadwal. Nah sekarang, udah telat pakai acara lari lagi." Lanjutnya.

"Waduh, mati gue. Jadwal, iya-iya jadwal." Moni berubah panik dengan mengingat kata Jadwal yang disampaikan oleh Cindy.

"Jadwal? Emang nya jadwal kenapa?"

Plak.

"Gue salah bawa buku lagi, gimana dong."

Melihat Moni yang semakin panik membuat Cindy kembali tertawa puas. Sedangkan Gabriel, pria itu hanya tersenyum kecil dengan sedikit gelengan kepala.

"Otak lo ketinggalan dimana sih Mon, mapel aja lo lupain."

"Iihh, jangan ketawa dong Cin, gue serius."

"Tunggu - tunggu, kalau lo salah bawa jadwal itu artinya lo nggak bawa baju labor dong." -Cindy

"Nah, itu dia masalahnya." -Moni.

"Buset, lo nggak boleh ikut ujian biologi dong hari ini." -Cindy.

"Duh, gimana nih.. bisa nggak tuntas lagi nilai bio gue Cin." -Moni.

"Kalau biologi yang nggak tuntas, tamat lo." -Cindy.

"Ihh Cindy, lo jangan nakut-nakutin gue kayak gini dong."

"Siapa juga yang nakut-nakutin. Lo tau kan, biologi itu ciri khas jurusan kita, kalau satu aja nggak tuntas dari keempat ciri khas itu, tinggal kelas."

"Cindy?!"

"Udah, santai aja. Lo biologi empat jam terkirkan? Nanti pas jam istirahat kedua gue pulang, jemput baju lab. gue buat lo." Gabriel yang sedari tadi hanya diam memperhatikan perdebatan Moni dan Cindy kini ikut menengahi. Ia menemukan solusi yang tepat untuk Moni agar ikut ujian.

"Lo serius?" -Moni.

"Menurut lo? Gue main-main gitu? Sejak kapan gue ga serius?"

"Kyaaa... Sumpah, gue bahagia pake banget. Makin sayang deh gue, punya abang sekaligus sahabat kayak lo." Moni berujar tulus dengan kedipan mata lucu yang ia punya.

Gabriel memang selalu jadi pahlawan bagi Moni dalam situasi apapun. Seperti waktu-waktu yang telah dilalui, salah bawa buku pelajaran, lupa bawa jas laboratorium, kunci ruang kesenian ketinggalan. Gabriel selalu punya solusi untuknya.

SymphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang