I DONT KNOW

82 11 6
                                    

"Mika.... ayo mika..!!!semangat!!!!"
Teriak Vena yang sukses mengagetkan gendang telingaku. Saat ini aku dan Vena sedang berada di lapangan basket, menonton mika yang sedang mati - matian bertanding dengan adik kelas, mendengar teriakan Vena, mika menoleh ke arah kami lalu melambaikan tangan dan tertawa riang, walau sebenarnya aku tahu dia sangat kelelahan.

"Ih.. Vena!  Berisik! Telingaku sakit nih"
keluhku pada Vena, tapi ia hanya tertawa, lalu memberiku jus jeruk yang tadi ia beli di kantin.

"Makasih..." ucapku, lalu segera meneguk jus itu.

"Ven.. kamu suka mika ya?" Celetuk ku tiba - tiba, padahal aku tidak serius mengatakan hal itu, aku hanya asal nyeplos saja, tapi kata - kataku barusan yang ku anggap biasa saja, sukses membuat vena menyemprotkan jus jeruk di mulutnya.

"Woi... woi.. kenapa nih..??" Tanyaku panik, vena mengusap mulutnya yang belepotan, lalu mendelik padaku, melihat ekspresinya, tiba - tiba aku jadi yakin kalau Vena memang menyukai mika.

"Jadi bener kamu suka mika?" Tanyaku lagi agak berbisik, seketika wajah vena memerah, lalu ia membuang muka.

"Kalau kamu suka, nyatain aja Ven... dari pada di pendem.." gumamku pelan, sambil menatap mika dilapangan yang berusaha memasukkan bola ke ring basket.

" tapi Mika suka cewek lain brin" ucap Vena pendek, sambil mengikat rambut ikalnya, mendengar nada suara dan ekspresi vena, aku tahu dia sangat patah hati, dia terlihat sangat sedih, matanya mulai berkaca - kaca, dan hampir saja ia  menangis, tapi ia segera mengucek matanya.

"Kok kamu tahu? Mika suka cewek lain? Kamu udah pernah nyatain perasaanmu ke mika?" Tanyaku lagi, dengan agak pelan aku ingin meringankan beban Vena, setidaknya aku bisa menjadi tempat ia curhat.

" belum pernah, tapi beberapa bulan lalu dia pernah curhat padaku kalau dia menyukai seseorang" ucapnya lagi, kali ini suaranya agak parau, ia benar benar menahan tangis, dan akhirnya aku tidak meneruskan pembicaraan ini, aku takut vena bertambah sedih, aku akan menanyakan masalah ini saat perasaannya membaik.

" sorry Ven, karena celotehan ku, kamu jadi sedih"

"Gak papa kok Brin" jawab vena menunduk.

*******
Cuaca agak mendung, padahal ini jam 10 pagi, tapi sama sekali tidak terasa panas, aku duduk di kursi taman sekolahku, sejak aku pindah ke sekolah ini aku memang menyukai tempat ini, tempat ini terasa sangat sejuk, banyak pepohonan dan bermacam macam jenis tumbuhan, bahkan sekarang ini aku duduk di kursi tepat di bawah pohon rindang yang tidak ku ketahui namanya 😂✌

Aku sedang merenungkan banyak hal, tentang vena dan mika, dan terutama tentang perasaan aneh yang menimpaku beberapa hari ini, perasaan yang membingungkan, menyiksa, tapi indah juga, dan yang pasti aku tahu semua ini karena si dingin Leon. Padahal sudah 3 hari ia pindah kesini, dan bangku kami bersebelahan, tapi kami tidak pernah bercakap cakap walau hanya sepatah kata pun, entah kenapa hal itu membuatku merasa risih, padahal selama ini aku tidak pernah memperdulikan sikap orang terhadapku, tapi entah kenapa leon berbeda, aku merasa ingin bercakap cakap dengannya, menghabiskan waktu bersama, dan tertawa bersama, but** tertawa? Bahkan aku masih belum pernah melihatnya tersenyum, ia selalu bersikap dingin, bahkan pada teman sekelas, ia hanya berbicara seperlunya saja, bahkan pada saat jam istirahat dia pasti menghilang  entah kemana, arghhh!!! Apaan sih ini!! Leon! Leon! Dan Leon melulu sih di pikiranku!!! Keluhku dalam hati sambil mengetuk kepalaku pelan.
"Uhhh sadar brin!! Sadar!!" Gumamku, aku benar benar nampak seperti orang bodoh.

