02

196 79 10
                                    

Pagi-pagi sekali pria tinggi itu sudah keluar dari apartemennya dengan begitu rapi. Kemeja lengan panjang berwarna aqua sudah melekat pas ditubuhnya yang tidak terlalu sixpact yang dipadukan dengan celana bahan berwarna putih. Ia berlari terburu-buru menuju basement tempat dimana mobilnya terparkir rapi. Ia memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya secara perlahan menuju tempat dimana ia bekerja.

Berbeda dilain tempat, seorang gadis berambut panjang mengenakan kaos oblong putih dibalut kemeja kotak-kotak panjang yang dipadukan dengan celana jeans berwarna denim itu sudah siap dengan sebuah kotak makan ditangannya. Ia berdiri disebuah parkiran rumah sakit menanti kedatangan seseorang. Wajahnya berbinar ketika melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali berjalan ke arahnya.

Gadis itu segera berlari menuju mobil yang ia tunggu sejak tadi, senyumannya semakin lebar ketika seorang pria tampan keluar dari mobil tersebut. Pria itu berjalan tanpa memperdulikan gadis yang datang menghampirinya.

"Dokter Kim." Gadis itu meneriakkan nama pria tersebut kemudian berlari menyusul langkahnya yang begitu lebar.

Pria bermarga Kim itu berhenti dan berbalik ke arah suara itu berasal.

"Ya, anda mengenal saya?" Pria itu Kim Mingyu, dokter tampan yang membuat jantung Jieun selalu berdetak dua kali lipat dari biasanya. Mingyu menunjukkan wajah bingungnya ketika memperhatikan gadis dihadapannya, Jieun.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Mingyu kembali bertanya. Ia semakin bingung dengan kehadiran gadis yang menurutnya tidak ia kenali tersebut.

Mungkin Mingyu lupa jika Jieun adalah pasiennya beberapa hari yang lalu. Pasien yang ia anggap genit waktu itu ketika memberikannya nomor ponsel dan mengerling nakal.

"Yaak, Kau melupakan ku Kim Mingyu. Ini aku Jieun, Choi Jieun yang beberapa hari yang lalu berkunjung ke ruanganmu. Lebih tepatnya sih berobat." Jieun mengerucutkan bibirnya, memberengut kesal.

"Oh iyaa, aku mengingatmu. Kau gadis genit itu." Mingyu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaak, tidak ada kah hal yang lebih baik yang bisa kau ingat dariku." Jieun mengeraskan suaranya, ia semakin kesal mendengar jawaban Mingyu.

Mingyu hanya menggelengkan kepalanya, menunjukkan kata bahwa tidak ada hal lain yang bisa ia ingat.

Jieun melangkah mendekat dan hanya menyisakan jarak beberapa senti. Mingyu membeku ditempat, tidak bisa berkutik sama sekali. Ia mulai merasakan panas dingin ketika Jieun semakin mempertipis jarak diantara mereka.

"A..a..pa yang kau lakukan jieunssi~?" Mingyu semakin merasa gugup ketika jarak diantara mereka hanya tersisa 3 senti saja.

"Tidak ada, aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya..." Jieun sengaja menggantung ucapannya untuk menjahili Mingyu kemudian memasang senyum nakal.

"Ha..nya a..pa?" Nafasnya mulai tersengal. Keringat mulai menetes dari dahinya.

"Hanya..." Lagi-lagi Jieun kembali melakukan aksinya, ia kembali melangkah. Setiap Jieun melangkah maju Mingyu memundurkan langkahnya hingga ia mentok disebuah dinding tepat dibelakangnya.

Mingyu memejamkan matanya takut, ia mulai berpikiran bahwa Jieun akan melakukan sesuatu yang aneh padanya.

Jieun meraih kedua tangan Mingyu, menaruh sesuatu disana kemudian berbisik lembut tepat ditelinga Mingyu sebelah kiri.

"Aku hanya ingin memberikan ini untuk mu Kim Mingyu."

Mingyu membuka matanya, menatap benda ditangannya. Sebuah kotak makan berwarna ungu. Pandangannya berpindah silih berganti dari kotak makan ke wajah gadis itu, begitu terus selama beberapa menit.

Jieun merasa jengah dengan kelakuan Mingyu, ia sedikit berjinjit mendekatkan bibirnya ke arah wajah Mingyu, mengecup pipi pria itu sekilas.

"Selamat bekerja calon suami, jangan lupa sarapan yaa." Jieun melangkah menjauh sembari melambaikan tangannya meninggalkan Mingyu dengan sejuta pertanyaan yang sedang memenuhi otaknya.

Mingyu menyentuh wajahnya yang barusan di kecup Jieun, kedua ujung bibirnya sedikit tertarik menampilkan senyuman samar disana. Tangannya berpindah dari pipi ke dada. Ia merasakan bahwa jantungnya berdetak dua kali lipat dari biasanya.

Mingyu melangkahkan kakinya menuju lorong rumah sakit sambil menenteng kotak makan pemberian Jieun, dan jangan lupakan pandangan matanya yang kosong.

***

Dilain sisi Jieun juga melakukan hal yang sama. Pipinya merona, tangannya menyentuh dada. Sama halnya dengan Mingyu, ia juga merasakan bahwa jantungnya juga berdetak dua kali lipat dari biasanya.
"Apa yang kau lakukan Choi Jieun? Pabo." Ia memukul kepalanya, merutuki kebodohannya.

"Bagaimana jika ia semakin tidak menyukaiku?" Jieun menyenderkan tubuhnya dibalik dinding, kemudian berjongkok memeluk kedua lututnya. Menyembunyikan wajahnya disana.

Continued

****

Happy reading, part 2 sudah dipost. Silahkan dibaca. Jangan lupa vote dan komennya yaa.

Big Loph dari istrinya Mingyu

😘
😂😁

Ig (@azzahrawahyu96)

Dear My Cold Doctor - Kim Mingyu (#Wattys2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang