T W E L V E

55 4 1
                                    

"Mama ..."

"Aku nggak tau mama kemana," jawab Sherra tanpa beban. Ia jujur tidak tahu kemana mama-nya pergi.

Mariana menghembuskan napasnya berat. Jujur, ia kecewa dengan jawaban Sherra. Bukan jawaban itu yang Mariana mau.

"Kamu beneran nggak tau?" tanya Mariana sekali lagi.

Sherra menggeleng dengan mata berkaca-kaca. Ia tak mau menatap Mariana karena malu kalau tiba-tiba pertahananya runtuh.

Mariana mengusap tangan Sherra pelan sambil tersenyum. Namun, Sherra enggan untuk melihat senyuman itu. Ia takut air matanya akan terjun. Tapi, tiba-tiba saja Mariana memeluk Sherra erat karena ia tau Sherra akan menangis. Dan tak segan Sherra membalas pelukan itu seraya menumpahkan seluruh air matanya.

"Jangan ditahan, tumpahkan semua, sayang!" ujar Mariana lembut sambil mengusap punggung Sherra yang bergetar.

***

Sudah 2 jam yang lalu Sherra tertidur karena kelelahan. Wajah damainya menunjukan bahwa ia sudah pulas. Mariana dan Arfha memutuskan untuk pulang karena melihat jam yang sudah menunjukan pukul 23.00.

Mariana berpamit dengan Bi Irah begitupun dengan Arfha. Mungkin, besok ia akan kesini lagi untuk menemani Sherra. Karena, Mariana tak tega dengan Sherra yang sepertinya sangatlah kesepian.

***

"Sherra, minjem buku bahasa inggris dong!" pinta Oceanna yang sama sekali belum mengerjakan pr.

Sherra dengan sigap mengeluarkan buku Bahasa Inggrisnya. "Makanya jangan kebanyakan maen,".

Oceanna hanya terkekeh pelan. Tak membalas ucapan Sherra, karena setiap ia meminjam buku milik Sherra pasti akan berucap seperti itu.

Ketika Oceanna tengah menyalin bukunya, Sherra beranjak dari kursi. Langkahnya berjalan menuju balkon kelas. Matanya menangkap sosok tak asing di bawah sana. Ia adalah Alan.

Hingga sekarang Alan belum hilang dari pikiran Sherra dan sebenarnya Sherra tidak mencintai Arfha melainkan mencintai sebagai sahabat. Tidak lebih. Namun, mau bagaimana pun juga ia tidak boleh egois, ia harus bisa mencintai Arfha sebagai pacar.

"Sher, lagi ngapain?" tanya seseorang dengan suara khas baritonnya yang terdengar tak asing di telinga Sherra. Tak lain adalah Arfha. 

"Eh, hai, gue lagi ngadem" jawab Sherra seadanya.

"Duduk disana yuk, gue mau ngomong sesuatu," ajak Arfha dengan menarik tangan Sherra menuju bangku.

"Lo tau kalo Alan putus sama Dinda?" tanya Arfha santai namun raut wajah Sherra terlihat serius. Ia selalu serius jika tentang Alan.

Sherra menggeleng sebagai jawaban.

"Dia putus gara-gara lo," ucap Arfha menghembuskan napasnya. "Dia bilang ke semua orang kalo penyebab mereka putus itu lo".

"Semua orang kelas 12 udah tau kalo lo penyebab mereka putus dan siap-siap aja lo di labrak" ucap Arfha yang terlihat santai. "Tapi, sebagai pacar gue bakal belain lo,"

Mendadak tubuh Sherra berubah panas dingin. Matanya pun juga ikut memanas. Bagaimana mungkin Alan berkata seperti itu. Apa Alan sejahat itu?.

Sherra menggertakan giginya. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan Arfha.

"Kenapa?" tanya Sherra lirih dengan mata berkaca-kaca.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang menyangkut di otaknya namun tak satupun mampu diucapkan.

Karena tak kuat, akhirnya Sherra menumpahkan air matanya. Ia menangis dengan sangat kejar. Kenapa semua orang begitu kejam padanya?.

Arfha yang melihat Sherra itu langsung memeluk Sherra erat. Tubuhnya sangat bergetar. Arfha tau pasti hati Sherra sangatlah sakit.

"Kenapa gue nggak bisa bahagia walau sebentar aja? Kenapa Arfha?" tanya Sherra lantang, ia tak kuat dengan kehidupan yang begitu kejam padanya.

"Kenapa disaat gue sedang sangat tidak bahagia justru Tuhan selalu memberi lebih ketidakbahagiaan ini?"

"Sherra, stop, lo harus sabar" ucap Arfha membawa Sherra ke pelukannya.

"Kenapa aku nggak pernah ngerasa bahagia, Arfha? Kenapa hidup ini selalu nggak adil?" isak Sherra tak tahan dengan semua beban yang selalu menimpanya.

"Aku pingin dunia aku penuh dengan kebahagiaan bukan kesengsaraan" ucap Sherra kian melirih.

"Sher, udah tenang" Arfha mulai mengelus punggung Sherra pelan dan lembut.

"Kamu mau aku bisa tenang? Apa kamu bisa merubah takdir?"

Arfha hanya diam saja, tak mampu menjawab pertanyaan Sherra. Ia tahu pasti sangat berat sekali hidup gadis ini. Ia bisa merasakan apa yang juga dirasakan Sherra.

Tak lama dua sahabatnya pun datang dengan wajah cemas.

"Sherra, udah dong nangisnya," pinta Nindi dan juga Oceanna tentu saja.

Sebenarnya, Nindi dan Oceanna tidak tau apa yang terjadi. Namun, mereka akan menanyakannya nanti jika tangis Sherra sudah mereda.

Lama menunggu Sherra menghentikkan tangisnya, akhirnya tangisnya pun mereda. Matanya sembab dan memerah. Wajahnya juga sedikit kacau.

"Arfha, Sherra kenapa?" tanya Ocenna langsung.

Arfha menghela napasnya seraya melirik Sherra yang tak kunjung berbicara.

"Alan bilang dia penyebab putus sama Dinda," jawab Arfha cepat tak bertele-tele.

"Emang Sherra kenapa?"

"Gue juga nggak tau, yang jelas Alan bilang begitu," jawab Arfha jujur. Ia sebenarnya sangat ingin tau mengapa Alan berucap seperti itu. Apa karena Alan sangat membenci Sherra?.

"Nggak mungkin dong kalo Sherra penyebab putunya dia sama Dinda," Nindi sepertinya sudah emosi karena sahabatnya dituduh menjadi penyebab.

"Gue sebenarnya masih cinta sama Alan," ucap Sherra tiba-tiba diselingi dengan senggukan. "Gue nggak bisa lupain Alan, walau ini terdengar egois tapi gue jujur gue masih cinta sama Alan"

Rahang Arfha mengeras ketika mendengar pernyataan Sherra. Tak mungkin jika Arfha menyakiti Sherra, karena bagaimana pun juga ia seorang gadis. Jadi, niat untuk memarahi Sherra ia urungkan.

"Sher, lo bisa, lo bisa" ucap Oceanna menyemangati Sherra agar bisa melupakan Alan.

"Sherra, sepertinya disini gue yang egois, terlalu memaksakan untuk lo jadi pacar gue" ucap Arfha sambil mengelus bahu Sherra lembut.

"Nggak Arfha, lo nggak egois. Gue akan belajar mencintai lo, lo harus tetep jadi pacar gue" ucap Sherra tulus dari dalam hati. "Dan gue akan lupain Alan".

***

Selama Ini Sherra mencintai Alan. Kenapa gue baru sadar? Kenapa Arfha? Kenapa lo itu terlalu bodoh?. Sepertinya memang gue nggak pantas untuk Sherra. Sherra nggak pernah mencintai gue lalu kenapa ia menerima gue sebagai pacarnya?. Apa mungkin ia sedang belajar mencintai gue setulus mungkin. Kalau memang benar gue akan tunggu itu. Gue akan tetap mencintai Sherra dan menjaga Sherra. Tak peduli ia lebih mencintai siapa.

***
A/N

Kok gak jelas ya gue bikin. Maklum baru perdana bikin TeenFiction. Hehe ...
Kritiknya juga boleh
Keep Vomment ya guys ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My D E A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang