Ketiga

29 9 4
                                    

Saat bel pulang sekolah sudah berdering

*
*
*

"Eh mau kemana Nu?"
Bimbim memergoki Nunu yang tengah sibuk merapikan buku-buku ke dalam tas.

"Nih helm nya."
Dia bantu ambilkan helm Nunu yang di simpan di rak khusus di belakang kelas. Untuk beberapa saat, Bimbim mengelus tengkuk Nunu sambil cengiran ria.

"Zelah, nih mantan lo mau kabur kayaknya." goda Bimbim. Memang benar, dulu ketika di SMP. Zelah dan Nugraha adalah couple hits yang didambakan oleh semua orang pada zamannya.

Zelah dan Nunu sama-sama vocalis band ketika di SMP. Gosip Nunu yang tidak bisa move on dari Zelah pun tersebar luas sampai ke masa SMA sekarang ini. Satu-satunya misteri yang belum terungkap adalah alasan dibalik putusnya couple hits itu.

"Kagak Bim. Santai." Nunu nyaut, suaranya agak gemetar, mungkin karena laki-laki itu tahu jika saat ini Zelah tengah memperhatikannya.

Zelah memang sedang memperhatikan perlakuan Bimbim terhadap Nunu. Matanya mengisyaratkan pada Bimbim untuk berhenti mengganggu mantan pacarnya tersebut.

"Lo bareng dia Zel?" tanya Bimbim.

Zelah menggelengkan kepalanya.
"Nggak! cowok cemen kayak dia mana mau bareng gue."

"Hahaha" Bimbim tertawa menyambut sindiran Zelah.

"Tuh Nu, denger!"
"Halah, lo ganteng tapi mubazir, sayang tau!"

Nunu nyengir lebar.
Matanya berusaha menatap lurus hanya pada Bimbim, ia bertarung dengan nafsunya untuk tidak berpaling pada tatapan mata Zelah.

"Hidup gue kan cuman buat persib. Gue ganteng kali aja ada untungnya buat persib."

"Halah halu ni anak satu. Hahaha" Obaw ikut nimbrung. Dia mengalengkan tangannya pada Nunu. Menyeret Nunu untuk keluar dari kelas bersamanya.
"Gue nebeng lo ya ke rumah Nabawi. Pake vesva lo biar asoy!"

"Kuy."
Balas Nunu, meskipun dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa dia ogah jalan bareng seorang Obaw.

Sean menyaksikan kejadian tadi. Dia masih berada di dalam kelas. Kenapa? karena dia hanya akan pulang jika seluruh kelas sudah sepi tidak berpenghuni.
Lagi, dia tidak mau ikut ke rumah Nabawi untuk merayakan hari lengkapnya kelas 11 IPS 2. Pikirnya, dia ada atau tidak adapun, tidak akan berpengaruh pada kelangsungan acara.

Sean berjalan keluar kelas.
Syukurlah tidak ada yang benar-benar sadar akan keberadaan dia.
Ketika baru satu langkah kakinya melewati pintu kelas.
Seseorang menarik tangan Sean dengan kasar.

"Eh apa ini?" Sean ketakutan bukan main. Dia berusaha melepas tangannya dari cengkraman orang asing tersebut. Tapi nihil.

"Gue ini, gue!" suara laki-laki yang dikenal Sean membuat dia sedikit tenang. Laki-laki dengan seragam paling bersih seantero sekolahan.

"Loh Gumi?"

"Pinter...."
"Tau nama gue"
Gumi nyengir lebar.

Langkah kaki Gumi yang lebar dan cepat membuat Sean sedikit kelelahan untuk menyamakannya dengan Gumi. Sean ingin sekali mengatakan sesuatu seperti "pelan pelan" atau "lepasin aku" tapi mulutnya benar-benar bungkam tak bisa mengatakan apapun.

"Lama banget lo di kelas, ngapain? piket? kelas kita gak ada jadwal piket kok."
tanya Gumi mengintrogasi.

Sean diam lagi. Mengikuti langkah Gumi saja sudah membuat dia kelelahan, apalagi harus berpikir untuk kemudian menjawab pertanyaan Gumi yang bertubi-tubi itu?

"Diem aja lo. Heran. Takut ama gue? jangan dong. Gue baik kok."

Sean hanya menggelengkan kepalanya refleks.
Kenyataannya dia memang benar tidak takut pada Gumi, dan seharusnya, dia juga tidak takut pasa siapapun yang ada dikelasnya.

OTOZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang