Chapter. 1

500 62 8
                                    


Namanya So Hyun, gadis dengan rambut belum sepenuhnya kering itu memasuki studio. Tidak. Itu bukan studio musik besar yang penuh dengan peralatan musik apalagi sampai berdinding kedap suara. Ruangan yang ia masuki hanya berisi piano besar, diatasnya kertas-kertas yang penuh akan coretan diletak sembarang. Piano itu diletakkan tepat ditengah ruangan. Tak jauh dari piano itu tampak sofa abu besar ditimpa selimut dan bantal disisi kanannya. Agaknya sofa itu sering dialih fungsikan menjadi kasur oleh penghuni ruangan. Tepat dihadapan sofa itu ada karpet bulu berwarna coklat terbentang di lantai dan boneka beruang dengan warna senada didudukkan disana, punggungnya bersandar sembarang ke sofa. Boneka itu tidak lagi terlihat padat dan tegap. Sudah sedikit mengendur, -sering dijadikan guling-.

Jika menyusuri lebih dalam, tak jauh dari gitar yang digantung, disana akan kalian dapati sebuah dapur dengan beberapa cup ramyeon berisi sumpit dengan bumbu yang masih tersisa, mangkuk dan piring kotor terletak begitu saja di wastafel. Disisi kanan ruangan terlihat beberapa anak tangga yang akan menuntun ke lantai dua gedung ini, Gedung dua lantai ini sengaja didesain dengan pola bagian atas sebagai rumah dan studio musik dilantai bawah, namun pria pemilik gedung ini acap kali tak membuat batasan antara studio dan rumahnya. -Padahal So Hyun sudah sering mengomel akan hal itu.

So hyun mendapati punggung Jung kook yang menghadap padanya. Dari belakang tampak jelas pacarnya itu sedang mencoret-coret kertas lagu. Seulas senyum hinggap di bibirnya. Tiba-tiba dibenaknya ada niatan untuk memberikan kejutan kecil. Badannya membungkuk untuk memperkecil diri, dengan perlahan dia melangkah dan menghitung mundur dalam hati,

Tiga...

Dua...

Sa..

"Kau sudah ketahuan."

Seulas senyum itu terbang, hilang entah kemana, bahunya menurun. Punggung yang membungkuk bersiaga itu kembali tegap walau sejurus kemudian menurun lesu. So hyun jadi manyun. Kejutannya gagal.

"Berpura-puralah untuk terkejut lain kali." Katanya masih dengan bibir yang mengkerucut lalu duduk di kursi piano yang sengaja di buat untuk muat berdua. Jung Kook bergeser sedikit untuk memberi ruang lebih banyak pada So Hyun.

Berbicara mengenai bangku yang mereka duduki, itu bukanlah bangku piano biasa yang dibeli ataupun ditempah. Jung Kook membuatnya sendiri agar ketika sewaktu-waktu So Hyun merengek ingin mendengar Jung Kook bermain piano atau gadis itu hanya sekadar menemaninya, dia bisa tinggal duduk disamping Jung Kook dengan nyaman.

"Tidak bisa, aku sudah hapal mati baumu. Apalagi kau baru keramas." Kata Jung Kook dengan sorot mata yang masih belum melihat So Hyun.

Seulas senyum hampir tercipta namun buru-buru ia kurung karna masih mau merajuk. Ia ingin dibujuk dengan baik. "Tapi tetap saja. Apa tidak bisa kau pura-pura terkejut untuk membuat aku senang?"

"Apa kau suka kebahagiaan yang pura-pura?"

"Tentu saja tidak. Pertanyaan macam apa itu? Tapi kalau untuk menyenangkan hati seseorang, sesekali kan tidak apa-apa."

"Berarti kau suka bohong."

"Aku bilang enggak!!" So Hyun tidak terima.

"tadi kau bilang tidak, bukan enggak." Goda Jung Kook lebih lagi.

So hyun memelotot. Lantas tangannya mengayun lalu mendarat dengan cukup keras ke punggung Jung Kook, memukul.

"Imut." bukannya merintih, Jung Kook malah mengeluarkan kata itu sambil memandang So Hyun sekilas. Pemuda ini tahu betul cara melemahkan hati gadis disampingnya.

Senyum yang dikurung tadi kini terkembang. Di pipinya rona merah terlihat jelas hanya karna satu kata itu. So hyun mengulurkan telapak tangan, mengelus bagian punggung yang tadi dia pukul. "Sakit ya?"

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang