Chapter 2

298 51 4
                                    


Kelopak mata gadis itu pelan-pelan mulai terbuka ketika dia merasa badannya diguncang kecil dan telinganya menangkap suara yang menyeru-nyerukan namanya. Ketika kelopak mata itu terbuka sepenuhnya, So Hyun mendapati wajah putih bersih milik sahabatnya dengan rambut digulung tinggi-tinggi. So Hyun mengerutkan keningnya lantas menggerakkan kepala sebagai tanda bertanya kenapa dia dibangunkan.

Namun bukannya mendapat jawaban, gadis itu malah mendapat pukulan dipunggungnya yang membuat dia mengaduh lantas duduk tegap. Dia sudah tertidur cukup lama dibangku meja makan.

"Kenapa kau memukulku?"

"Apa itu harus kau tanyakan lagi?" Tanya Arin memelotot namun dibalas oleh air muka So Hyun protes tak sungguh. Tak terima dia dipukul.

So Hyun menggaruk-garuk betisnya, bersiap untuk tidur kembali. Sesuatu dari tidurnya belum sepenuhnya selesai karena dia dibangunkan paksa dan tidak menemui jawaban yang jelas. Namun belum lagi dia meletakkan kepala keatas meja, punggung itu kembali ditepuk.

"KENAPA?" Tanyanya kembali tegap dengan raut wajah kesal penuh.

"Kau tidak ingat ada janji dengan Daniel?"

"Ingat. Kami mau nonton."

"Lalu kenapa kau masih disini?"

"Lantas aku harus kemana?"

"Pergilah bersiap-siap Kim So Hyun."

"Ini masih sore. Flimnya nanti malam baru tayang."

"Iya, flimnya akan tayang nanti malam-" Arin mengangkat lengan So Hyun agar gadis itu beranjak. "-tapikan untuk mandi dan memakai bedak kau perlu waktu yang sangat lama. Sekarang waktu yang tepat untuk kau bersiap-siap." Katanya mendorong So Hyun dan cepat mengambil alih bangku itu, mendudukinya.

So Hyun menghela napas, masih dengan malasnya dia menggeleng. "Nanti saja. Sebentar lagi. Mimpiku tanggung." Katanya menarik bangku lain yang masih berada di bawah meja.

Arin mengernyit mendapati beberapa bulir air diatas meja dan sisanya ada diujung mata So Hyun. "Apa kau menangis?"

So Hyun menggeleng, mencoba tidur lagi dengan membenamkan wajahnya.

"Lalu bagaimana kau akan menjelaskan air dimeja dan dipipimu itu?"

So Hyun kembali menghela napas. Dia tidak bisa tidur untuk sekadar melanjutkan mimpinya. "Sebenarnya meja ini memiliki mata air. Meja ini akan mengeluarkan air dihadapan orang yang kebaikannya sudah teruji. Contohnya seperti aku ini." Katanya sambil bangkit "Teori selesai. Aku akan mandi" So Hyun lantas melenggang pergi meninggalkan Arin yang masih memandangi punggung sahabatnya yang menjauh itu. Masih kebingungan sendiri.

Keduanya sudah tinggal bersama dua tahun belakangan ini. Arin mengenal So Hyun dari Kang Daniel, orang yang dia kenal sejak belum lancar berbicara. Dirumah ini peran ibu bergantian mereka perankan. So Hyun memiliki perawakan lembut, sorot matanya teduh dan peka akan hal-hal kecil yang ada disetiap sudut rumah. Tapi dia sering mengulur waktu untuk hal-hal yang tidak ia minati –dan mungkin yang sangat ia sukai. Karena dia suka menunda-nunda hal terkait Kang Daniel, orang yang memiliki panjang sabar. Maka sebagai sahabat yang baik untuk keduanya, Arin sering mengomel seperti tadi.

"So Hyun tadi makan apa?"

Arin memutar bola matanya lalu berbalik. Menghadap orang yang baru saja tiba.

"Ini masih pukul berapa, Pak Daniel?" Bukannya menjawab, Arin balik bertanya.

Berbeda jauh dari So Hyun yang sering mengulur waktu bahkan dapat terbilang abai ketika mereka akan berkencan, Daniel selalu mengedepankan hubungan mereka, lebih mementingkan So Hyun. Padahal dapat dikatakan, Daniel jauh lebih sibuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang