LIGHT IN JUNE | Prolog

265 157 198
                                    

-----------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------------------------------------

Lelaki itu memperhatikan wanita yang tengah terbaring lemah di sebuah ranjang. Ekspresinya tak terbaca. Sesekali ia menghembuskan napas beratnya, memejamkan matanya beberapa saat, kemudian membukanya kembali.

Matanya memerah, seakan memberi isyarat bahwa ia tak tidur dalam beberapa hari. Perutnya beberapa kali berbunyi, bagai meronta-ronta dan berteriak kepada si empunya untuk diisi dengan sesuap nasi.

Ia menghiraukannya.

Fokusnya kembali kepada si wanita.

Ia hanya berdiri di sisi ruangan, sambil memperhatikan si wanita.

Pikirannya terus melayang. Menjalar ke seluruh sudut-sudut ruangan.

Lelaki itu mengembalikan kesadarannya, dan kembali memperhatikan si wanita.

Tampak tenang, ia membatin.

Wanita itu tampak tertidur tenang dengan selimut putih yang menyelimuti tubuhnya hingga menutupi kaki mungilnya. Wajah serta kulitnya tampak pucat pasi. Tubuhnya kaku, namun masih terlihat hidup. Hembusan napasnya teratur seiring dengan suara konstan yang dikeluarkan oleh mesin-mesin yang ditaruh rapi di samping ranjangnya. Ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya.

Tidak ada waktu bagi si lelaki untuk sekedar melepas rasa kantuk sebagaimana wanita itu melakukannya sepanjang hari. Bahkan ia telah lupa kapan terakhir kali meninggalkan ruangan ini. Namun ia tetap menghiraukannya, dan tetap pada posisinya memperhatikan wanita itu, berharap adanya suatu perubahan pada wanita tersebut.

Seorang wanita paruh baya membuka pelan pintu, berjalan masuk dan menghampiri si lelaki.

"Bagaimana?" bisiknya sambil memegang lembut tangan si lelaki. Lelaki itu menggeleng kecil.

Lelaki itu pun bahkan tak bertenaga untuk sekedar menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu tersenyum, mengisyaratkan bahwa ia paham maksud si lelaki tersebut.

"Sebaiknya kau istirahat. Kau tidak tidur selama 2 hari ini. Biarkan aku yang menggantikanmu menjaganya."

Lelaki itu tampak sedikit tak rela. Wanita paruh baya itu membalas dengan mengeritkan dahinya. Akhirnya pertahanan si lelaki runtuh, ia mengalah pada wanita paruh baya itu.

"...baiklah. Terima kasih, Bi."

"Pastikan kau membasuh wajahmu. Kau tak ingin ia bangun dan terkejut melihat monster di ruangan ini, kan?"

Wanita paruh baya itu tertawa kecil mencoba mencairkan suasana.

Lelaki itu hanya membalas dengan senyuman kecil. Ia beranjak dari tempat duduknya, dan diam beberapa saat mengumpulkan tenanganya. Ia melirik wanita itu dari sudut matanya sembari melangkah menuju kamar kecil yang terletak di selatan ruangan.

Wanita paruh baya itu diam-diam memperhatikan lelaki itu dengan raut kesedihan beberapa saat sampai akhirnya matanya kembali menuju si wanita. Ia mengelus lembut rambut si wanita.

"Katakan jika kau baik-baik saja, Sayang. Aku tahu ini sungguh berat untukmu. Tapi tolonglah, kembali kepada kami."

Air mata si wanita paruh baya itu jatuh perlahan, melewati kulitnya yang telah keriput. Ia mengeluarkan sedikit suara terisak.

"Aku sangat merindukanmu, Nak."

Tangisnya pecah, seiring dengan kata terakhir yang ia ucapkan.

Di sisi lain ruangan, diam-diam lelaki itu mendengarkan apa yang Bibinya katakan. Bahunya mulai bergetar. Pertahanan yang sedari tadi ia bangun, akhirnya roboh seiring tangis sang Bibi. Ia kemudian menyenderkan tubuhnya di sisi dinding, mencari kekuatan untuk menopang tubuhnya yang lemah. Beberapa tetesan air berhasil lolos jatuh dari matanya yang sayu.

Ia pun mulai menangis.

"Aku merindukanmu..."

TO BE CONTINUED!

Vote and comment, please? :)

LIGHT IN JUNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang