[1] Slebor

847 36 1
                                    

"Gak jelas, slebor."

Dirga memantapkan ucapannya, sembari memberikan tatapan dingin terhadap gadis di hadapannya.

"Yaelah baper banget si, Desyca bercanda doang."

Lima menit yang lalu Desyca membuat kerusuhan kecil di dalam kelas Ia dan Dirga, ya gara-gara Desyca nimpuk si Sipit Rese itu pake penghapus papan tulis.

Alhasil, mukanya Dirga kayak panda minta ditampol.

"Yaudah Desyca minta maaf."

Desyca memberikan puppy eyes, lalu membuat udara di bagian dalam mulutnya, sehingga sepasang pipinya seperti balon.

"Jijik."

"Yaudah mau Dirga apa?!"

"Ya bales dendam lah."

"Bales dendam apa?"

"Lempar balik lah."

Dirga tidak meraih sebuah penghapus papan tulis, melainkan tinta spidol tanpa tutup.

"Woi! Sipit mau ngapain?!" pekik Desyca sembari memundurkan langkahnya kebelakang, dan sudah sampai di tahap terakhir, yaitu tembok.

Dirga berlari cepat menuju tempat Desyca berpijak, mengangkat tinta spidol dan siap melem---

Bruk!

"AAAAA! SIPIT BEGO!"

*****

Air keran meluncur deras di seragam putih Desyca. Gadis itu terus mengeluh, mendapati seragamnya yang penuh dengan bercak-bercak hitam. Yang tak lain adalah tinta spidol.

"Sipit bego. Gak minta maaf lagi."

Noda hitam itu membentuk lingkaran besar di bagian lengan kanan, dan di bagian perut.

"Jangan harap Dirga bakal kasih jaket ke Desyca. Dasar slebor." ujar Dirga dingin.

Kemudian, Dirga berlalu begitu saja, berniat untuk ke kantin seorang diri. Tanpa mempedulikan apapun.

Sekarang sudah jam istirahat kedua, hanya sisa lima menit lagi untuk kembali ke kelas.

Ting!

Dentingan handphone membuat Desyca dengan cepat meraih handphone-nya. Oh! Dari line.

MasBejo : Dek Desyca? Kok masih di lapangan? Main air? Mas liat dari lantai dua, istirahat udah mau selesai cepet masuk.

"Lah?"

Desyca mendongak, mendapati kakak kelasnya melalui jendela kelas, ya, terlihat pemuda berambut pirang dengan bola mata biru. Tak lain adalah Bejo.

"Ini loh Mas! Gara-gara si Sipit Rese!" pekik Desyca. Ia mengarahkan telunjuknya ke tempat dimana noda hitam merusak pemandangan seragamnya. Bego emang, di lapangan nyuci noda hitam yang gabakal hilang, diliatin orang-orang, dan disangkanya main air.

Emang Desyca bocah?! batin Desyca mengerang.

Lalu, Bejo hanya mengangguk mengiyakan, dan melambai-lambaikan tangannya di udara kemudian mengarahkan telunjuknya tepat ke kelas Desyca, mengisyaratkan bahwa Desyca harus masuk kelas.

"HAH?! UDAH MASUK MAS?!"

Bejo mengangguk dari atas.

Dua kali aja tuh. Kena sial.

*****

Para siswa dengan senang hati keluar dari kelas, menandakan bahwa bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Di bagian meja paling pojok kanan terdapat Desyca, dan yang di depannya tak lain adalah Dirga.

Desyca tertawa terbahak-bahak mood nya sudah berubah, karena sedari awal ia panik, takut kena hukum gara-gara masuk kelas telat. Ia terus berdoa, berdoa dan berdoa. Dan Tuhan mengabulkan doanya mendapati hari ini jamkos.

Ia menggenggam ponsel menyimak apa yang ia lihat di layar gadgetnya.

"Kakel gadanta."

Desyca terus menggumam, lebih tepatnya mengejek.

Irene chairmate Desyca, terus menyaksikan kebegoan teman sebangkunya yang terus-terusan ketawa sedari tadi.

"Des, mau pulang gak sih?! Sisa anak yang piket doang nih!" tanya Irene geram.

Desyca mengangguk, namun tidak mengalihkan pandangan, "Bentar-bentar ini lucu banget sih."

Dirga yang sedari tadi masih berada di kursinya, bersiap-siap untuk piket kelas, namun, dengan siap ia malah menguping.

Dirga ngapain si.

"Ada apa sih, Des?" tanya Irene lagi.

Desyca mendongakan kepalanya ke arah Irene, lalu bertatap wajah, "Gue ditembak kakel."

*****

Halo lagi! Zzzzz, jangan lupa vomment yaaa! InshaAllah fast update kalo mood hwhw. Tengkyu!

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang