Ibuku tersayang,
Maafkan atas segala tingkahku. Aku tahu aku bukan anak terbaik di dunia. Aku bukan anak yang mudah untuk diberitahu, dan bisa dibilang aku tidak pernah menurut lagi semenjak aku beranjak remaja. Kamu tidak layak mendapat perlakuan seperti itu, tapi pada saat itu aku pikir kamu layak diperlakukan begitu.
Entah bagaimana aku melewatkannya, bagaimana aku tidak memperhatikan. Semuanya terlihat jelas, sebenarnya. Seharusnya aku lebih teliti lagi, seharusnya aku tahu bahwa kamu tidak akan tega melakukan semua hal itu kepadaku. Seharusnya aku tahu, bukan dirimulah yang berbisik tentang kamu telah kehilangan akal sehat.
Aku berharap dulunya kamu bercerita tentang saudari kembarmu, tentang apa yang telah dia lakukan kepadamu. Aku berharap segalanya berbeda untuk kebaikan kita berdua, aku berharap saudari kembarmu itu tidak pernah ada. Aku berharap aku tadinya tidak mempercayainya saat dia berpura-pura menjadi dirimu.
Selalu ada perbedaan bahkan diantara kembar identik, namun aku tidak pernah memperhatikan. Mungkin jika dulunya kamu bercerita bahwa kamu memiliki saudari kembar, bisa jadi aku tidak akan mudah dibodohi. Mungkin aku tidak perlu menulis surat ini sama sekali.
Aku merindukanmu, Bu. Maafkan atas segala perbuatanku. Aku hanya ingin penderitaan kita berakhir. Sejujurnya aku berharap aku ikut mati bersamamu di dalam mobil saat itu, itulah sebenarnya tujuanku saat aku menabrakkan mobil kita ke pohon.
Waktu berlalu, dan segalanya berjalan normal saat aku menunggu mendapatkan tempat tinggal baru. Tidak ada yang mencurigai seorang gadis remaja dapat sengaja menabrakkan mobil ke pohon. Aku baik-baik saja. Sampai akhirnya mereka mendapatkan tempat tinggal baru untukku.
Mereka memberitahuku bahwa saudari kembarmu yang membantu membesarkanmu, walaupun dia hanya beberapa menit lebih tua darimu. Ya Tuhan, dia benar-benar mirip denganmu, Bu, identik kecuali di mata. Matanya sedikit lebih gelap.
Aku meminta maaf kepadamu atas perlakukanku selama ini. Aku sadar sekarang, bahwa bukan kamulah yang selama ini menyakiti aku. mata terangmu tidak pernah melotot tajam ke arahku. Maafkan aku karena selama ini percaya bahwa dia adalah kamu. Aku sungguh menyesal, Bu.
Aku akan membayar kesalahanku. Dia sudah setuju untuk pergi menemaniku ke makammu agar aku bisa menyerahkan surat ini kepadamu.
Ibu, aku hanya bisa berjanji satu hal. Aku berjanji, kali ini aku akan menabrak pohon lebih kencang lagi.
YOU ARE READING
SEBUAH CERITA UNTUK MENAKUT-NAKUTI ANAKKU
HorrorSebuah Cerita Untuk Menakut-Nakuti Anakku Dan kumpulan cerita pendek horror di Internet & Creepypasta lainnya. Disclaimer : Semua cerita berikut bukan karangan saya, saya hanya menerjemahkan dan mengumpulkan saja. Jika Anda membaca salah satu cerita...