Keempat

21 2 0
                                    

18.00

Di rumah Nabawi
Anak-anak kelas 11 IPS 2 sudah berkumpul di salah satu ruangan. Ada satu layar proyektor disana. Ruangan itu sudah terlihat seperti mini bioskop. Ada popcorn dan cola juga sebagai suguhan dari sang pemilik rumah.

Di arah pintu masuk, Kalin dan Bimbim beru terlihat. Kedatangan mereka berdua langsung di sambut hangat oleh semua orang didalam.

"Gimana Lin, menang gak?" tanya Nunu, yang langsung menghampiri Kalin.

"Sabar Nu, belom ada pengumuman nya." Jawab Kalin santai.

"Duh pacar aku capek nih pasti. Duduk sini. Minum dulu" ajak Nabawi, meraih tangan Kalin dan menggiringnya duduk di sofa tempat ia duduk sebelumnya.

"Kalin doang yang di sambut? Pan gue KM nya. Gue yang paling penting kalo urusannya udah sama kelas mah barudak!" Protes Bimbim.
Dia melangkah menuju tempat disimpannya makanan.
"Gue juga kan mau ini" dia mengambil satu kaleng cola dingin.
"Haus gak kuat mas"

"Halah. Banyak bacot nih pak KM. Biasa juga ambil-ambil ae gak usah pake perhatian segala." Komentar Gumi.

"Eheheheh." Bimbim hanya nyengir setelah meneguk cola yang diambilnya.

"Dah, sekarang pak KM gimana nih? Udah magrib, solat dulu kagak? Apa mau sambutan dulu? Pan ini perayaan kelas kita" Nabawi menawarkan pilihan pada Bimbim.

"Solat dulu boleh..." jawabnya agak mikir.

"Cem gak iklas gitu sia teh. Solat mah nomer utama! harus jelas kalo nyuruh orang solat!" Obam yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan suara.

"Solat aja dulu Na." Kalin memberikan saran pada Nabawi.

"Alah, sok suci lo." Obam sewot.

Kalin jelas kaget, darahnya langsung naik seketikam. Tapi, gadis itu tahu jika Obam hanyalah mahluk yang kurang normal dan kurang pantas di sebut sebagai manusia.

"Serah lu." Gumam Kalin. Disamping gadis itu, Sean duduk mengusap bahu Kalin. Setidaknya untuk memberi ketenangan.

"Lo yang nyuruh solat, lo yang protes. Aneh lo" dumel Nabawi.
"Ya udah lo aja duluan solat magrib sana." perintahnya.

"GAK NA! gue udah pernah" jawab Obam santai.

"Bacot ae lu. Udin yang mau solat ya solat dulu aja sana yang kagak ya udah diem." Kata Cecep salah satu bokepers kleb di kelas.

"NAH INI! betul!" Kata Bimbim sambil menunjuk Cecep yang santai macem di pantai. Tumpang kaki, sebatang rokok di tangan kanan, cola di tangan kiri, mulut gak berenti mengepulkan asap.

"Tapi sebelumnya gue boleh pidato dulu pan?" Tanya Bimbim. Tanpa diberikan persetujuan oleh yang lain, Bimbim berdiri menaiki sofa.

"Gue sempet jadi KM pas kelas 7 SMP. Tapi baru seminggu jabat, gue langsung dipecat. Kata anak-anak gue culun dan gak ada karismanya. Gue dendam waktu itu dan sekarang gue membuktikan kalo gue bisa jadi KM. Benerkan barudak? Pencapaian luar biasa kita adalah semua anak-anak 11 IPS 2 kumpul pas tadi pagi di kelas, dan sekarang juga pada kumpul di rumah Nabawi. Pokoknya gue gak peduli kita nakal lah, blangsak lah, di katain gak ada otaknya yang penting kita solid. Jangan ada musuh-musuhan. Semua cewek di kelas ini cewek gue, cewek kita. Semua cowok disini abang gue, adek gue juga. Gitu aja barudak! salam solid!"

"Whoooo"
"KEREN LAH!"
"Sip Bimbim"
"KM asoy"

Tepuk tangan dan surakan-surakan terlempar setelah Bimbim selesai bicara.

"Eh satu lagi barudak! Solat atau gak solat gapapa dosa mah tanggung sendiri. Yang penting jangan lupa aja kalo agama kita Islam. Tuhannya siapa?"

"ALLOOOHHHH" jawab semua orang satu suara.

"Sip lah! Ayok solat sekarang."
"Yang mau aja maksudnya. Haha" Bimbim kembali duduk di tempatnya. Nabawi menyambut laki-laki itu dengan satu tos kilat.

Acara sudah selesai. Anak-anak hanya menonton film bersama, sebagian ada yang bermain monopoli, ada yang bermain play station, ada yang sibuk vlog-an, ada juga yang hanya diam seperti Sean.

Untuk hari ini, Sean menjadi tanggung jawab Gumi sepenuhnya. Gumi adalah orang yang mengantar Sean kembali pulang kerumahnya dengan selamat. Apa yang dilakukan oleh Gumi sejujurnya hanya sederhana. Gumi bahkan tidak banyak berbicara dengan Sean ketika mereka ada di rumah Nabawi. Tapi, Sean merasakan hal yang lain dari Gumi. Dia bisa melihat sisi yang mungkin tidak bisa dilihat oleh orang lain dari Gumi.

Gadis itu terus menyimpulkan senyuman dalam perjalanan pulang. Di tubuhnya, jaket berbau masculin menempel. Iya, sejak ini adalah malam hari dan udara menjadi lebih dingin, Gumi meminjamkan jaketnya pada Sean.

"Berenti disini." Kata Sean setelah mereka memasuki komplek perumahan.

"Ini? Paling depan rumahnya?"

Sean mengangguk, ia melepas helm kemudian memberikannya pada Gumi.

"Makasih udah nganter. Malah jadi ngerepotin."

"Santai aja Sean, gue kan wakil KM, harus memastikan anak-anak sampai ke rumah dengan selamat."

Sean hanya tersenyum.

"Kalo gitu gue balik ya."
Gumi memutar balik motornya kemudian berlalu dari pandangan Sean.

Setelah Gumi pergi dan tak terlihat. Sean baru melambaikan tangannya. Tatapannya masih tak ingin lepas dari ujung jalan tempat Gumi menghilang.
"Hati-hati Gumi."

*
*
*

Nb: Ceman2. Aku seneng kalo kalian baca juga cerita aku, gak cuman boom vote hehe. Karna aku juga pasti baca cerita kalian bahkan suka d add ke library biar aku bisa terus baca kelanjutannya. Saling menghargai untuk dihargai :)
Makasih krn kalian udh rela meluangkan waktu untuk tulisan ini.

Next nya tunggu ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OTOZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang