LEONARDO PARK

102 14 11
                                    

"Prankkk!!!!!!" Suara keras itu terdengar di seluruh penjuru rumah, terlihat seorang pemuda yang meringkuk di atas sofa, ia menggenggam sebuah bingkai foto, terlihat dua bocah berusia sepuluh tahun sedang nyengir, dengan membawa selang air.
*shit!!!! Teriak Leon, entah kenapa dua hari ini setelah ia pindah ke sekolah barunya perasaannya benar benar kacau,
Ia kemudian bangkit dan kembali memasang earphone ke telinganya

*shit!!!! Teriak Leon, entah kenapa dua hari ini setelah ia pindah ke sekolah barunya perasaannya benar benar kacau, Ia kemudian bangkit dan kembali memasang earphone ke telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fikirannya kembali melayang pada hal hal yang terjadi  beberapa tahun silam, hal yang membuatnya sampai di sini..
*****
"Kau bisa tinggal di rumah kakek..." ucap pria tua di depan leon, tapi leon tidak beringsut dari ranjangnya ia memalingkan wajah.
"Leon.. rumah kakek jauh lebih baik dari panti asuhan ini.." bujuk  pria tua itu, tapi leon hanya diam, sepertinya ia sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Leon... sebelum orang tuamu pergi.. mereka berpesan kepadaku.. mereka ingin aku menjagamu.." ucap kakek itu lalu mengelus kepala leon, melihat ketulusan dan kasih sayang yang terpancar dari mata pria tua itu, hatinya melunak, dan pada akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Anak pintar..." ucap pria tua itu, lalu pria tua itu beranjak ke pengurus panti asuhan, untuk menyelesaikan segala administrasi untuk leon.

Leon kembali merenung, ia menatap keluar jendela, pria tua itu memang benar, bocah yang baru berusia tujuh tahun sepertinya memang bisa apa? Di tempat ini ia merasa sangat kesepian, sejak mama dan papanya meninggal dalam sebuah kecelakaan tiga bulan lalu, ia tinggal di tempat ini, karena keluarga Park memang tidak memiliki kerabat, dan hanya leon lah satu satunya pewaris seluruh kekayaan kedua orang tuanya, tapi semua itu akan diberikan padanya saat berusia 17 tahun, dan pria tua tadi lah alias Mr. Stuffenberg yang akan mengurusnya. Dia berharap nanti di rumah barunya ia dapat mengobati semua rasa sakitnya ini.
"Leon.. ayo.." ucap pria tua itu pada leon ia tersenyum, dan leon pun segera bangkit dari ranjangnya lalu mengikuti pria tua itu masuk kedalam mobil.

"Kakek... apa kau tinggal sendirian.." tanya leon agak malu malu, Mr. Stuffenberg tersenyum lalu menjawab
"Kakek tidak tinggal sendirian, di rumah kakek kau akan memiliki ayah, ibu, kakak, dan adik, kakek juga memiliki cucu perempuan yang seumuran dengan mu.. kalian bisa main bersama.." jelas Mr. Stuffenberg. Mendengar semua itu leon bersemangat, ia mulai membayangkan banyak hal yang menyenangkan, lalu ia tersenyum.

*****
Lamunan leon buyar saat ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumah, ia segera bangkit lalu bergegas merapikan barang barang yang tadi ia lempar dan berserakan. Lalu leon bergegas menuju pintu, ia penasaran siapa yang bertamu kerumahnya sore sore begini.

"Leon.." ucap seorang bocah laki laki berusia 14 tahunan, saat leon membuka pintu, seketika leon mematung masih dengan memandangi bocah di depannya.
"Sha.. shawn..??!" Ucap Leon dengan gugup,
"Ada apa kau kemari? Dan bagaimana kau tahu aku ada di sini?" Tanya leon, mencoba mengatur nafasnya agar lebih tenang. Mendengar pertanyaan Leon, entah kenapa shawn mendidih.
"Kenapa kau pindah kemari?!" Ucap shawn dengan tajam, sebelum leon menjawab shawn kembali bertanya
"Apa karena Kakak ku??!!" Sergap Shawn, tenggorokan leon tercekat, ia benar benar tidak mampu menjawab pertanyaan itu, ia kembali mengatur nafas berusaha bersikap tenang.
"Bukan urusanmu!" Jawab leon pendek, ia berusaha bersikap setenang mungkin.
"Kau..!! Baiklah.. aku tidak perlu tahu apa alasanmu, urusanmu, dan rencanamu datang kemari!! Tapi perlu kau tahu!! Jangan pernah berurusan dengan kakakku!!" Serbu Shawn, dan setelah itu ia berbalik dan pergi, meninggalkan Leon yang mematung di depan pintu.
"Shi*t!!" Gumam Leon, lalu ia menutup pintu dengan keras.

Ia kembali duduk di sofa, dan mulai berfikir, ia bahkan tidak tahu apa yang membuatnya datang ke tempat ini, dia tidak tahu alasan mengapa saat Mr. Stuffenberg menawari ia sekolah di indonesia, dengan mudah ia menyetujuinya.

"Aku memang bodoh!" Gumamnya.

-----------------------------------------------------

*sedikit cerita tentang leon guys 😊✌*

Jangan lupa baca lanjutannya ya..

DEAR LEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang