Di sebuah meja di sudut cafe terlihat empat pria tampan yang sejak beberapa menit lalu masih setia dengan kebungkamannya. Suasana terasa kian mencekam ketika salah satu diantaranya terus-terusan menatap tajam seorang pria lain yang merupakan bagian dari mereka. Mereka adalah Mingyu, Vernon, Wonwoo dan Seungchol. Keempatnya berkumpul atas saran dari Seungchol sebagai yang lebih tua diantara mereka.
Disana, pria berkulit tan itu masih setia menatap tajam pria di hadapannya, Jeon Wonwoo. Ia masih menyimpan rasa bencinya pada pria itu. Mingyu bersedia datang dikarenakan paksaan dari Seungchol. Jika bukan karena Seungchol sudah dapat dipastikan bahwa ia tidak akan sudi untuk bertemu dengan seorang Jeon Wonwoo.
"Ehmm." Seungchol tiba-tiba berdehem, memecah keheningan diantara mereka. Ketiga pria itu langsung beralih menatap Seungchol.
"Cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan hyung." Mingyu mendesak Seungchol agar segera mengatakan tujuan ia mengajak mereka berkumpul. Ia sudah merasa tidak nyaman berada satu tempat dengan orang yang ia benci.
"Baiklah, aku sengaja mengajak kalian berkumpul untuk menyelesaikan masalah diantara kalian. Ini sudah terlalu lama Gyu." Seungchol menatap penuh harap pada Mingyu.
"Aku tidak bisa memaafkannya hyung." Mingyu memalingkan wajahnya, enggan menatap Wonwoo.
"Aku bisa mengerti perasaanmu Gyu, aku juga kehilangan Naeun. Aku lebih terpukul kehilangan Naeun karena aku seorang kakak." Seungchol menatap Mingyu sendu.
"Benar yang dikatakan Seungchol hyung. Ini sudah terlalu lama hyung. Sudah seharusnya kau menghancurkan tembok pembatas yang kau bangun selama lima tahun ini. Kau harus memaafkan Wonwoo hyung." Vernon menimpali perkataan Seungchol.
"Aku minta maaf. Aku tau semua ini kesalahanku. Naeun meninggalkan kita karena aku. Tapi aku juga tidak ingin kau terus menyalahkan dan membenci diriku." Wonwoo berujar lirih.
Mingyu hanya diam tak bergeming, masih enggan untuk menatap Wonwoo. Ia mengepalkan tangannya di bawah meja, membuat buku-buku jarinya terlihat memutih. Batinnya mulai berperang, antara memaafkan Wonwoo atau tetap membenci pria itu.
"Tolong maafkan aku Kim Mingyu. Aku ingin perasaan benci darimu dan Jieun segera terhapuskan." Wonwoo kembali meminta maaf.
Mingyu segera berpaling, menatap Wonwoo ketika mendengar nama seseorang yang begitu familiar lolos dari mulut Wonwoo.
"Jieun? Apa gadis yang kau maksud itu Choi Jieun?" Mingyu menatap Wonwoo bingung.
"Iya dia Choi Jieun, adik Vernon. Gadis yang sudah aku lukai perasaannya." Wonwoo kembali menunduk.
"Apa hubunganmu dengan Jieun? Kau mengenal adikku hyung?" Vernon menatap Mingyu penuh selidik.
Mingyu memang tidak pernah mengenal adik Vernon meski mereka bersahabat sudah lama. Ia juga baru mengetahui jika Choi Jieun merupakan adik Vernon. Bahkan ia juga tidak mengetahui permasalahan antara Wonwoo dengan Jieun.
"Aku bertemu dengan Jieun di rumah sakit ketika dia melakukan pemeriksaan. Aku tidak tau apa hubunganku dengannya. "
"Apa pria yang dimaksud Jieun sebagai calon suaminya adalah kau hyung?"
Mingyu hanya mengangguk, memberi jawaban atas pertanyaan Vernon. Kemudian ia kembali menatap Wonwoo, meminta penjelasan dari pria itu. Wonwoo akhirnya menceritakan semua kesalahan yang ia perbuat pada Jieun. Mendengar hal itu Mingyu menggeram kesal.
Mingyu meraih kerah baju Wonwoo, menarik pria itu berdiri. Kemudian melayangkan sebuah pukulan tepat pada wajah Wonwoo. Baru saja ia akan memukul wajah Wonwoo kembali namun tubuhnya ditarik oleh Seungchol agar kembali duduk.
Wonwoo meringis sembari memegangi bagian wajahnya yang babak belur akibat pukulan Mingyu. Marah? Wonwoo tidak marah atas perlakuan Mingyu. Ia merasa jika pukulan itu pantas ia dapatkan.
"Tenangkan dirimu Gyu, jangan bertindak anarkis." Seungchol berusaha meredam emosi Mingyu.
"Dia itu keterlaluan hyung, apa orang seperti itu pantas untuk dimaafkan?" Emosi Mingyu sudah mencapai ubun-ubun, nafasnya kembali memburu.
"Maafkan aku Gyu, aku sungguh menyesal." Wonwoo kembali menunduk dan masih setia memegangi bagian wajahnya yang terluka.
Tidak ada jawaban dari Mingyu, ia sudah merasa muak dengan kelakuan Wonwoo. Tanpa memperdulikan Wonwoo ia bangkit dari kursinya, melangkah meninggalkan ketiga pria itu.
"Dia benar-benar keras kepala." Seungchol menggelengkan kepalanya, lelah menghadapi sifat Mingyu.
"Kita harus bagaimana lagi hyung? Apa tidak ada cara lain?" Vernon memberondong Seungchol dengan pertanyaan.
Seungchol hanya menggidikkan bahunya, tanda bahwa ia tidak tahu untuk melakukan apa lagi. Vernon mendesah panjang menatap Wonwoo prihatin.
***
Setelah dari cafe tadi Mingyu masih diam bergeming di area parkiran. Berusaha menenangkan pikirannya. Berulang kali ia membenturkan kepalanya pada setir mobil.
"Kenapa aku jadi seperti ini?" Ia terus-terusan bergumam, bertanya pada dirinya sendiri.
Pandangannya beralih pada ponsel yang terletak di atas jok samping kemudi. Ia teringat akan seseorang. Dengan segera ia meraih ponselnya dan menghubungi sesorang di seberang sana.
"Kau dimana?"
"Aku di kampus."
"Aku akan segera ke sana, tunggu aku."
Mingyu memutuskan sambungannya dan segera melajukan mobilnya menuju sebuah tempat yang disebutkan orang tersebut.
To be continued
****
Pendek banget ya? Emang, lagi enggak ada ide jadi cuma up segitu aja.
Di part ini masih fokus masalah antara Mingyu dan Wonwoo. Maybe next part bakalan ada konflik.
Happy reading guys. Jangan lupa vote dan komennya.
Mari mampir adin98 oreovanila_ mingyuccino mingyuri_ mingyuuus Christoforash
Salam hangat dari istri Mingyu
😙
![](https://img.wattpad.com/cover/113421356-288-k212534.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Cold Doctor - Kim Mingyu (#Wattys2018)
Fanfiction"Berhentilah berlari dan terus mengejar diriku, aku tau kau sudah lelah. Kau cukup diam saja dan biarkan aku yang berlari ke arahmu." -Kim Mingyu- "Aku akan berhenti berlari dan mengejar dirimu jika kau memintanya. Aku akan diam disini menunggumu be...