Benar seharusnya saat ini aku memikirkan sahabatku, bagaimana aku harus membantu Vena, agar dia menyudahi patah hatinya, "hufttt" aku menghembuskan nafas panjang berusaha menenangkan diri, aku menyandarkan kepala ke kursi, lalu memejamkan mata.
Tiba - tiba aku merasa sepasang tangan menutup mataku, aku memegang tangan itu berusaha mengetahui siapa pemiliknya, dan seperti dugaanku.

" ngelamunin apa sih..?" Ucap pemilik suara itu, perasaan dongkol mulai menyelimuti hatiku, saat suara itu muncul, dan yang pasti ku tahu itu 'Mika'

"Mika!!! Lepasin..!!" Teriakku, lalu mika melepaskan tangannya dan duduk di sebelahku, ah ingin sekali ku jambak rambutnya, tapi ya sudahlah..

" akhir akhir ini kamu kok sering ngelamun?" Tanya mika,sambil memainkan gantungan ponselnya.

"Emang aku sering ngelamun??" Tanyaku balik, berusaha mengelak, karena pastinya aku tahu akhir akhir ini fikiranku tidak lepas dari Leon.

"Di tanya malah balik nanya" ucap mika, kali ini ia menatap mataku, jarak kami sangat dekat, sampai sampai aku merasakan nafasnya, seketika aku beringsut menjauh.

"Males kamu gak jelas" ucapku, berusaha mengalihkan pembicaraan, beberapa menit kami saling diam terbenam dalam fikiran masing - masing, tapi akhir akhir ini aku juga merasa ada yang aneh pada mika, terutama pada sikapnya yang posesive dan hampir menyerupai Eren dan shawn, akhir akhir ini ia lebih sering membuntutiku, menemaniku tugas piket, membantuku membawa tugas teman teman keruang guru, dan saat istirahat ia selalu mengajakku makan bersama di kantin, ada yang aneh kah? Aku harus menanyakannya gumamku dalam hati.
Aku menatapnya sejenak, mika sedang memandangi langit yang mendung, harus ku akui mika memang ganteng, hidungnya mancung, mata tajam, rambut hitam kelam, dan bibir yang... aku jadi tidak heran kalau banyak adik kelas yang tergila gila padanya, dia juga atletis, bahkan dulu saat aku duduk di bangku kelas sebelas dan Eren masih sekolah di sini banyak yang menyebut mika adalah saingannya, padahal di antara keduanya tidak ada rasa persaingan, mungkin eren sedikit kesal padanya karena Mika berani mendekatiku 😂.

"Woi Mik...?" Tanyaku pelan, mika masih tetap memandangi langit.

"Apa?" Jawabnya malas.

"Akhir akhir ini kamu kok aneh?" Tanyaku antusias.

"Aneh gimana? Kamu kali yang aneh.. " cibir Mika.

"Uh.. kamu mik.." ucapku sambil menjotos lengannya.

"Aw... huh! Kamu suka banget mukul orang kenapa nggak jadi petinju aja sih!" Celotehnya, sambil mengusap lengannya.

" awas kamu mik!!" Geramku sambil melayangkan tinju ke lengannya, tapi kali ini ia menangkisnya, ia memegang tangan kiriku dengan erat, sejenak ia diam menatap mataku, aku merasa tidak enak dengan situasi ini.

"Brin.." ucapnya serius.

"Apa?" Jawabku sambil mendelik ke wajahnya, beberapa saat ia diam.

"Woi mik.. lepasin tanganku..!!" Ucapku sambil berusaha menarik  tanganku, mika hanya diam lalu beberapa saat kemudian ia malah tertawa, aku bingung dengan sikap mika.

"Woi Mik! Salah minum obat ya?" Tanyaku sambil menyentuh dahinya, mika malah tambah tertawa, dan yang paling membuatku terkejut, tiba tiba ia menarikku ke dalam pelukannya.

"Woi mik!! Are you crazy!!" Berontak ku, mika tertawa lalu menjawab "peluk sahabat sendiri nggak salah kan?"

********
Muehehehe..
Kasih kritik dan sarannya guys 😊

DEAR LEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang