1st Scene
Aku berlari mengikuti pria yang sedang berjalan ke arah pintu kantornya. Aku tersenyum pada Scott yang tengah menganggukan kepalanya saat pria yang berjalan cepat di depanku itu memasuki ruangannya.
"Dia kelihatan marah." aku menganggukan kepalaku pada Scott dan ikut masuk ke dalam ruangan yang sama dengan pria itu. Pria yang selama satu bulan ini berusaha aku dekati.
"Leo," aku berjalan perlahan, mendekati pria yang sedang berdiri di depanku dengan balutan jas hitam yang elegan, aku bisa melihat rompi hitam dibaliknya, dan dasi merahnya yang menyerupai darah.
"Berhenti di sana Emma." aku tersenyum dan terus melangkah. Hanya dia yang memanggilku Emma dan aku merasa senang akan hal itu.
Dengan perlahan aku mengulurkan tanganku dan memeluk tubuhnya. Merasakan betapa keras tubuhnya namun terasa nyaman bagiku, membayangkan kesempurnaan yang ada di balik pakaiannya.
"Aku menginginkanmu," aku bergumam di dadanya. Ku tempelkan pipiku tepat di jantungnya dan aku bisa merasakan detaknya begitu kencang.
Leo menyentuh kedua pipiku dengan tangannya dan matanya yang dipenuhi hasrat serta amarah sedingin es itu mengarah padaku. Melumpuhkan lututku. Lalu Leo membawa mulutnya ke mulutku dan menciumku dengan penuh hasrat, presisi, juga menjanjikan kenikmatan.
*~*
2nd Scene
Aku tersenyum pada Claire saat dia tertawa setelah menceritakan bagaimana dia meninggalkan kekasihnya di kamar mandi dengan keadaan keras. Saat Claire menyudahi tawanya kami mendentingkan gelas tulip yang berisi anggur dan meminumnya bersama. Beruntung sekali aku memiliki Claire yang selalu bisa kuandalkan.
Sebenarnya aku malas menghadiri acara amal ini, tapi Ethan memaksaku untuk menggantikannya menghadiri acara ini. Aku tidak bisa mengatakan apapun selain ya karena Ethan adalah satu-satunya saudaraku yang tidak bertingkah menyebalkan padaku. Dia itu sulit di tolak.
Claire menepuk bahuku sambil melihat ke arah pintu masuk ballroom. Aku menaruh gelasku di bar dan menatap Claire. "Sepupumu datang."
Aku mengikuti arah pandangannya dan mataku terpaku pada sosok pria yang sudah membuatku gelisah beberapa hari terakhir. Dia menatap ke sekeliling menemukanku. Matanya dingin dan aura dominasinya sangat kental. Sesaat aku merasa tersesat. Dia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dan berjalan ke arah seorang wanita berambut pirang yang memakai gaun berwarna maroon yang melekat ketat di tubuhnya, juga mengekspos punggung dan dadanya. Aku menghembuskan napasku dan kembali meminum anggurku. Yep, itulah tipenya.
*~*
3rd Scene
Aku membuka lemari pendingin dan mengeluarkan satu pack bir kaleng. Ini malam musim panas yang menyenangkan. Banyak sekali orang yang datang di pesta barbeque di rumah kakek. Aku menutup kembali pintu lemari pendingin dan mendapati Leo bersandar di dinding sambil menatapku. Apa aku melakukan kesalahan? Tatapannya seakan berkata jika dia menyalahkanku.
"Kau perlu sesuatu Leo?" aku memeluk bir yang ada di tanganku dan menatap lekukan alisnya.
"Yeah, aku memang memerlukan sesuatu." langkahnya mantap dan lebar. Aku menyingkir dari lemari pendingin karena aku berpikir dia ingin mengambil sesuatu di sana. Tapi Leo memegang lengan atasku seakan membatasi ruang gerakku lalu mulutnya berada di mulutku. Cepat dan intens. Jantungku memompa dengan keras dan bir jatuh di lantai.
Leo melepaskan bibirnya dan menatapku. Berusaha mengembalikan kesadarannya. Lalu dia menjalankan tangan di rambutnya, berjalan menjauhiku dan aku mendengar umpatannya. Aku menundukkan kepalaku dan menatap bir yang berserakan di samping kakiku. Apa itu tadi?
*~*
4th Scene
"Apa aku menyuruhmu melepaskan peganganmu, Emma?" aku kembali mencengkeram besi kepala ranjang dan memastikan cengkeramanku erat. Leo mencium leherku, aku merasakan lidahnya yang hangat dan halus seperti beludru menjalar ke puting kananku. Membawanya diantara giginya lalu aku melihat pipinya yang terlihat lebih cekung dan seperempat payudaraku berada di dalam mulutnya. Aku mendesah. Melengkungkan punggung agar dia bisa mendapatkan lebih. Agar aku bisa mendapatkan lebih.
"Masuki aku," aku berbisik saat Leo mencapai pusarku dan sekali lagi lidahnya menyapu di sana sebelum dia turun dan hinggap di klitorisku.
"Kumohon," sekali lagi. Aku berbisik.
"Belum Emma." aku mengejang. Jari kakiku menekuk.
Leo dengan keterampilan lidahnya yang tidak pernah kuragukan membuatku dengan cepat orgasme begitu keras hingga kakiku bergetar dan terengah. Dia tidak berhenti dengan satu orgasme tapi aku sudah tidak sanggup. Aku menginginkan kejantanannya. Aku ingin dia memasukiku. Aku mendongakkan kepalaku, menatap besi yang di cat dengan warna hitam tempatku berpegangan. Kepalaku pusing dan kakiku bergetar. Punggungku melengkung tinggi saat Leo membawaku ke orgasme yang lain.
Aku mendengar suara erotis dari resleting celana yang di turunkan. Aku melihat Leo yang sedang berusaha membebaskan kejantanannya sambil mengecup tubuhku hingga mencapai bibirku. Aku merasakannya inci demi inci memasukiku. Aku mendesah karenanya.
"Memohonlah Emma." aku mengerang dan membisikkan namanya.
Leo bergerak. Keluar dan masuk. Dengan kecepatan yang teratur dan aku dengan cepat memohon padanya. "Kau terlalu kurang ajar karena sering melanggar peraturanku."
Aku mengencangkan peganganku. Sekali lagi saat Leo memutuskan untuk duduk di antara kakiku dan mengangkat pinggulku. Benar-benar mengambil apa yang dia butuhkan. Kecepatannya tidak seperti sebelumnya. Aku terhentak saat dia bergerak masuk ke dalam diriku. Sangat dalam dan menyentuh di tempat yang tepat. Berulang-ulang.
"Jangan, Emma." aku mendongakkan kepalaku. Memutuskan untuk tidak mendengarkannya. Aku tahu dia merasakan aku akan mencapai orgasmeku lagi.
"Lepaskan peganganmu, Emma." aku segera menyentuh tangannya yang berada di pinggulku dan melengkungkan tubuhku.
"Aku belum memerintahkanmu untuk keluar," aku tak sanggup. Aku berada di ujungku ketika Leo memutuskan untuk memperlambat.
"Kau tidak mendengarkanku dengan baik,"
"Leo,"
"Berbaliklah Emma." aku mendesah kesal saat Leo mengeluarkan penisnya dan aku tidak mempunyai pilihan lain selain berbalik.
Leo dengan tangannya yang keras dan besar memeluk perutku dan yang lainnya mengarahkan kejantanannya untuk kembali memasukiku. Aku berteriak saat Leo bergerak dengan cepat. Menyentuh dengan dalam dan aku tidak bisa melakukan apapun selain meremas seprai putih di bawah tanganku.
"Apa yang harus kau lakukan Emma?"
"Aku minta maaf karena tidak menurutimu,"
Aku menyerah padanya. Aku mengerang saat gelombang orgasme datang ketika jarinya menekan klitorisku. Ketika aku merasa gelombang itu mereda, Leo memasukiku dengan cepat dan keras. Tanpa ampun. Sekali. Dua kali. Lalu, aku mendengarkan mengerang dengan suara seraknya lalu mengecup bahuku.
*~*
Yeyeye semoga pada penasaran ya sama cerita lengkapnya.
Dan juga makasih buat sarannya dari mbak giartyputri yang suruh aku buat banyak2 baca novel romance. Terima Kasih untuk bared 2 u nya. Muacchh 😘😘
And here I'am. Dengan gaya bahasa baru. Lagi. 😒😒
Semoga pada suka aja deh. Star nya di banyak banyakin. Komentarnya tentang ini gimana. Apakah kalian merasa nyaman dengan perubahannya.
I want to thank you guys so much for reading and enjoying it. I hope that your interest is never faded when reading my story. I will see u in the next story.
Byee 👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything To Me [Lover The Series #4.5] By Framadani
RomanceCopyright ©2018|FRAMADANI|All right reserved| Based on Lovers Franchise. The additional version. Warning, it's for adult only. Harsh words and sexual scene are included. If there is any similarity with name, place, or event, this story doesn't hav...