3

5.3K 468 34
                                    

🌊🌊🌊

Anastasya tak begitu ingat bagaimana persisnya ia kini bisa berada di daratan. Berjalan dengan kaki bergetar, tubuh setengah basah, dan tanpa alas kaki. Kini ia sepenuhnya seperti seorang gadis dengan tinggi 160 sentimeter. Kepalanya liar menatap sekitar, agaknya ia tak lagi mengenali tempat ini.

Ke mana semua benda hijau yang tinggi itu?

Matahari belum terbit sepenuhnya, sampai detik ini Anastasya belum menemui satu pun manusia. Ia mulai menapaki jalan, perlahan namun pasti menjauhi pantai. Seperti orang bingung, Anastasya berjalan tanpa arah. Kakinya masih terasa lemas, ia belum terbiasa.

Oh! Manusia pertama!

"Permisi, ada yang bisa kubantu?"

Anastasya nyaris mematung tanpa suara sebelum ia ingat tak ada lagi Marion yang akan menepuk bahunya untuk menyadarkan. Apa karena hari masih gelap atau memang Anastasya yang beruntung, laki-laki yang di depannya ini adalah pemuda di atas boat empat bulan yang lalu tapi ia tidak mengenali gadis itu.

Atau justru orang ini tak ingat? Jika iya, itu adalah fakta yang melegakan!

Tapi apa lagi ini? Kenapa jantung Anastasya tiba-tiba heboh seperti lari dari kejaran hiu?

"Keluarga Fisher," Anastasya merapikan rambutnya gugup, "di mana rumah keluarga Fisher?" Dia hanya bisa berharap pemuda ini tidak menanyakan banyak hal. Diam-diam gadis ini meneliti wajah pemuda di depannya.

Rambut hitam yang agak tebal, dahi yang cukup luas, alis tebal, mata besar namun tajam beriris cokelat tua, hidung mancung, bibir yang tidak tipis, tulang rahangnya tak begitu tegas. Dia tampan, tapi bau amis apa ini?

Tanpa sadar Anastasya mengernyitkan kening. Apa dia juga duyung? Oke, ia tahu pikirannya sudah terlalu melantur.

"Aku hanya mengenal satu orang dari keluarga Fisher di dekat sini. Mari kuantarkan." Pemuda itu segera memimpin jalan di depan. Gadis itu segera meletakkan tangannya di dada, heboh sekali jantungnya. Ada apa ini?

Gara-gara jantungnya heboh, kaki Anastasya makin lemas. Ia tak yakin bisa berjalan lagi. Dan sepertinya lelaki itu sadar sehingga ia berbalik. "Kenapa kau berjalan dengan sangat pelan?"

Deg!

Biasanya Anastasya tak begini, dia tak akan pernah membiarkan seorang laki-laki untuk menggandeng tangannya tanpa izin. Tapi kenapa sekarang ia tidak bisa melakukan apa-apa ketika tangan besar itu meraih tangannya? Dan anehnya ia merasa kembali bertenaga meskipun jantungnya makin menggila.

Anastasya baru menyadari bahwa pemuda itu membawa alat pancing dengan sebuah ember berisi beberapa ikan. Ia lega bau amis itu tidak datang dari orang ini. Matanya beralih pada tautan tangan mereka, terasa pas dan nyaman.

Apa dia jodohku? Gadis itu makin malu dengan pikirannya.

"Aku tahu memancing di pagi hari itu aneh. Tidak ada lagi yang memancing di zaman sekarang ini, bukan begitu?" Anastasya menatap pemuda itu bingung. Seingatnya dulu, saat terakhir kali ke daratan, di pinggir pantai hampir penuh dengan orang yang memancing. Sepertinya 72 tahun waktu yang cukup untuk membuat daratan berubah banyak.

Mereka berkenalan sepanjang perjalanan. Ternyata nama pemuda ini Nickael. Anastasya rasa, Nickael cukup menghormati privasi karena dia sama sekali tidak mempertanyakan tentang keadaannya yang sekarang.

"Kau bisa memanggilku Kael, Anastasya. Atau Nick. Terserah, bagiku tak masalah." Mereka sudah masuk ke dalam sebuah gedung apartemen, dan Anastasya sedari tadi mati-matian menahan pekikan kagum. Tapi di detik berikutnya ia menabrak punggung Nickael.

"Oh maaf, aku berhenti mendadak. Kita sudah sampai." Mengusap hidungnya, Anastasya rasa pipinya memanas saat mencium aroma yang menguar dari Nickael. Sulit dideskripsikan, yang penting bukan bau amis. Tautan tangan mereka terlepas.

Ia kemudian sadar mereka berhenti di sebuah lorong, mata Anastasya menatap sebuah pintu di depannya. "Di sini tinggal seorang gadis dari keluarga Fisher. Ya sudah, aku pulang dulu. Sampai nanti, Anastasya yang cantik. Tanganmu sangat lembut."

Dan Nickael pun pergi meninggalkan Anastasya setelah mengedipkan sebelah matanya, alhasil wajah gadis itu memerah malu.

Ca ... cantik?

Jantung Anastasya makin heboh. Ini bukan pertama kalinya ia dipuji cantik, tapi kenapa reaksinya untuk Nickael berbeda? Ah, bahkan gadis itu tak sempat mengucapkan terima kasih!

Dengan wajah merah padam, Anastasya menatap telapak tangannya yang tadi digenggam oleh Nickael. Hangat....

Lima menit berlalu, dan jantung Anastasya akhirnya kembali normal, begitupun suhu wajahnya. Sekarang ia sadar keadaannya tak cukup bagus. Ada banyak pintu di sini, tapi bagaimana caranya untuk masuk?

Apa yang harus kulakukan sekarang? Mengetuknya?

🌊🌊🌊

Ombak Biru [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang