[4] Bodoh

544 23 1
                                    

"Maksudnya lo suka sama gue gitu?"

Oke, Desyca ngakak.

Tapi ketahan.

"DIH BODOH!"

"HAHAHAHAHAHA!"

Dirga masih natap muka ngakak Desyca, dia bingung pastinya.

"Apansi."

"Liat nih," Desyca nunjuk ke lengan kanannya, sama bagian perutnya, yap, seragamnya masih dalam keadaan banyak noda hitam, "salah siapa?"

Dirga geleng-geleng kepala, "Bukan salah gue."

"Gimana bukan salah lo?"

"Ya, lo aja yang gabisa nyuci."

"Ini Irene yang nyuci."

"Yaudah Irene yang gabisa nyuci."

Irene nimbrung, "Untung gue bantuin lo, Des." Terus Irene duduk lagi di kursinya, dan nepuk-nepuk kursi sampingnya, "sini Des, belajar nanti ulangan fisika lho."

Desyca buat bola di matanya, "Gak ah, lagi diet otak."

"Diet otak?" tanya Irene.

Desyca ngangguk, "Iya, gamau belajar dulu. Hehe."

"Gausah sok pinter deh lo." lirih Dirga.

"Bacot."

"Jadi seragam gue gimana?" lanjut Desyca.

"Beli baru."

"Beliin."

"Mana duitnya?"

"Beliin."

"Gue anterin."

"Beliin!"

"Et bacot, Des. Patungan deh."

"Lo 3/4 nya, gue sisanya."

"Sialan."

*****

Dirga keluarin sepeda gunungnya, warna hitam metalik, terus dia ke arah gerbang utama, tujuannya sekarang mau ke toko seragam.

Iya buat seragamnya Desyca.

Sekarang sekolah udah sepi, bel bunyi 10 menit yang lalu. Paling cuma ada satpam botaq doang heuheu.

Desyca ngekor di belakang Dirga, nungguin Dirga yang ngeluarin sepeda gunungnya ke gerbang. Ke arah pos satpam sih sebenernya.

Pas udah sampe gerbang, Dirga noleh ke Desyca, "mau ngapain lo ngikutin gue?"

Desyca ngerutin dahinya, "lah? Anterin gue ke toko seragam lah, sekalian beliin, alias patungan,"

"Bodoh."

"Kita naik gocar nyet. Lo mau naik sepeda berdua kayak gini? Ke toko seragam yang mayan jauh?" lanjut Dirga.

"Oh,"

"Pesen cepet!"

"Iyaudah sih sans, pake gopay gue deh,"

"Pak satpam! Dirga nitip sepeda ya! Jam 4-an Dirga balik ke sekolah! Makasih,"

Setelah Dirga titipin sepedanya ke satpam sekolah, dia langsung keluar gerbang, pastinya setelah satpamnya ngangguk.

*****

"Yey sampe!" seru Desyca terus jalan masuk ke dalam toko seragam, dia masuk ke bagian seragam, pastinya.

"Beli sono, jan lama, lama gue tinggal."

Desyca mendecih, "sepeda lo juga masih di sekolah, bodoh,"

"Bacot lo bodoh,"

"Iyaudah sama-sama bodoh, bodoh,"

Dirga buka ponselnya, mainin.

Di hari itu pokoknya gaada debat lagi, udah pada ngalah. Paling cuma Dirga yang terus ngumpat bayar 3/4 harga seragamnya Desyca.

*****

Matahari malu-malu buat nampakin dirinya di langit. Cerah tapi gak panas, ini enak banget sih buat tidur kalo kata Desyca.

Tapi bodohnya, Desyca malah kebablasan tidur, sekarang udah jam 7 kurang 7 menit. Lah iyain 7 menit rapih-rapih sama berangkat sekolah. Kan mustahil yha.

Desyca rapih-rapih, gak makan, terus tancap gas. Dianterin abang gojek maksudnya.

Sampai di sekolah dia ngeliat arloji di lengan kirinya, waktu udah nunjukin pukul 7.15, buat ketiga kalinya Desyca telat.

"Huh! Pagi, Bu!"

Dia langsung buka pintu, terus teriak gitu aja. Ya namanya juga anak slengean. Slebor.

Desyca langsung dapet tatapan tajam dari teman sekelasnya, coret, Dirga. Dirga malah senyum miring, jahil.

"Maaf Bu," pinta Desyca.

Sekarang lagi pelajaran Bahasa Inggris, Mrs. Tya ngedeketin Desyca, jadi mereka berdua hadap-hadapan. Cuma Desyca-nya nunduk.

"Kamu kesiangan! Kenapa?!"

Desyca ngedongak bentar, natap guru bahasa inggrisnya, terus senyum kotak, "ini masi jam tujuh lima belas, masi pagi, sa ae ibu mah,"

Dan berakhir dengan Desyca yang disuruh keluar kelas kerjain tugas fisika 20 nomor padahal lagi pelajaran bahasa inggris.

Tbc.

Nut.




FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang