Chapter 1 : Through a Rough Life

635 114 66
                                    

***

Wendy menyantap sarapannya tanpa minat. Wajahnya memandang kosong ke depan. Suara kunyahan dan dentingan alat makannya memenuhi rumahnya yang besar nan megah, tetapi sepi penghuni.

Kejadian mengerikan beberapa tahun silam berakhir dengan hak asuh Wendy yang jatuh kepada ayahnya, membuat gadis itu harus terpisah dengan sang ibu yang kembali ke asalnya di Canada. Sang ayah bahkan melarang Wendy untuk pergi mengunjungi ibunya di Canada. Entah apa motivasi pria yang bahkan ia tak sudi memanggilnya dengan sebutan 'ayah' itu untuk melakukannya.

Wendy sempat kabur ke Canada untuk mencari ibunya selama dua tahun. Tapi, pencariannya tidak membuahkan hasil. Ia tidak dapat mengingat alamat keluarga ibunya di Canada. Satu-satunya yang ia dapat adalah pengalaman melarikan diri dari rumah dan ditangkap oleh mata-mata ayahnya, kemudian diseret paksa kembali ke Korea.

Jika kalian pikir Wendy hidup bahagia dengan ayahnya bergelimangan harta, kalian salah. Well, gadis itu memang hidup enak dikelilingi harta, tapi hidupnya tidak bahagia. Sang ayah memilih untuk membelikan istri keduanya rumah, kemudian tinggal bersamanya. Tentu ia menawarkan Wendy untuk tinggal bersama, tapi Wendy dengan tegas menolak. Mana mau ia tinggal dengan iblis yang telah merenggut kebahagiaannya beberapa tahun silam. Ia jelas lebih memilih tinggal di rumah lamanya, sekalipun tanpa ayahnya.

Lagipula, sepertinya ayahnya tidak begitu memikirkan Wendy. Ia hanya mengunjungi Wendy dua minggu sekali, terkadang sebulan sekali. Bahkan Wendy merasa ayahnya datang untuk menjenguk rumah dan mobilnya, bukan untuk menjenguk putri semata wayangnya. Ah, semata wayang apanya. Ia harus ingat kalau ia punya dua orang saudara tiri. Meskipun sampai matipun Wendy tidak sudi mengakui mereka sebagai saudaranya.

"Nona Wendy, Pak Lee sudah siap,"

Lamunan Wendy terbuyarkan oleh suara Bibi Ahn, kepala pelayan di rumah megah ini. Wendy hanya mengangguk singkat, kemudian meletakkan sendoknya, tanpa memperdulikan sarapannya yang masih tersisa lebih dari setengah. Ia kemudian meneguk segelas susu putih yang sudah disiapkan pelayannya di meja. Setelah itu, gadis itu melangkah keluar dari rumahnya.

Wendy memasuki mobil Porsche Panamera yang sudah disiapkan oleh supir pribadinya. Gadis itu duduk di kursi belakang tanpa banyak bicara, kemudian menutup kembali pintu mobilnya.

"Anda sudah siap, Nona?"

"Sudah," jawab gadis itu singkat. Pak Lee, supir pribadinya, segera tancap gas setelah mengetahui nona-nya sudah siap. Mobil mewah itu mulai bergerak meninggalkan pekarangan rumah megah Keluarga Son. Dan dalam waktu singkat, mobil itu telah bergabung dengan kendaraan lainnya yang memadati jalan raya.

"Tuan Son tidak menjemput Anda, Nona?" Pak Lee berusaha mengajak nona-nya berbasa-basi.

"Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?" Wendy bertanya balik.

"Eh, ini, 'kan, hari pertama Nona Wendy masuk sekolah menengah atas di Korea. Biasanya, di hari yang penting ini, para orangtua sangat antusias untuk mengantar anaknya," jelas Pak Lee. "Apa Tuan Son sesibuk itu, sehingga tidak bisa meluangkan waktu untuk mengantar Nona?".

"Dia tentu seperti orangtua lainnya, Pak Lee. Bersemangat untuk mengantar anaknya pada hari pertama mereka masuk sekolah," ujar Wendy.

Tapi anak itu bukan aku.

"Nona jangan berkecil hati," hibur Pak Lee, seolah dapat membaca pikiran Wendy. "Saya yakin, Tuan Son sangat menyayangi Nona. Bahkan mungkin jauh lebih menyayangi Nona daripada anak-anak angkatnya,".

"Mengenai kesalahan Tuan di masa lalu, semua orang tentunya pernah membuat kesalahan. Saya yakin, Tuan Son pasti sangat menyesal, dan berniat mengubah kesalahannya. Terbukti dengan beliau berusaha keras memenangkan hak asuh Nona di pengadilan beberapa tahun lalu. Beliau melakukan itu pasti karena sangat sayang dengan Nona Wendy,".

Perfect RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang