Kedua

21 11 17
                                    

Malam yang dikira Sean tidak mungkin terjadi. Ternyata benar-benar terjadi. Nomor tidak dikenal menelfon Sean sekitar pukul 10 malam.

Sean ini?

Iya. Maaf siapa ya?

Meskipun Sean sudah ada feeling kalau orang yang menelfonnya adalah Obam, tapi dia tidak siap menerima kenyataan itu. Bayangannya tentang Obam yang bersifat kasar masih terngiang dalam ingatan Sean.

Gue ini! sok hits banget lo. Kayak bakal banyak yang nelfon aja.

Oh Nova.

Jawab singkat saja, pikir Sean. Biar Obam segera menutup telfon nya.

Lo jangan-jangan cewek panggilan! gue jadi curiga euy.

Obam memang kelewatan!
Sean ingin marah detik itu juga rasanya. Tapi Sean tau hal itu justru akan memperpanjang pembicaraannya dengan Obam.

Kok diem? tidur lo?
Gak sopan tau!

Nggak kok.
Mau apa telfon?

Besok bawa nasi goreng ya buat gue!

Apa? nasi goreng?

Iya! lo orang Indonesia apa bukan? kayak baru denger nasi goreng aja. Yang enak ya. Harus ada sosisnya, basonya, daging ayam, pake telor, pake pedes juga biar hot ughhhh'

Loh? kenapa harus aku yang bawa? kamu kan punya pacar sendiri.

Dah lah gak usah takut sama cewek gue. Pokoknya lo nurut aja.

B, bukan gitu.

Apa? gak mau?

Sean bingung. Dia tidak bisa mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Dia tidak bisa berkata "tidak" ketika ada dalam situasi terdesak seperti ini.

Diem lagi kan?
Bodo amat! pokonya kalo diem berarti mau. Besok harus bawa titik!

T, tapi...

Sekarang lo tidur sana! besok harus bangun pagi biar bisa masak dulu.

....
Sean diam

Dah Sean....

Obam yang duluan menutup sambungan telfonnya.

Sean menarik nafas sedalam-dalamnya. Dia terus memandangi handhphone di genggamamnya. Mengingat-ingat kalimat apa saja yang dikeluarkan Obam padanya beberapa saat yang lalu.

Bego dasar! kutuk Sean pada dirinya sendiri. Dia menyesali sifat lemah dan mudah tertindas yang dimilikinya secara paten itu.

Dengan kesal gadis itu melempar handphonenya asal. Menyembunyikan dirinya dalam selimut putih beraroma lavender miliknya.

Pokoknya aku gak bakal pernah bikin nasi goreng buat Nova! batinnya menegaskan.

*
*
*

05.00 pagi.

Terkutuklah Sean!
Nyatanya perempuan itu tidak bisa memegang omongannya sendiri.
Dia tengah sibuk membantu mamanya memasak nasi goreng.

Sean memotong sosis sesuai ukuran yang sudah di contohkan mamanya.

"Tumben sekali ini. Mama jadi curiga."

Sean diam. Gak ada sama sekali minat untuk saling balas percakapan dengan mamanya sendiri.

"Gebetan kan? haduh, jangan sering-sering tapi An, nanti dianya ilfeel sama kamu." mama Sean malah kasih wejangan.

OTOZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang