Dinding Yang Bernyanyi

54 0 0
                                    

Saat aku masih kecil, dinding di kamar tidurku selalu bernyanyi untukku saat malam hari. Menurutku fenomena misterius itu sangat menenangkan, dan selalu aku tunggu-tunggu tiap malam.

Saat aku berusia delapan tahun, aku memberitahukannya ke orang tuaku, mereka malah membawaku ke dokter, dia menyimpulkan bahwa aku memiliki imajinasi yang kuat.

Ini membuat kedua orang tuaku senang, dan menyuruhku untuk tidak menyinggung hal ini di lain waktu.

Beberapa tahun kemudian, ayahku terkena serangan jantung saat tertidur, sementara ibuku tidak ada di rumah karena sedang melakukan perjalanan bisnis. Malam itu, aku terbangun dan menyadari bahwa dinding kamarku tidak bernyanyi malam itu. Keheningan itu membuatku risih, janggal.

Akhirnya keheningan itu terpecah oleh suara yang cukup familiar.

"Raksasa muda, ayahmu sedang dalam masalah," suara itu berbisik. Suaranya lembut, bagai suara sutra di gesekkan ke sutra lain, aku mengenalinya sebagai suara salah satu penyanyi dari dalam dindingku.

Sesuatu menyentuh kulit di belakang telingaku, lalu makhluk itu melompat ke lenganku.

Saat dia mencapai telunjukku, aku mengengkat tanganku mendekati wajah, agar bisa melihat dengan jelas siapa kawan misteriusku itu.

Laba-laba hitam yang sangat kecil sedang berdiri di telapak tanganku. Sebelum aku refleks mengkibas tanganku, laba-laba itu sudah lebih dulu berbicara.

"Ayahmu sakit. Dia perlu penyembuh," Laba-laba itu kembali mengingatkan sebelum melompat turun dari jemariku dan menghilang di kegelapan pojok kamar tidurku.

Tentu saja, saat aku memeriksa kondisi ayahku, aku kesulitan membangunkannya, langsung aku menghubungi nomer darurat. Setelah keadaan ayahku mulai stabil, dokter memberitahuku bahwa ayahku bisa meninggal jika aku terbangun lebih telat.

Hari berikutnya, Aku mengucapkan terima kasih untuk laba-laba yang bernyanyi di dindingku. mereka berdengung sebagai balasan, dan aku tersenyum, senang karena mendapat kawan-kawan baru.

Serangan jantung yang yang didapat oleh ayahku saat aku berumur tujuh belas tahun, membuat ayah tidak bisa tertolong lagi, dan beliau meninggal dunia, hal itu membuat ibuku sering sakit dan harus dirawat di rumah sakit setahun kemudian.

Setelah itu, aku tenggelam dalam depresi dan terlibat hubungan asmara yang tidak sehat dengan pria yang kasar dan sering memukuliku.

Aku akhirnya mengadukan keadaanku kepada para laba-laba di dinding kamar tidurku, dan mereka mendengungkan rasa simpati dari sarang mereka di balik dinding

Seekor laba-laba coklat melompat dari langit-langit kamar menuju bantal di sebelah wajah memarku, dia memintaku untuk membawa pacarku ke rumah malam itu juga.

"Kami akan membantumu, raksasa muda," janjinya.

Lalu aku melakukan apa yang dia pinta. Pacarku datang ke rumah dan sedang santai menonton TV.

Aku berdiri dekat kompor di dapur, tidak bisa fokus akan apa yang akan aku masak karena penasaran apa yang akan laba-laba itu lakukan.

Pacarku mulai berteriak saat pasta yang kumasak matang. Dan dia berhenti berteriak saat pastanya aku tiriskan dan aku tambahkan saus. Aku makan dengan tenang sambil menunggu polisi datang.

Polisi berkata dia meninggal karena ada pendarahan di otaknya.

Tragis, mereka berkata. Ya, aku setuju, sangat tragis.

Malam itu, aku tertidur dengan nyenyak, di nina-bobokan oleh suara merdu dari nyanyian kawan-kawanku di balik dinding.

SEBUAH CERITA UNTUK MENAKUT-NAKUTI ANAKKUWhere stories live. Discover now