Ready?

670 60 33
                                    

Popor terduduk lesu di Starbucks Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan wajah kusut. Bibir kecilnya tak henti komat-kamit tanpa suara mengumpati seseorang. Ya, tentu saja calon suami pura-puranya, lelaki tak berperasaan itu! Bayangkan, Popor mendapat special treatment semalaman sampai jam satu subuh. Satu subuh!

Wanita itu menggerutu kesal. Padahal Princess Popor ini harus tidur tepat pukul setengah sepuluh malam tiap harinya. Terlebih lagi ia harus bersiap menyambut kedatangan orang tuanya pagi ini. Arrrggh sial! Hari cutinya yang berharga kenapa jadi begini sih!

Popor kembali teringat apa yang ia dan Kevin lakukan semalam. Sangat hot! Sangat! Bayangkan, setiap kali Popor mengucapkan ketiga kata terlarang, bossnya itu akan memelototinya dan memaksanya menggigit cabe! Kejamnya! Heran, bisa-bisanya ada cabe sekantong di kamar pria itu!

Gara-gara itu pula perut Popor sakit semalaman, harus bolak-balik kamar mandi! Dan lihat akibatnya sekarang, lingkaran hitam bulat sempurna muncul di sekeliling mata indahnya! Ini gila! Jadi sikap cool bossnya selama ini cuma pura-pura hah? Dasar laki-laki aneh! Aneh!

Tapi.. Popor jadi heran sendiri. Kok rasanya bossnya itu niat sekali sih? Bahkan lebih niat darinya. Semalaman Kevin menanyai macam-macam tentang dirinya, mulai dari makanan kesukaannya, warna favoritnya, pelajaran yang dibenci, semuanya! Beneran deh, rasanya seperti ikutan acara kontak jodoh!

Dan lagi, Kevin dengan niatnya mengarang kisah cinta mereka. Pertemuan dan janji di masa kecil, terpisahkan ruang dan waktu belasan tahun, dipertemukan kembali karena takdir di kantor, lalu CLBK saat perjalan dinas ke Eropa, saat keduanya tertinggal kereta menuju Zurich. Bahkan lelaki itu menyiapkan hingga ke detil-detilnya, menginap bersama di rumah warga, main salju, menari di kebun bunga. Hueks.. Dasar, kebanyakan film India! Atau jangan-jangan memang terinspirasi dari sana?

Popor hanya bisa berdoa, semoga ayah ibunya tidak curiga. Dia kan belum pernah ke Eropa! Tapi.. dia tak sanggup menghancurkan raut wajah bahagia dan mata berbinar sang boss saat mengarang cerita kemarin. Aargh kenapa sih, pakai hati segala!

Hm? Tunggu. Sepertinya Popor sudah menghabiskan waktu terlalu lama bersama sang boss hingga ia berhalusinasi melihat pria itu sekarang. Makin dekat, tangan kekar itu terangkat melepas kacamata hitamnya dalam gerakan slow motion. Oh wow, lihat, otot bisepnya tercetak jelas di balik polo putihnya! Huff.. seaneh-anehnya pria itu, tapi kalau sudah begini Popor mana tahan!

"Hai," sapa Kevin, dengan santainya duduk di kursi seberang Popor. Sang sekretaris hanya mampu mengerjap-ngerjap matanya, berusaha mengontrol ekspresi tergiurnya tadi. Jadi.. ini nyata?

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Popor spontan.

"Harusnya aku yang tanya, kok kamu ga bilang mau jemput orang tua kamu pagi ini?" Kevin malah balik bertanya, memicingkan matanya.

"Tahu dari mana kamu?" Balas Popor terheran-heran. Rasa-rasanya ia tak bilang ke siapa-siapa mengenai rencananya? Atau jangan-jangan..

"Nggak. Aku ga ngikutin kamu. Tadi aku tanya resepsionis, katanya kamu pesan taksi ke bandara. Pasti mau jemput kan?" Jawab Kevin cepat, seakan bisa membaca ekspresi Popor.

"Kamu ga perlu repot-repot," ujar Popor datar.

"Ga apa-apa, biar orang tua kamu percaya, you want this plan to work right?" sahut Kevin sambil menyodorkan bungkusan yang dibawanya pada Popor.

"Kamu belum breakfast kan? Makanlah," lanjut Kevin, menyunggingkan senyum manisnya.

Kadung penasaran, Popor segera membuka bungkusan itu, menemukan sebuah buntalan putih empuk di dalamnya. Bakpao! Hah, bagaimana pria itu bisa tahu makanan wajib untuk sarapannya? Ah, mungkin bossnya itu melihatnya makan bakpao setiap pagi di kantor. Atau mungkin semalam ia sendiri yang cerita? Entahlah, Popor tidak ingat.

ob(li)viousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang