🎤 Part 4

26 10 0
                                    

Hukuman.

〰🔆〰

Author PoV

"Waduhh, ehh ibu." dari posisinya yang berada di atas tembok pagar sekolah, Moni menyengir cukup tulus. Saking tulusnya ia seperti orang yang tak berdosa dan lihatlah, ia mulai menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.

Satuu,,

Duaa,,

Tiga...

"HARMONIIII.." Seakan tau bencana berikutnya yang akan melanda, sesegera mungkin Moni menutup telinganya.

"Iya ibu." jawabnya dengan tangan yang masih setia di telinga.

"Turun kamu." ujar bu guru yang mulai naik fitam.

Pasalnya, kelakuan Moni yang ada-ada saja, membuat bu guru nya yang satu ini tersungkur. Ternyata hasil lemparan yang dilakukan Moni tepat sasaran, mengenai kepala gurunya ini.

Nama gurunya yaitu, bu Lucya Dwi Murti. Akrap dipanggil mami Lusi, cukup royal, centil, garang, dan yang terpenting bagi Moni adalahhh... Bu lucy mengenal mamanya. Jangan sampai, diadukan lagi.

Moni melompat, turun dari posisi tahtanya yang cukup tinggi.

"Mau di tolongin bu?" ujar Moni sambil mengulurkan kedua tangannya kepada bu Lusi.

"Nggak usah." ketus bu Lusi pada Moni.

Lagi-lagi Moni menggaruk kepala bagian belakangnya. Jika ia berniat menolang di ketuskan seperti ini, sedangkan jika nanti ia tidak menolong? Malah makin parah yang akan diterimanya.

Moni kembali bergerak, mengambil tasnya yang tergeletak santai ditanah. Dengan sedikit kesal Moni merutuki tasnya sendiri yang salah mendarat.

Jangan salahin tasnya kali Mon.

Dengan sudut mata tajam bak elang, Moni memasang sikap siaga dengan selalu melirik kearah bu Lusi.

Bugh.

"Auuu.."

"Waduh." gumam Moni dengan menutup kedua kelopak matanya erat-erat.

"MONII.." teriakan khas itu kembali muncul, tetapi bedanya yang tadi 'Harmoni' sedangkan sekarang adalah 'Moni.'

Bu Lusi lagi-lagi terjatuh. Tapi, bedanya yang tadi karena lemparan tas dari Moni sedangkan sekarang disebabkan oleh ujung heels bu Lusi yang tersangkut di besi penutup selokan.

"Iya ibu?"

"Kesini kamu, tolongin ibu." Moni bergegas mendengar perintah itu. Dengan kekuatan ekstra, Moni menguluran tangannya dan mulai menarik bu Lusi.

"Auu.." lagi-lagi bu Lusi meringis. Wajahnya mulai mengiba dengan tambahan rasa kesal, pasalnya heels kesayangan yang ia punya *tinggi kurang lebih 17 cm* menjadi patah akibat tersangkung diantara besi-besi penutup selokan.

"Lihat, gara-gara kamu, heels ibu jadi patah!"

"Kok, gara-gara saya bu?"

Ya ampun Harmoni, bego atau gimana sih?

"Kalau bukan kamu lalu siapa? Gara-gara ibu? Iya?" Moni menundukkan kepalanya. Suara nyaring milik bu Lusi berhasil membuat jantung Moni berdebar-debar, atau.. Inikah yang dinamakan dengan cinta? Ahh nggak mungkin.

"Gara-gara kamu yang lempar tas sembarang, bikin ibu jatuh dan heels ibu nyunsep ke sana tau?"

Moni diam, menyadari kesalahannya. Tapi begonya, kenapa Moni masih menanyakan kesalahannya, sedangkan ia sendiri sadar.

SymphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang