PROLOG

96.9K 4.3K 84
                                    

...

Brak!

Sebuah motor matic menabrak mobil hitam di depannya dengan cukup keras, membuat bagian belakang sedikit penyok. Jalanan yang ramai dipenuhi dengan pengendara, membuat beberapa orang memperhatikan si pengemudi motor yang turun dari motornya dengan wajah khawatir.

Lebih parahnya lagi, mereka tengah berada di lampu merah dan dekat dengan pos polisi. Wajah perempuan itu pias seketika, ia takut dengan dua orang polisi yang mengamatinya dari posnya. Mungkin, dalam hitungan ketiga, mereka akan segera datang menghampiri si pengendara motor yang mengendarai motonya tidak ugal-ugalan.


Tidak lama kemudian, si pemilik mobil turun dengan wajah kesal. Ia sedang terburu-buru dan semua orang membuatnya marah. Dua orang polisi akhirnya mendatangi keduanya, sebelum terjadinya pertengkaran di tengah-tengah lampu merah.


Alfatah Renaldi Verza atau biasa disapa Renal, mengamati bagian belakang mobilnya yang penyok. Ini adalah mobil kesayangannya yang cicilannya baru lunas bulan lalu. Namun, gara-gara perempuan ceroboh ini, mobilnya tampak mengenaskan.

"Saya tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi. Mobil saya harus sama seperti sedia kala..." tandas Renal dengan tatapan sengit ke arah perempuan berlesung pipi di depannya.

Perempuan hanya bisa diam sambil memainkan ujung tas selempangnya karena ketakutan. Ia cukup ceroboh pagi ini, karena terburu-buru mengantarkan pesanan bunga ke salah satu hotel di daerah sana. Namun, soalnya, ia malah menabrak mobil di depannya karena kaget dengan lampu yang berubah merah.

"Maaf, Pak, saya benar-benar enggak sengaja. Saya cuma orang miskin dan enggak tahu harus ganti rugi pakai apa," lirih perempuan itu yang menciut nyalinya karena Renal memasang wajah judes.

Renal menghela napas panjang. Energi negatif menyergapnya sepagi ini. Jika dirinya tidak mood bekerja, bagaimana caranya menyambut pasien ibu-ibu yang sering curhat tentang rumah tanggannya? Padahal, ia sendiri dokter obgyn yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusan rumah tangga pasiennya.

Terdengar suara klakson yang memaksa keduanya menyingkir ke pinggir jalan, tepatnya di dekat pos polisi untuk menyelesaikan masalah.

Renal berdiri di pinggir jalan. Ia menatap kondisi mobilnya yang penyok, sedangkan perempuan itu sedang ditanya ini dan itu oleh dua polisi yang berjaga di pos. Jika polisi bertanya padanya, Renal sekadar menjawab saja.

Ditatapnya jam tangannya, matanya membulat seketika.

"Saya tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi. Saya tidak peduli dengan alasan kamu soal miskin atau apalah itu. Intinya, tanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan..." ujar Renal dengan tegas.

Perempuan itu memohon kepada Renal dengan wajah panik, "Sekali lagi maafkan saya, Pak. Saya benar-benar enggak sengaja. Saya enggak punya uang untuk ganti rugi. Tapi, saya bersedia melakukan apa pun yang Mas minta. Bagaimana, Pak?"

"Bapak ... Bapak! Kamu pikir muka saya kaya bapak-bapak?" ketus Renal karena jengah dipanggil dengan sebutan bapak. Dia tidak setua itu ya! Seingatnya sih.

Perempuan itu menggeleng dengan cepat dan menjawab, "Enggak kok, Pak, eh, Mas. Masnya masih ganteng, enggak mirip sama bapak-bapak. Ini malah mirip artis di TV. Serius deh!"

Renal melirik jamnya yang semakin berjalan. Ia harus melakukan sesuatu yang mengharuskan untuk segera pergi. Masalah sepela ini menguras waktu dan kesabarannya.

"Astaga, sampai lupa!" ucap Renal teringat dengan pekerjaannya di rumah sakit, "Pak, ini kartu nama saya, tolong dibantu diuruskan semuanya saja. Saya harus bantu lahiran. Takutnya, anaknya mbrojol tanpa saja."

Renal mengeluarkan kartu namanya dari dompet dan menyodorkannya kepada salah satu polisi bertubuh tinggi tegap itu.

Tanpa berbasa-basi lagi, Renal melajukan mobilnya meninggalkan TKP untuk segera datang ke rumah sakit. Ia lupa dengan pasien yang harus ditanganinya. Mungkin, anak itu sudah keluar secara mandiri tanpa bantuannya.

Perempuan itu menatap kepergian Renal dengan perasaan lega dan suka cita.

"Syukurlah istrinya mau melahirkan. Aku bisa bebas dari ganti rugi. Hm, memang rezeki anak sholeh! Semoga kita enggak ketemu lagi ya, Mas Ganteng..." batin perempuan itu semringah.

---oOo---

Halo semua...

Cerita ini adalah sekuel dari cerita Jodoh Pak Dokter. Semoga kalian semua suka, ya.

Cerita ini aku sedikit rombak supaya bahasanya lebih oke dan mudah untuk dipahami.

Thx.

SUAMIKU DOKTER GANTENG (DOCTOR'S MATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang