LIGHT IN JUNE | 03

107 83 93
                                    

Emily Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emily Anderson

--------------------------------------------------------

Fred melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti sejenak. Ia tampak begitu sangat serius. Balutan perbannya rapi, bahkan terbilang sangat rapi. Ia membaluti tanganku dengan perlahan. Balutan itu sungguh sempurna. Sedetik kemudian ia mendongak dan tersenyum, memecahkan keheningan di antara kami.

“Kau beruntung lukamu tidak begitu serius,” ia tertawa.

Aku hanya membalas dengan menaikkan alisku.

“Bibi Marie sedang menyiapkan makan siang. Sebaiknya kau mandi dan bersiap-siap untuk makan.” Ia tersenyum. Tatapan biru matanya sungguh teduh.

“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” tanyaku hati-hati.

“Iya, tentu saja.”

“Apa hubunganmu dengan gadis ini?”

Aku melihat kerutan samar di dahi Fred. Ia menghentikan kegiatannya, dan menatapku dalam-dalam. Ia menyipit penuh rasa ingin tahu. Sekarang aku bisa melihat secara jelas garis rahangnya yang begitu tegas dan ketajaman sorotan matanya saat ini.

Aku menunggu jawabannya dalam diamku.

“Aku, Emily, Adam, dan anak-anak lain di sini adalah anak asuh Bibi Marie dan Paman Frank. Jadi, bisa kubilang jika kami adalah sebuah keluarga?” ia kembali tertawa. Kali ini lebih keras.

Anak-anak lain?

Aku mengangguk tanda setuju.

“Apakah ini kamarnya?”  Aku menyapukan pandanganku ke sekeliling.

“Iya, ini kamarnya.” Ia membenarkan perkataanku.

Sekilas jawabannya seperti memberikanku sebuah jawaban tersirat. Pantas saja lelaki itu tidak menyukai ketika aku menyentuh barang-barang gadisnya.

“Lantas kenapa tidak ada satu anggota pun yang membombardirku dengan banyak pertanyaan? Aku yakin kalian pasti penasaran apa yang terjadi padaku, dan gadis ini bukan?” tanyaku yang masih menatap Fred.

“Tentu saja, tapi Paman Frank melarang kami. Itu akan membuatmu merasa tidak nyaman. Kami tidak ingin sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Jadi, kami sepakat dan memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat. Menunggu kau sepenuhnya pulih.”

Aku terdiam sejenak pada perkataannya barusan. Aku segera menundukkan kepala, dan memusatkan pandangan pada seluruh benda yang ada di dalam kotak obat yang terbuka itu, dengan pikiranku yang liar tentang bagaimana aku akan menjelaskan kepada semuanya seandainya mereka menanyakannya padaku.

Fred melepaskan tanganku yang telah tertutupi oleh perban putih sepenuhnya. Aku mengelusnya pelan, mencari kekuatan.

“Maaf, aku, aku..,”

LIGHT IN JUNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang