"Sherra ..."Sherra menatap lekat mata hitam pekat milik Arfha. Dapat Sherra rasakan ada harapan di dalam matanya.
"Gue suka sama lo"
"Gue cinta sama lo"
"Gue sayang sama lo"
Deg.
"Lo mau jadi pacar gue?"
Deg.
Jantung Sherra berdegup dengan sangat kencang. Apa ini lelucon atau bukan?. Sherra tak dapat membalas perkataan Arfha Ia terbungkam mendengarnya.
"Gue udah lama mendem lama perasaan gue ke lo, sangat lama, bahkan sejak kita terlahir ke dunia,"
"Gue nggak peduli apa tanggepan lo nanti, gue cuma mau bilang itu aja ke lo, supaya gue nggak sakit hati lagi saat ngeliat wajah lo,"
"Gue tahu gimana sifat lo, lo orangnya periang, egois, gampang marah, mood lo gampang berubah, tapi gue nggak peduli, Sher," ungkap Arfha. "Gue sangat cinta sama lo, Sher,"
Sherra masih menatap lekat mata hitam Arfha. Ia percaya dengan ucapan Arfha, karena dari matanya sangat terlihat jelas bahwa ia sedang tidak bercanda, itu serius.
Tak sadar Sherra menitikkan air matanya. Membasahi pipinya. Hidungnya mulai memerah dan tenggorokan mulai tercekat. Ternyata masih ada orang yang mencintai gadis bersifat egois itu.
"Sebesar apa cinta lo ke gue?" tanya Sherra lirih. Suaranya nyaris tak terdengar karena isakannya yang kian semakin menyayat hati.
Arfha menggeleng pelan. "Gue nggak tau sebesar apa cinta gue ke lo, yang pasti sudah melebihi rasa cinta gue ke sang maha pencipta,".
"Maaf, gue nggak bisa balas cinta lo," lirih Sherra menunduk. "Gue orangnya egois, lo nggak pantes milikin gue, lo baik banget sama semua orang, gue yakin lo pasti bakal dapet yang lebih baik dari gue,"
Setelah itu Sherra beranjak pergi, karena tak tega dengan Arfha yang mengharapkan jawaban yang diharapkannya.
"Sherra, gue nggak peduli lo egois karena gue yakin lo bakalan berubah,"
Seketika Sherra berhenti.
"... Sebenarnya siapa yang ada dihati lo sekarang?"
Sherra semakin terbungkam dengan pernyataan Arfha. Namun, terpaksa Sherra melanjutkan jalannya, tak mempedilukian ucapan Arfha.
Mungkin semua butuh proses untuk membuat lo jatuh cinta sama gue.
***
Sherra mempercepat langkahnya tak kuat berlama-lama berjalan. Kakinya terasa sangat lemah.
Banyak pasang mata yang menatap Sherra bingung. Tak tahu apa yang yang terjadi dengan gadis berambut sebahu itu. Ia hanya terus menangis tanpa peduli ada orang atau guru yang menanyakannya.
Tujuan yang dituju Sherra pun sampai. Kelas yang sepi dan sunyi. Hanya ada dua sahabatnya yang tengah menatap kehadirannya dengan rasa penasaran.
"Sher, lo kenapa?" tanya Nindi namun Sherra menghiraukan Nindi. Ia terus berjalan menerobos dua orang dihadapannya dengan lemas. Ia menuju tempat tempat duduknya lalu membenangkan wajahnya di tangannya sendiri.
Oceanna dan Nindi pun menghampiri Sherra dan menenangkan Sherra dengan mengusap puncak rambut Sherra pelan. Menanyakan apa yang terjadi dengan kata lemah lembut.
"Apa yang terjadi?" Ocenna dengan suara khas-nya yang lembut itu mampu membuat Sherra menampakkan wajah merah serta mata yang sembabnya.
" ... Arfha, Na" lirih Sherra nyaris tak terdengar. " Arfha, Na".
Sherra semakin menangis histeris. Tak kuat menahan rasa sakitnya hati, teringat jika ia mengungkapkan perasaannya pada kakak kelasnya, Alan. Lalu ditolak, itu akan sangat melukai hati seakan ada pedang tajam yang merobeknya dengan sangat kasar.
"Arfha kenapa, Sher?" tanya Oceanna sekali lagi.
"Arfha nembak gue," Sherra berucap dengan tenggorokan yang tercekat. "Dia ngungkapin semua perasaannya ke gue, hati gue sakit, Na,".
Oceanna dan Nindi hanya mampu mendengar Sherra. Tak tahu apa yang dirasa gadis malang itu.
"Kalo Arfha bisa ngungkapin perasaannya ke gue, berarti gue juga bisa ngungkapin perasaan gue ke Alan," teriak Sherra frustasi seperti ada beban yang ditahannya sehingga membuat wajahnya merah bak tomat.
"Gue tatap mata Arfha dan gue ngerasain, jika gue berada di posisi dia hati gue bakalan sakit banget," Sherra semakin menjadi.
"Sher, tahan amarah lo. Lo nggak boleh nembak cowok apalagi cowok itu udah punya pacar. Lo mau dibilang murahan sama dia," Nindi mulai angkat bicara, tak tega dengan Sherra sepertinya sudah sangat lemas.
"Biarin dia mau bilang gue apa," Sherra semakin ngotot, " ... Gue cinta sama dia, Nin, Na," suaranya kian melirih.
"Cinta bukan berarti lo harus rela jadi murahan kaya gitu"
"Lo harus sadar, lo cewek, nggak seharusnya lo suka lebih dulu"
Sherra menatap Oceanna dengan emosi yang meluap-luap. Tak terima dengan Ocenna yang seenak jidatnya berbicara kasar pada Sherra.
"... Gampang banget ya lo ngomong," ucap Sherra emosi. "Lo nggak dukung gue sama sekali, apa jangan-jangan lo juga suka sama Alan, iya?"
"Jaga omongan lo ya, Sher. Kenapa lo jadi gini sih?" bentak Oceanna tak terima dengan tuduhan Sherra.
"Lo marah? Lo emang beneran suka sama Alan," Sherra membalas dengan nada yang sama dengan Oceanna. "... Gue nyesel sahabatan sama orang yang nusuk gue dari belakang,".
Dengan air mata yang masih tercetak jelas di wajahnya, Sherra pergi keluar meninggalkan kedua sahabatnya yang masih tak percaya dengan ucapan Sherra.
***
Sherra dengan kesalnya, rela membuang waktunya dengan merenung di belakang sekolah yang menurutnya sepi. Bahkan sangat sepi.
"Apa yang barusan gue lakuin?"
"Gue emang egois ...
Nggak seharusnya gue punya sahabat ...
Maafin gue Oceanna, Nindi ..."
Sherre menangis tersedu-sedu. Tak kuat menahan air matanya yang terus mendorong untuk keluar.
"Gue emang cewek bodoh yang egois ..." Shera menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Namun, tiba-tiba .....
"Lo anugrah yang diciptakan oleh Tuhan, bukan cewek bodoh, ..."
***
A/N
KAMU SEDANG MEMBACA
My D E A R
Teen Fiction"Berhentilah memperjuangkan jika hatinya tidak bisa diperjuangkan," - ***