THE BOOK

774 6 2
                                    

'Ketika diperhadapkan pada kesempatan untuk membalas dendam, sikap apakah yang menunjukkan siapa dirimu'

"BRENGSEK!" teriak Mela seraya berjalan menuju danau yang berjarak lima ratus meter dari rumahnya.

"Selama ini aku selalu bersabar. Aku hanya diam mendengar setiap ucapan mereka," gerutu gadis berkacamata itu seraya menendang kaleng kosong yang ditemui di pinggir jalan.

"Aku memang murid baru di sekolah! Tapi apa aku nggak berhak mengikuti setiap pelajaran dan kegiatan sama seperti yang lainnya?" lanjut Mela. Tangannya menyugar. Embusan angin sore meski tak terlalu keras selalu berhasil menyibakkan rambut gelombangnya yang hanya sebatas pundak. Membuat gadis tujuh belas tahun bermata sipit itu memicingkan mata saat beberapa helai poni menyusup masuk kacamatanya dan menyentuh bulu mata.

"kalian itu hanya beruntung! Punya tubuh yang sempurna, cantik, ganteng, pun kaya! Tapi bukan berarti bisa semena-mena memperlakukan orang lain!" Mela menghentikan langkahnya. Ia membungkukkan badan, meraih pecahan batu hitam, lalu memutar batu itu beberapa kali.

"DAMN!" Ia berteriak sambil melemparkan batu ke dalam danau sekuat tenaga. Setelah memantul enam kali, batu itu masuk ke danau. Dadanya naik turun seiring dengan napas yang tersengal-sengal. Ia menekankan giginya kuat-kuat sampai bergemeletuk, kemudian menarik napas dan membuangnya dengan teriakan yang keras. Berharap seluruh kekesalannya ikut pergi bersama udara kotor yang sempat memenuhi paru-paru. "Andai tak ada hukum di negri ini, udah aku porak porandakan kalian semua!"

Mela duduk di batu besar di tepi danau. Ia mencemplungkan kaki hingga sebatas pergelangan dan membuat gelombang-gelombang kecil dengan menggerakkannya.

Pandangannya terus mengikuti arah gelombang, sampai ia menemukan sesuatu yang membuat matanya terpaku. Mela menyipitkan mata, membenahi letak kacamatanya untuk memastikan pengelihatannya benar. Sebuah buku, yang mengeluarkan cahaya keemasan. Beberapa kali Mela mengerjapkan mata, lalu menghampiri buku itu dan mengambilnya. Di bagian depan terdapat ukiran emboss berbentuk jam pasir, bertuliskan namanya 'Archamela Pratiwi' di bagian atas. Sebuah pena berwarna emas, diikat dengan tali tipis, disisipkan di sisi buku.

"Archamela? Namaku?" Mela menarik napas, membuangnya perlahan. Ia mengatur degup jantung yang mulai tidak sesuai tempo. "Ah, mungkin hanya kebetulan pemiliknya memiliki nama yang sama denganku," lanjutnya setelah memperhatikan dan meraba detail nama yang tertera di sampul buku. Ia mulai membuka lembaran buku itu satu persatu.

Matanya kembali terbelalak ketika menemukan tulisan 'SHOW TIME' di halaman pertama yang diwarna dengan tinta semerah darah.

Air danau bergelombang semakin kencang. Dari dalam danau muncul cahaya yang sangat terang. "Sekarang waktunya pertunjukkan dimulai, Archamela Pratiwi. Dan kau adalah sutradara sekaligus penulis skenario dari pertunjukkan ini."

"Apa maksudmu? Kamu siapa?" Mela melotot, matanya menyapu ke segala arah, mencari sumber suara.

"Aku cuma mau mengajakmu bersenang-senang. Kecewa bukanlah alasan untuk kau bersungut-sungut dan mengeluh. Tapi jadikan itu sebagai pecut untuk bisa membuat sesuatu menjadi lebih baik."

Gadis berkacamata itu semakin menyipitkan matanya. "Ma... ma... Maksudnya?" tanyanya sedikit bergetar.

"Tuliskan. Apapun. See what will be done," ujar suara itu.

"La ... lalu?"

"Yah, sampai kau puas. Setelah itu kau pasti kembali."

*****

"Heh!! Nyelonong aja!" seru Milka. Tangan kanannya menarik lengan baju Mela yang sedang terburu-buru masuk laboratorium komputer.

Sambil memperbaiki kacamata yang agak melorot, Mela mengucapkan maaf. Meski hanya menerima cibiran dari Milka dan teman-teman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUNCI ~Kumpulan Cerita Inspiratif~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang