Confused

1.1K 73 45
                                    

Kevin menuntun Popor berjalan menyusuri lorong, sesekali melewati pintu dan anak tangga. Tiupan angin dan udara panas langsung menyambut mereka begitu keluar dari gedung besar itu.

Ke mana mereka, Popor tidak tahu. Dan ia tidak mau ambil pusing untuk saat ini. Yang pasti ia sedang kesal dengan calon suami pura-puranya itu. Kesal maksimal!

Langkah Kevin terhenti begitu tiba di tempat tujuannya. Ia melirik sekilas ke arah Popor, sedari tadi wanita itu tidak sama sekali mengubah posisinya. Wajahnya tetap tersembunyi di dada Kevin, membuat lelaki itu heran.

"..yang.."

Ha, apa? Sayup-sayup terdengar suara Popor, sangat pelan bahkan seperti mencicit. Dahi Kevin semakin mengernyit. Iya sih, rasanya sepanjang jalan ia mendengar suara-suara aneh. Tadi ia kira itu hanya bunyi kupingnya yang berdenging, atau mungkin tikus lewat!

Ternyata tidak, saat sudah berhenti berjalan seperti ini, Kevin bisa meyakini. Ini suara Popor! Perlahan lelaki itu menundukkan kepalanya sambil menyendengkan telinga ke arah wanita itu, berusaha mendengar lebih jelas.

"..lele kuaci tutut kentang cingcau bacang.."

Yah elah.. Kevin menghela nafas pelan, entah harus menanggapi seperti apa. Mendengar makian Popor yang aneh itu selalu membuatnya ingin tertawa. Tapi ketika makian itu tertuju kepadanya, rasanya tidak lucu sama sekali!

"Maaf," ujar Kevin, mengelus lembut punggung Popor. Tindakan itu sukses menghentikan jampi-jampi sang sekretaris. Namun selebihnya tidak ada respon apapun dari wanita itu. Oh ayolah, jangan diam begini!

"Por.." Kevin mencoba memanggil, tapi tetap tidak ada reaksi dari calon istrinya itu.

Kevin mendesah dalam hati, dia harus apa? Ia kembali berusaha, menepuk-nepuk pelan bahu Popor agar setidaknya menoleh padanya. Tidak berhasil. Ia menoel-noel pipi Popor yang sedikit terlihat olehnya, masih gagal! Wanita itu malah semakin menundukkan kepala, menutup akses Kevin ke wajahnya.

Mengubah strategi, Kevin meraih kedua sisi bahu Popor, berusaha membalikkan badan wanita itu. Popor harus lihat sekeliling mereka sekarang! Tapi Popor tak mau menurut begitu saja. Ia bersikeras mempertahankan posisinya, menciptakan pergulatan di antara keduanya.

Merasa tertantang, Kevin semakin mengerahkan tenaganya. Eh, yang ada bajunya ditarik-tarik! Dia tidak mau lah, polo shirt motif bintang-bintang kesayangannya jadi belel! Mahal vroh, Givenchy punya! Ia lantas melepas genggamannya, yang diikuti pula oleh Popor.

Keduanya menarik nafas dalam, terengah-engah sendiri akibat pertarungan sengit tidak jelas itu. Melihat Popor sedang lengah, cepat-cepat Kevin meraih pinggang Popor, sedikit memutarnya paksa. Sempat-sempatnya ia memejamkan mata sekilas, dalam hati mengucap doa. Please, semoga kejutannya dapat meluruhkan kemarahan sekretarisnya itu!

Benar saja, begitu tubuhnya berbalik dan matanya mendapati pemandangan indah itu, Popor terkesiap. Mulutnya yang sudah terbuka untuk melayangkan protes kini menganga semakin lebar.

Tentu, siapa yang tidak terpesona dengan panorama seperti yang terpampang di hadapan Popor itu. Rupanya Kevin membawanya ke Sky Terrace, teras yang sejak tadi mencuri perhatian Popor saat mengintip ke luar jendela.

Tempat itu kini sudah dipasangi kursi-kursi menghadap ke laut, meski terlihat masih sepi dekorasi. Hanya ada beberapa tiang yang siap dipasangi bunga. Di bagian depan juga sudah tersedia undakan seperti panggung dan meja. Ah, beruntungnya pasangan yang menikah di sini!

 Ah, beruntungnya pasangan yang menikah di sini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ob(li)viousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang